Ojek Wisata (Part 2)
Cerpen Karangan: Welas ApriliantoKategori: Cerpen Cinta, Cerpen Romantis
Lolos moderasi pada: 21 September 2022
Hampir satu jam sambutan dan pengarahan sudah kami dengarkan… tibalah jeda waktu.. entah kenapa anganku mulai terpengaruh dengan candaan pak camat… “apa iya aku dan Ziyah berjodoh?” naluri lelakiku mulai berbisik seperti itu… “dekati… nggak… dekatii… nggak…” begituuu terus yang ada dalam benaku.
Akhirnya kuberanikan diri untuk mendekatinya.. aku berusaha mendekat untuk menyapanya… kuulurkan tanganku untuk mengajaknya bersalaman “Naziyah ya… saya Suwanto… kamu bisa panggil saya Wanto” itu kata pertama yang keluar dari mulutku sambil kusodorkan tanganku. Lama dia tak merespoku.. hanya senyum dingin yang tersungging kulihat… mungkin dia malu… atau bahkan risih melihatku. “nekad wis kadung” begitulah hatiku memotivasiku…
“kamu dari Mrawu?” tanyaku
“eeh… iya mas…” Alhamdulillah dia mau menjawab
“kesini tadi sama siapa?” kucoba memberanikan diri membuka obrolan
“sendiri mas…” jawab ketusnya lagi… nggak ada kata-kata lanjutan. “balik nanya kek” gumamku dalam hati
“naik apa?” aku lanjutkan usahaku
“naik angkot mas…” ketusnya lagi
“pulangnya nanti bagaimana? Naik angkot lagi?” introgasiku
“iya…” wuiiiih ketusnya jawaban yang keluar dari dia. Nggak ada sekalipun dia bertanya balik ke aku.
“Nanti pulangnya aku antar mau?” jurus awalku mulai aku ucapkan “sudah kadung” batinku
“eee… nggak usah mas… saya naik angkot saja” itu kalimat agak panjang yang baru aku dengar meskipun membuat mukaku merah menahan malu.
“nggak apa-apa kok” aku lanjutkan lagi rengekanku
“nggak mas… saya naik angkot saja” lugas sekali penolakannya
“ooh ya sudah kalau nggak mau…” ungkapan pasrahku. Apakah dia menjawab? Hanya senyum kecil yang aku lihat di wajahnya “hati-hati ya…” aku tambahi kata-kata terakhirku sambil berdiri dari duduku…
Pelan sekali aku beranjak meninggalkanya.. berharap dia mau menjawab… dan dia tak mau menjawab sama sekali… oowwwwh… sakit, kecewa, dan yang paling utama adalah malu… hmmm… ya sudahlah.. mungkin aku juga tidak seharusnya langsung menawarkan untuk mengantarnya dipertemuan pertama ini…
Malam telah beranjak… sunyi sekali malam ini.. namun benakku terlalu berisik menafsir ini.. itu.. sana.. sini.. akibat ulah ngodorku mendekati seorang wanita… Ya.. Naziyah namanya… gadis kurus yang sekarang telah menjajah perasaanku. Jam 12 telah lewat 35 menit.. namun mataku tak mau beranjak tertutup… aku masih penasaran sosok sinis atau lugukah yang telah berhasil membuat aku malu seribu langkah… “eeeh.. aku punya nomor HPnya” gumamku memecah prediksi. iya.. aku punya catatan nomor – nomor HP yang tertera di daftar hadir tadi pagi.. termasuk nomor HP Naziyah… Esok pagi aku niatkan untuk menghubunginya…
Pagi sekali aku berangkat dibintek hari kedua ini… Jam 07.00 aku sudah tiba di kecamatan. Kuambil HP ku… Tuuut.. tuuuut… suara nada dering ponselku.. tertera tulisan memanggil NAZIYAHKU di layar ponselku… Lamaaaaa sekali tak ada jawaban… Kuulangi kembali memencet tombol panggil… Tuuut … tuuuut… tidak pula diangkat.. “aaah sekali lagi” tekadku terus memotivasiku… tuuut…
“assalamu’alaikum” Alhamdulillah ada suara khas yang telah kunanti semalaman terdengar..
“’alaikumussalam… Ziyah… ini aku Wanto Ragajaya” ucap bahagiaku…
“oooh mas wanto… ada apa mas.. maaf tadi lama ngangkat telpon habis dari belakang mas” balasnya lagi..
“aneh kok sekarang dia kalimatnya panjang-panjang ya… padahal kemarin super ketus” batinku berkomentar
“hari ini berangkat kan…” tanyaku
“insyaAlloh mas… ini lagi siap-siap mau nungguin angkot” jawabnya
“eeeh… aku jemput ya…” sembari aku selipkan HPku di helmku yang belum aku lepas dan kustarter suprafitku…
“eeeh,.. nggak usah mas.. nanti aku naik angkot saja.. ini juga lagi sambil jalan keluar” jawabnya lagi
“ooo.. gitu..” jawabku meskipun aku masih tetap berharap tidak ada angkot satupun yang lewat di depan rumahnya. Harapan itu sangat besar sehingga mungkin akan menjadi doaku… aku terus berusaha untuk tetap berbicara lewat HPku takut obrolan kami terputus, sambil motorku sudah mulai melaju mendekati Desa Mrawu yang memang tak jauh dari Kecamatan Banjarsari…
“nanti kalau tidak ada angkot telpon aku ya..” rengeku masih tetap ku lanjutkan.
“ya sudah… kalau masih tetap mau nunggu angkot… assalamu’alaikum” basa-basiku
“alaikumussalam” jawab Ziyah terdengar. Kututup ponselku dan kupacu suprafitku…
Gadis lugu kurus berbaju putih sudah terlihat dari jauh… aku tak berani terlalu dekat takut ketahuan. Kuhentikan motorku… ambil HP dan… tuuuut… “Ziyah.. sudah dapat angkotnya” pertanyaan ngodor dariku..
“belum mas… ini malah sepi banget” jawabnya…
“aku jemput ya…” rengeku
“nggak usah mas.. takut ngrepotin” jawaban penolakan kesekian kalinya
“nggak apa-apa kok… Kurang dari 1 menit aku sudah disitu”
“nggak lah mas… nanti aku jadi ngerepotin mas Wanto”
“nggak apa-apa ziyah… aku sudah di sini kok” jawabku sambil membunyikan klakson di dekatnya…
“mas wanto… kok sudah disini!!!” kata ziyah terperanjat
“hehehe… iya… kamu nggak tahu ya… aku kan ironmen… hehehe” candaku “ayo lekas naik.. nanti keburu telat” ajakku
“hmmmm… Bagaiamana ya mas” jawab ziyah agak ragu.
“ayoooo naik… kamu mau nanti disuruh maju lagi kedepan seperti kemarin???!” ledeku
“nggak apa-apa niiih mas…?” Tanya ziyah
“kalau ada apa apa nanti aku kabarin… ehhehe” jawabku sambil bercanda
“hehe..” terdengar ziyah mulai berani tertawa walaupun masih sangat ngirit, tapi entah kenapa aku sangat menyukainya
“bener niiih mas… aku naik?” Tanya ziyah
“iya bener… kalau salah nanti diulang nggak apa-apa hehehe…” jawabku sembari tetap sambil ngelawak.
Ziyah pun akhirnya mau naik walaupun posisi mbonceng nyamping… tapi.. wuuuiiiiiiih… ajaib sekali… aku gemetar… sungguh amat gemetar… seneng.. bahagia.. gembira… grogi… campur aduk jadi satu. Kustarter motorku dan kulajukan agak pelan… sembari tetap kuajak ngobrol dia.
“Ziyah… Dulu sekolah dimana?” tanyaku mencoba mengurai kaku
“di SMKN 1 mas” jawabnya
“waaah… SMKN 1? Aku sedikit terkejut..
“iya mas… emangnya kenapa?” Tanya ziyah
“aku dulu juga alumni SMKN 1.. kok kita dulu nggak pernah ketemu ya…”
“loooh mas wanto lulusan tahun berapa?”
“aku 2001… kamu tahun berapa?”
“ooo pantes nggak ketemu lah mas… kan kita beda angkatan… aku baru lulus kemarin mas… 2005”
“ealaah… iya ya.. kan tuaan aku ya… masa bisa ketemu… hehehe”
Obrolan itu akhirnya berlanjut.. sampai di pendopo kecamatan. Aku telah berhasil mencairkan suasana… di pendopo kecamatan Ziyah sudah mulai tidak canggung denganku… aku juga menggunakan kesempatan itu untuk bisa selalu duduk di dekatnya… sesekali aku tengok dia… memperhatikan wajah bersahaja yang telah membuat aku tidak bisa tidur semaleman.
Bintek hari kedua telah usai.. starter suprafit dan kudekati ziyah “ayo naik..!!” perintahku seolah-olah sudah ada perjanjian sebelumnya “nggak lah mas… aku naik angkot saja” jawaban ziyah ternyata terdengar oleh beberapa teman binteku… “ayo ziyah naik saja… kasihan tu.. tukang ojeknya sudah merengek-rengek.. hahahaha” ledek teman temanku…
“ayo.. aku antar… nggak apa-apa kok.. sekalian aku pengin silaturahmi dengan ke rumahmu…” jawabku memaksa. Ziyahpun akhirnya mau memboceng lagi… entah terpaksa atau tidak yang penting dia sudah mau naik motorku lagi.. dan aku antar dia… jemput dia… Antar lagi… Jemput lagiii… aku masuk ke rumahnya… aku kenalan dengan keluarganya… berbulan bulan aku sudah mulai terbiasa dengan itu.. dan aku sangat bahagia… bahkan ketika adiknya khitan aku sudah berani untuk datang ke rumahnya layaknya separti bagian dari keluarga ziyah.
Naziyah Suwanto nama yang akan aku sandangkkan kelak di kartu keluarga yang nanti terpasang di rumah kami.. itulah impianku… walaupun hampir setiap waktu pertemuan Fasilitator Desa aku selalu bersama ziyah.. namun aku tidak pernah sekalipun menyentuhnya… aku amat sangat menghormatinya. Sebagai laki-laki normal sudah barang tentu aku ingin membelainya… bahkan sampai memeluknya.. namun aku tahan.. tahaaaan… dan tahaaaan… Tak pernah sekalipun aku menyentuhnya… bahkan menyentuh tangannyapun aku tak berani… Aku sangat memiliki keyakinan bahwa Naziyah gadis bersahaja yang amat aku cintai ini adalah jodohku… calon ibu dari anak-anaku kelak… dan aku juga yakin ziyah juga memiliki perasaan dan harapan yang sama seperti aku…
TO BE CONTINYU LAGI…
Cerpen Karangan: Welas Aprilianto
Cerpen Ojek Wisata (Part 2) merupakan cerita pendek karangan Welas Aprilianto, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Ditilang Cinta
Oleh: Radhia“Dinda…!!! udah siang! kamu nggak ke kampus?” teriak mama dari dapur. “Apaaa…! mama kok baru bangunin aku sih?” aku teriak sambil menuju kamar mandi. “kok mama sih…? kamu tu
Deo: Pahlawan Terbesarku
Oleh: Dwimetrius W. Utomo“Teeeeeet, teeeeet, teeeet, teeeeeet…” alarm handphone milik Deo yang terdengar seperti alarm tanda bahaya seperti di film-film Hollywood menandakan sekarang sudah jam 6 pagi. Dengan mata yang masih belum
PSPH (Part 2)
Oleh: Bori Antonius“Bos!” “Napa Ga?” “Lu belum denger ya?” “Belum, apaan?” “Si Reza, katanya dia malming kemaren jalan bareng sama Tiara.” “Tiara kelas 11 IPS-3?” sahut Acuy yang baru saja tiba
Good Bye Mr. A (Angga Dirgadinata)
Oleh: Elyna SyafitriJuly, 2016 Rain POV Wajah itu sudah tak mampu kulihat. Mata itu sudah tak mampu lagi kutatap. Senyumannya hilang sirna bersama kepergiannya. Namanya sungguh indah di mataku. Wajahnya yang
Dia Pemenangnya
Oleh: Nadia Luthfita FaadhillahHari Kesembilan setelah menghilangnya darimu. Tadi malam hujan turun begitu lebat diiringi dengan kerinduan tentangmu, Arlan. Masih kucoba untuk tidak mengingatmu, tapi mustahil. Pagi cerah, nammun tak secerah senyumku.
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Leave a Reply