Masihkah Kita Teman?

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 24 April 2017

“Wah, luar biasa ya penampilan tadi, Souma!” kataku. “Yah, betul juga. Gak sia-sia latihan kita” balas Souma.
Aku dan Souma adalah teman masa kecil, sejak kecil kami sering bersama, yah mungkin karena Orangtua kami juga saling kenal sih. Kami berdua merupakan salah satu dari banyak siswa yang dipilih untuk mengikuti lomba antar sekolah. Kami mewakili sekolah dalam bidang band. Aku, Souma, Tatsuya, Yuuki, Oreki dan Inori adalah teman satu band.

Sejak beberapa minggu terakhir, kami berenam selalu bersama, hari sekolah maupun hari libur kami berjuang mati-matian untuk lomba tersebut. Mengingat kami sudah kelas 2 SMA dan mungkin tahun depan akan sangat sulit karena harus mempersiapkan untuk masuk universitas. Yah walaupun tujuan utama kami sih cuma mau bikin kenangan yang manis aja.

Kami menjadi satu band juga bukan merupakan hal yang disengaja, karena keisengan teman kami Tatsuya yang menyarankan kami untuk mewakili kelas kami dalam lomba HUT Republik Indonesia ketika kelas 1 dulu dan jika kami menang kami akan mewakili sekolah untuk lomba antar sekolah ditahun depannya. Walaupun kami terpaksa mengiyakan karena nama kami sudah terlanjur dicatat oleh panitia lomba. Dan kami menjadi juara umum dan akan mewakili sekolah untuk tahun depan.

“Kira-kira kita menang nggak ya, Souma?” tanyaku. “Yah, entahlah. Menang nggak menang ya nggak masalah kan? Tujuan kita kan memang bukan untuk menang!” balas Souma. “Hehehe, iya juga sih tapi kan lebih manis lagi jika kita menang” balasku. “Kalau begitu, kamu jauh lebih manis daripada jadi juara umum” balas Souma sambil memalingkan wajahnya. “Eehh!” kataku.
Terdengar suara siulan.. “Wah kayaknya ada yang lagi mesra-mesra’an nih” tanya Yuuki. “Iya nih kayaknya mesra banget, sampai iri jadinya” balas Tatsuya sambil merangkulkan tangannya di pundak Souma. “Enggak kok enggak” kataku. “Enggak darimana mukamu merah gitu, abis digombalin Souma ya?” tanya Inori. “Enggak enggak dianya aja yang keGRan” balas Souma sambil merangkulkan tas gitar di pundaknya. “Jadi bener deh abis digombalin” balas Yuuki. “Yah ya gimana ya jelasinnya ya begitulah” balasku malu-malu. Mereka memang seperti ini, melihatku dan Souma mesra sedikit saja langsung diungkit-ungkit.

Setelah 30 menitan menunggu, akhirnya pengumuman pun tiba. Dan sangat mengejutkan band kami mendapat juara umum. Dan sepertinya Tatsuya menyatakan perasaannya ke Yuuki dan Oreki menyatakan perasaannya ke Inori. Agak iri juga sih ngelihat mereka. “Iri nggak ngeliat mereka?” tanya Souma tiba-tiba. “Yah, iri juga sih sedikit!”. “Mau kayak gitu nggak?” tanya Souma. “Eeeh kok tiba-tiba sih” kataku malu-malu. “Ya udah deh, kapan-kapan aja” kata Souma. “Kok kapan-kapan sih, aku maunya sekarang!” kataku dengan suara pelan yang mungkin tidak terdengar Souma. “Ada apa?” tanya Souma. “Enggak kok enggak ada apa-apa!” balasku sambil senyum.

Setelah beberapa hari, kami memulai aktivitas kami seperti biasa. Dan seperti biasa, aku selalu curhat dengan sahabatku Yuuki dan Inori yang sudah lebih dulu merasakan pacaran. “Bagaimana menurut kalian, ada yang aneh gak?” tanyaku. “Aneh apanya? Terlihat biasa aja kok!” balas Yuuki dan Inori hanya mengangguk. “Nggak ada efek ya, padahal aku sudah make make-up” kataku. “Untuk apa sih, make make-up?” tanya Inori. “Abis aku sendiri yang nggak pacaran, merasa ditinggal sendiri jadinya!” balasku. “Oh, cari perhatian Souma ya? Yang biasa aja nggak masalah kok, malah mungkin Souma lebih suka yang penampilanmu yang biasa” balas Yuuki.

Kami seperti cewek kebanyakan, curhat tentang berbagai hal khususnya cowok. Sepertinya aku punya perasaan terhadap Souma, teman masa kecilku. Nggak aneh sih tapi kok bisa aku suka sama orang yang notabene cuek dan tidak terlalu peduli dengan sekitarnya. Souma memang banyak hebatnya, dalam berbagai hal, olahraga maupun seni. Yuuki dan Inori selalu memberiku tips agar membuat Souma menjadi perhatian kepadaku.
Aku selalu bersama dengan Souma dari TK, SD, SMP, dan bahkan sekarang SMA dan anehnya kami selalu sekelas, apakah ini takdir? Entahlah. Souma memang gak terkenal dikebanyakan orang-orang dan terkesan orang yang penyindiri, tidak akan bicara jika tidak ditanya kecuali jika ada kesulitan. Memang itulah dia, dia selalu mengikuti prinsipnya yang nggak akan ngelakuin sesuatu yang sia-sia dan yang nggak menguras tenaga, jadi dia akan melakukan sesuatu hanya karena dia mau.

Beberapa hari terakhir ini aku selalu salah tingkah jika di dekat Souma, apa karena rasa sukaku sama Souma jadi makin besar?. Bahkan ketika dia ingin meminjam pulpen saja hatiku langsung deg-deg’an. Dan ketika di perjalanan pulang sekolah, untuk berbicara dengannya saja sudah membuatku memikirkan hal yang aneh seperti berharap ada teman sekelasku yang menganggap kami pacaran dan menyebarkan rumor tersebut. Dan melihat sahabatku Yuuki dan Inori sudah mempunyai pacar makin membuatku menjadi sangat antusias untuk menjadi pacar Souma. Walaupun sekarang aku hanya bisa berharap saja sih.

“Hei Souma, boleh gak nanti aku ke rumah?” tanyaku di perjalanan pulang. “Boleh aja, mau ngapain emang?” balas Souma. “Gak ngapa-ngapain juga sih, bosen di rumah sendirian” balasku. Aku memang sering main ke rumah Souma, biasanya aku di sana sampai kedua orangtuaku pulang. Walaupun di sana juga gak ngapa-ngapain. Souma biasanya di rumah hanya nonton TV/Animasi Jepang, kadang-kadang di main sepakbola keluar bersama temannya.
Tapi malam ini terasa beda, hari terasa lebih cepat berlalu dan aku menjadi lebih sering bosan. “Souma, ajarin aku main gitar dong!” tanyaku sambil membuka headphone yang berada di telinganya. “Ok, tapi gitarnya ambil sendiri di kamar” balas Souma sambil memakai kembali headphonenya. Tapi entah kenapa memasuki kamar Souma membuatku jadi deg-degan padahal biasanya sih enggak. Kamar Souma memang rapi untuk standar cowok, susunan meja, foto yang terpampang di dinding, gitar yang digantung dan action figure anime yang berada di dalam lemari kaca membuat kamar Souma menjadi lebih rapi.
“Nih gitarnya, bener gak?” tanyaku sambil menyodorkan gitar. “Bener, mau belajar darimana nih? Kunci dasar dulu?” balas Souma sambil melepas headphonenya. “Boleh tapi pelan-pelan ya, masih amatir soalnya” balasku. “Ini kunci Em, ini C, ini D, dan ini G” balas Souma sambil memindahkan jari-jarinya dan menyodorkan gitarnya. “Oh ini kunci Em, ini C, ini D dan ini G” balasku sambil mengenjreng senar gitar. “Aduh kamu ni, ditekan dong senarnya jangan hanya disentuh, kayak gini nih!” balas Souma sambil memegang jariku menekan senar gitar. Lantas hal itu aku pun terkejut dan langsung berdiri, hanya karena tangannya menyentuh jariku aku pun hampir mati. Karena hal itu Souma pun langsung memasak makan malam sebagai permintaan maafnya karena tidak sopan.

“Ada yang bisa dibantu gak?” tanyaku. “Oh, ada-ada, tuh coba potong kecil-kecil bawang merah dan putihnya. Gimana dengan gitarnya? Nyerahnya cepet banget” balas Souma sambil menunjuk ke arah bawang. Dan aku hanya tersenyum. Souma bisa dibiling cukup hebat dalam hal memasak karena mengingat dia sering memasak makanan untuk dirinya sendiri karena orangtuanya sibuk. Setelah beberapa menit masakan kami pun jadi, walaupun cuma nasi goreng plus telur mata sapi dan tambahan butiran bawang goreng. Menemani malam kami yang dingin

ADVERTISEMENT

Pagi harinya aku bangun dan sadar kalau aku sudah berada di kamarnya Souma. Aku yakin Souma yang menggotongku sampai ke sini. “Hei Souma, kamu ya yang mindahin aku ke kamar? Kok gak dipindahin ke rumah aja!” tanyaku di perjalanan ke sekolah. “Iya, soalnya orangtua kamu pulangnya kemaleman jadi katanya tidur di sini aja.” balas Souma. “Kamu jadi tidur di mana? Kok gak dibangunin sih, gak ngapa-ngapain aku kan?” tanyaku. “Tidur di sofa di ruang tamu, kamunya terlihat capek bener jadi nggak enak dibangunin, ya enggak lah masih inget dosa aku nih” balas Souma.

Pagi itu aku sangat senang sekali, bisa dibilang kemarin adalah hari yang paling menyenangkan karena bisa dibilang aku bersama Souma 1 hari full. “Eru, nanti temenin aku ke supermarket ya!” tanya Souma. “Hmm, boleh boleh, mau ngapain emang?” tanyaku. “Ada mau beli sesuatu” balas Souma. “Untuk siapa?” tanyaku penasaran. “Ada lah, untuk orang yang kusuka. Aku juga sekalian mau nyatain perasaanku ke dia juga sih. “balas Souma. Mendengar Souma berbicara hal itu aku syok dan tidak bisa berbicara apa-apa, ada apa dengan hari yang begitu menyenangkan kemarin? Siapa orang yang Souma suka? Apakah aku? Atau ada orang lain. Lalu jika Orang lain, bagaimana nantinya hubungan kami nanti? Masih bisakah kami tetap menjadi teman? Teman masa kecil.

Cerpen Karangan: Vitruviuz

Cerpen Masihkah Kita Teman? merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Suatu Proses

Oleh:
Masa SMA adalah masa terindah dan menyenangkan. Semua orang menuturkan hal yang sama, baik yang sudah melewatinya maupun yang belum merasakannya. Hal ini cukup menjadi perbandingan yang luar biasa

Dreamer

Oleh:
Aku sadar sekarang, gak semua harapan bisa sesuai dengan yang kita mau iya kan? Aku seorang pemimpi, ya, walau aku tau mimpi tanpa usaha takkan berhasil. Ada beberapa pengalaman

Kado Natal, It’s a Great Miracle

Oleh:
Semuannya diam, tak ada satupun yang bicara. Padahal di sana ada Papa, Tere, dan Sera adiknya. Mereka masih dalam balutan kesedihan. Kepergian sang mama mebuat mereka sangat terpukul. Kini,

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *