Perpisahan Termanis

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Sedih
Lolos moderasi pada: 6 July 2012

“Aku harus pergi meninggalkan kota ini,” ucap Rona memulai pembicaraan.
“Tekadmu sudah bulat untuk melanjutkan sekolah di sana?” tanya kekasihnya.
Rona hanya mengangguk perlahan. Matanya menerawang jauh ke arah matahari yang mulai terbenam. Suasana sore hari itu membuat hatinya yang kacau sedikit tenang. Rona sudah diterima di universitas yang telah lama dia impikan. Namun masalah yang harus dihadapinya adalah dia akan terpisahkan oleh jarak dan waktu dengan kekasihnya, Fajar. Yogyakarta bukanlah kota yang mampu ditempuh hanya dengan dua atau tiga jam perjalanan dari Probolinggo.
“Jadi keputusanmu bagaimana? Kau akan mengakhiri hubungan ini begitu saja?” lanjutnya.
“Jika kau mau bertahan dengan jarak dan waktu yang memisahan kita, aku pun tidak masalah,” jawab Rona.
“Kau mau kita menjalani LDR?”
“Iya. Tapi apa kau bisa?” tanya Rona balik.
“Aku akan berusaha dan tetap menjaga hatiku sampai kau kembali,” ucap Fajar dengan tersenyum melihat kekasihnya itu.
“Kau janji?”
“Tentu saja,” ujar Fajar menggengam erat jemari kekasihnya itu. Dia seperti tidak ingin terpisahkan dengan Rona yang sangat dia cintai.

3 bulan kemudian…
“Hai, Rona! Lagi apa?” tanya seseorang dari belakang Rona.
“Cari referensi tentang tugasku,” jawabnya singkat.
“Bisa aku bantu? Sepertinya kau kesulitan mencarinya di buku sebanyak ini,” tawar Toni.
“Tak usah, kau dapat membantuku dengan pergi mengganggu aku hari ini,” ucapnya ketus.
“Marah ya? Oke dah maaf. Aku pergi dulu. Bye,” ujar Toni seraya pergi meninggalkan Rona dengan tumpukan buku yang cukup banyak.
Rona lega akhirnya Toni pergi meninggalkannya sendiri. Dia mengganggap Toni sebagai pengganggu karena pemuda tersebut selalu mengikutinya.
“Kau terlalu ketus mengusir dia, Na,” tiba-tiba Sarah menegur Rona yang masih sibuk dengan bukunya. Sarah merupakan sahabatnya dari SMA dan juga satu kampus dengannya.
Rona hanya menghela napas mendengar ucapan temannya.
“Baiklah, aku tau kau tidak suka dengannya tapi aku rasa dia suka sama kamu,” goda Sarah.
“Sudahlah, berhenti ngomongin dia,” Rona segera mencari handphonenya. Dia tiba-tiba teringat dengan kekasihnya dan berniat untuk mengiriminya pesan.
“Kau sedang mengirim sms ke Fajar?”
Rona mengangguk dan terus sibuk mengetik sms yang akan dia kirim ke Fajar.
“Kau tahu tidak, waktu aku pulang ke Probolinggo kemarin aku melihat Fajar sedang jalan bersama mantannya,” tutur Sarah.
“Mantan? Maksudmu Tasya?” ujar Rona kaget.
“Iya, apa Fajar tidak bercerita padamu?”
Rona menggeleng. Dia merasa khawatir jika Fajar sudah melupakan janji mereka untuk saling menjaga perasaan. Namun dia mencoba untuk berpikir positif. Mungkin Fajar hanya ingin bertemu dengan mantannya tanpa ada maksud lebih di antara mereka.

Sar, kau ada dimana?
Sender : Fajar
Sent : 28-Dec-2011 08:37:22

Di kost. Knp?
Sender : Sarah
Sent : 28-Dec-2011 08:40:01

Aku ke sana ya? Ada yang ingin aku tanyakan.
Sender : Fajar
Sent : 28-Dec-2011 08:42:46

Loh? Kau ada di Yogya? Sejak kapan?
Sender : Sarah
Sent : 28-Dec-2011 08:45:24

Nanti saja ceritanya. Tapi kau jangan cerita ke Rona kalau aku di Yogya.
Sender : Fajar
Sent : 28-Dec-2011 08:47:33

Ok.
Sender : Sarah
Sent : 28-Dec-2011 08:50:23

Fajar segera meluncur ke tempat kost Sarah. Setibanya di sana, dia disambut hangat oleh sahabat kekasihnya itu. Fajar kemudian bercerita bahwa dia ingin memberikan kejutan bahwa dia akan mengunjungi Rona. Sekaligus ingin melihat aktivitas yang dilakukan Rona di kota tersebut. Tak lama kemudian Toni datang ke tempat kost Sarah dan memberikan sesuatu padanya.
“Sar, aku minta tolong ya. Berikan surat ini pada Rona!” pintanya.
“Surat apa ini?” tanya Sarah seraya mengambil surat beramplop biru dari tangan Toni.
“Aku tidak ingin Rona selalu jutek padaku setiap aku mendekatinya. Maka dari itu aku ingin menceritakan semua perasaanku ke dia,” tutur Toni.
Fajar yang saat itu sedang bersama Sarah merasa kaget mendengar ucapan pemuda tersebut. Dia tidak menyangka bahwa Rona telah dekat dengan pemuda dihadapannya. Hatinya memanas seketika dan bergemuruh hingga mendidihkan emosinya. Tapi dia menahan diri dan berusaha bersikap biasa dan cuek mendengar cerita dari Toni meskipun hatinya terbakar cemburu.
“Dia temanmu?” tanya Toni yang melihat Fajar di samping Sarah.
“Iya, dia adalah Fajar, kekasih…”
“Aku teman Sarah, perkenalkan,” ucap Fajar memotong perkataan Sarah seraya berjabat tangan dengan Toni. Fajar tidak ingin Toni mengetahui bahwa dia adalah kekasih Rona yang kelak pasti akan menimbulkan masalah yang tidak dia inginkan.
Usai berkenalan dan berbincang, Toni berpamitan dan mengingatkan Sarah untuk tidak lupa memberikan suratnya pada Rona.
“Kau tidak mengatakan bahwa kau kekasihnya Rona?”
“Tidak usah. Mana surat darinya? Biar aku sendiri yang menyerahkan pada Rona,” pinta Fajar.
Sarah pun memberikan surat tersebut pada Fajar. Tak lama kemudian, Fajar pamit untuk segera menemui Rona dengan hati yang bergejolak tak menentu.

Ponsel Rona berdering pertanda ada telepon masuk. Dia tersenyum senang saat dilihatnya di ponselnya tertera nama kekasihnya. Dia segera mengangkat telepon dari orang yang sangat dia rindukan.
“Hallo, Fajar. Apa kabar? Sudah lama kau tidak meneleponku”
“Maaf, Na. Aku sibuk. Kau sedang apa?” tanya Fajar.
“Lagi santai saja di kamar. Kau sendiri?” tanya Rona balik.
“Aku sedang di perjalanan menuju tempat kostmu. Ada yang ingin aku bicarakan,” jawabnya.
“Kau ada di Yogya? Wah. Ini kejutan buatku ya? Baiklah aku akan bersiap,” ucap Rona gembira.
“Iya, sudah dulu ya,” sahut Fajar seraya menutup ponselnya.
Di perjalanan, Fajar masih teringat saat pertama kali bertemu dengan Rona, gadis itu begitu menarik perhatiannya sehingga membuatnya ingin memilikinya. Namun, ketika mereka sudah disatukan oleh cinta, mereka harus terpisah oleh jarak dan waktu, kesetiaan mereka telah diuji oleh situasi. Kini keputusan ada di tangannya. Dia ingin mempertahankan Rona namun dia merasa hubuungannya bergitu rentan untuk berakhir dikarenakan pihak-pihak yang mencoba mengusik kesetiaan mereka.
Beberapa menit kemudian, Fajar sudah sampai di tempat kost Rona. Di sana terlihat kekasihnya sedang menunggu di depan kost.
“Kau akan mengajakku kemana?” tanya Rona penuh semangat.
“Bagaimana kalau ke Parang Tritis, sunset di sana pasti bagus,” usulnya saat masuk ke dalam mobil.
“Baiklah,” Fajar segera mengemudikan mobilnya menuju ke tempat yang diinginkan kekasihnya.

ADVERTISEMENT

Selang beberapa menit, mereka akhirnya tiba di tempat tujuan. Rona segera turun dan berlari menikmati udara di sana. Dia sudah lama ingin pergi ke tempat tersebut namun masih belum ada yang mengajaknya.
Di kejauhan, ombak bergulung-gulung begitu besar. Makin lama, gelombang laut itu mengecil saat mencapai daratan. Anak-anak begitu senang bermain di sekitar ombak. Para pengunjung lain lebih senang duduk di pasir sembari memandang keindahan Parang Tritis.
“Kau menikmatinya?” Fajar membuka pembicaraan.
“Iya. Tadi kamu bilang mengajakku karena ingin mengatakan sesuatu. Tentang apa?”
Fajar kemudian merogoh kantong bajunya dan menyerahkan surat dari Toni pada kekasihnya.
“Bukalah!” ucapnya.
Rona kemudian membuka surat tersebut dan membaca isinya. Di dalamnya berisi curahan hati Toni mengenai perasaannya pada dirinya. Rona tidak menyangka bahwa maksud Toni selalu mengikutinya karena pemuda itu memiliki perasaan padanya.
“Aku tidak tahu sejak kapan kau dekat dengan laki-laki itu. Bagaimana jawabanmu terhadap surat itu” tanya Fajar.
“Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Toni. Aku masih menjaga kesetiaan padamu,” ucap Rona. “Kau sendiri bagaimana dengan Tasya?” Rona mencoba mengalihkan pembicaraan.
Fajar kaget mendengar ucapan Rona, dia tidak percaya bahwa Rona mengetahui kedekatannya kembali dengan mantannya tersebut.
“Kau tidak perlu kaget dengan ucapanku,” tutur Rona seakan mengetahui pikiran Fajar.
“Aku memang saat ini dekat dengannya. Tapi aku hanya menganggapnya teman. Aku simpati padanya karena dia sudah berubah menjadi baik, tak seperti sifatnya dulu. Kau pasti mengetahui hal ini dari Sarah, bukan?”
Rona mengangguk. Dia hanya menatap keindahan laut yang terhampar di depan matanya. Dia seakan tidak ingin mendengar ucapan Fajar yang perlahan menyayat hatinya.
“Jadi bagaimana keputusanmu?” tanya Fajar
Rona terdiam sejenak. Dia kemudian menghela napas sebentar dan mulai berkata, “Maaf, sepertinya kita tidak bisa melanjutkan hubungan ini lagi,” tutur Rona pelan.
“Jadi kau memilih Toni?”
“Tidak, aku akan lebih berkonsentrasi pada kuliahku. Mungkin ujian kesetiaan kita cukup berakhir di sini. Aku tidak ingin menyakitimu dan aku pun tidak ingin bersedih saat kau bersama mantanmu di sana,” jawabnya lirih.
“Aku juga belum tentu akan kembali pada Tasya,” ucap Fajar.
Pembicaraan mereka pun terhenti. Pikiran mereka berkecamuk sendiri di dalam benak masing-masing. Suasana sunset meredakan kebimbangan diantara mereka. Dengan perasaan tak menentu, Fajar melangkahkan kaki meninggalkan pantai yang menjadi saksi atas berpisahnya cintanya dengan wanita yang dicintai selama ini. Demikian juga Rona.
Saat kembali ke dalam mobil, Rona hanya menyesali keputusannya. Dia mungkin tidak dapat bertemu lagi dengan sosok pemuda seperti Fajar. Namun, inilah keputusan yang telah dia ambil demi kebaikan di antara mereka.
Lagu “Perpisahan Termanis” mengalun indah di dalam mobil mengantarkan mereka ke masa depan masing-masing.
Jika memang kau tak tercipta untuk ku miliki
Cobalah mengerti yang terjadi
Bila mungkin memang tak bisa
Jangan pernah coba memaksa
tuk tetap bertahan di tengah kepedihan
Jadikan ini perpisahan yang termanis
Yang indah dalam hidupmu sepanjang waktu

Cerpen Perpisahan Termanis merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


I’m Fell in Love

Oleh:
Ah, aku masih betah menatap wajah Geo. Dari jauh saja membuatnya cukup. Dengan duduk melamun, aku masih melihat Geo beranjak pergi bersama Hanif. Hari ini, seminggu sebelum acara ketulusan

Cahaya untuk Purnama (Part 2)

Oleh:
Rasa cemas berkecamuk di benak Nurhafizah. Selain ketakutannya akan makhluk aneh itu, dia sangat mengkhawatirkan Purnama. Sejak salat magrib selesai, dia tidak menemukan Purnama sama sekali. Di perjalanan pulang

Rain and I

Oleh:
Namaku Allison Rain. Panggil saja Rain. Entah apa yang membuat orangtuaku tertarik memberiku nama seperti itu. Aku rasa aku adalah gadis yang paling tidak beruntung. Aku hidup dalam penderitaan.

Hanya Untuk Adikku

Oleh:
Rizal? Bagiku, dia memang sesuatu, yang kukenal dalam hidupku. Aku dan adikku yang manis, Liza. Benar kawan, ia memang paling istimewa dalam hidupku. Kami berdua mencintai pria yang sama.

Terpisahkan

Oleh:
Mentari pagi yang mulai menampakan kecantikannya, tipis sinar arunika merembetkan kehangatan yang merasuki dinding kulit, gemercik air bisa menjadi irama penenang bagi jiwa yang tak senang, sepoi angin memberikan

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

One response to “Perpisahan Termanis”

  1. Aisyah putri says:

    Boleh gx saya bikin cerpen di blog ini ??
    Tapi caranya kya mana ?

Leave a Reply to Aisyah putri Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *