Rest Area

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Patah Hati
Lolos moderasi pada: 25 March 2017

Entah apa yang menjadi alasan Ayumi seringkali menolak ajakan Nathan untuk bertemu. Namun Nathan enggan menyerah agar bisa bertemu Ayumi. Setelah 3 tahun lamanya mereka hanya bersua via media sosial. Untuk kali pertamanya Ayumi tidak menolak ajakan Nathan untuk bertemu. Di sebuah tempat makan di daerah Dago atas di Bandung mereka bertemu. Keduanya tampak canggung, berbanding terbalik jika bercakap-cakap di Line. Ayumi terlihat berfikir keras. Sesekali menanyakan hal yang kurang penting untuk ditanyakan.

“Nath, kamu tuh kenal Angga ya? Kok bisa sih, kamu kan diatas kita satu tahun?” tanya Ayumi yang berusaha mencairkan suasana.
Nathan mengangguk kecil. “Iya kenal lah. Namanya juga satu kampus dan satu jurusan pasti kenal kok. Kita pernah satu kelas bareng, Ay.” Jelasnya singkat. “Kamu temen deket sama Angga?”
“Engga temen deket banget sih, Nath. Yaaa temen kelas sama temen usilnya aja.” Kata Ayumi.
“Temen usil gimana, Ay?” kepo Nathan.
Ayumi menghela nafas beberapa detik. “Jadi karena kita pas SMP satu sekolah. Nah ditambah SMA pun satu sekolah jadinya enak buat Angga lebih gampang usilin aku. Dia sering banget tuh ngejar-ngejar nakutin gitu. Tau sih bercanda, cuma horror aja badannya kan gede, Nath tau sendiri.”
Nathan tertawa tanpa menghiraukan Ayumi. “Hahaha parah parah. Ya udah kita makan dulu.” Kata Nathan setelah makanan dan minumannya tersaji dimeja mereka.
“Dih… Nathan mah gitu jahat ngetawain.” Tukas Ayumi seraya mendekatkan piring ke arahnya.
Nathan tengah menghabiskan makanannya. Tapi tidak dengan Ayumi, pancakenya hanya beberapa potong dimakan. Sehingga membuat Nathan kembali bertanya. “Ay, kenapa pancakenya enggak kamu abisin? Kurang pas ya rasanya?”
Ayumi langsung menatap Nathan tajam. “Kok tau?”
“Pancake di sini mah emang kurang enak rasanya.” Ujar Nathan dengan santai.
“Oh gitu jadi baru ngasih tau setelah aku order, oh jahat.” Tukas Ayumi bercanda.
“Kira aku kamu emang seneng banget sama pancake kan jadi aku enggak ngasih tau, sorry.” Ucap Nathan bersalah tapi sedikit tertawa puas menjahili Ayumi. “Gini deh, abis ini kita ngopi lagi yuk. Gimana?”
“Kemana? Awas kalau enggak enak.” Ancam Ayumi.
“Ada deh liat entar.”

Nathan dan Ayumi kembali dalam suasana yang kikuk, hening. Sepanjang jalan keduanya jarang bicara. Toh mereka baru bertemu untuk kali pertama.
“Ke Ngopdoel?” tanya Ayumi setelah Nathan menghentikan motor maticnya di depan cafe Ngopi Doeloe.
“Iya kesini aja deh ya, Ay.” Kata Nathan sambil mengambil helm di tangan Ayumi dan menggantungkan di motornya.
Nathan merangkul tubuh Ayumi yang kecil itu dan mengajaknya masuk. “Kamu order duluan aja, aku mau ke toilet dulu sebentar ya.” Kata Nathan meninggalkan ponsel dan rok*knya. “Udah pesennya?” tanya Nathan setelah kembali dari toilet.
“Belum, nunggu kamu biar pesennya barengan haha.” Goda Ayumi.
“Bisa aja. Jadi mau minum apa? Eh apa mau pesen makanan kan tadi enggak makan.”
“Aku pesen minuman deh. Mau hot chocolate aja, Nath.” Tunjuk Ayumi.
Lagi lagi Ayumi dan Nathan asyik dengan ponselnya masing-masing. Untungnya waktu udah lumayan larut malam. Ayumi mencoba mengajak Nathan untuk segera dan mengantarnya pulang ke rumah.
“Nath, udah jam setengah 12. Kita pulang yuk.”
“Mau pulang aja? Ya udah tunggu.” Nathan berlalu ke kasir untuk membayar dan kembali ke meja. “Ayok!” ajak Nathan.
Sepanjang jalan pulang, keduanya tidak bicara. Sesampainya di rumah Ayumi. Ayumi turun dan melepaskan helm milik Nathan berwarna putih itu. “Ini makasih ya. Kabari aku kalau kamu udah sampe rumah ya.” Ucap Ayumi yang melihat Nathan berlalu pulang meninggalkannya.

Ayumi termenung dalam diamnya. Memikirkan apa yang dia rasakan setelah bertemu dengan Nathan. Ayumi tampak tersenyum membayangkan kejadian tadi, terkadang dia kesal dengan sikapnya yang pendiam ketika bertemu pertama kali. Tapi hatinya langsung merasa nyaman saat dengan Nathan. Maybe, first meet kali ini Ayumi menyimpan rasa suka.
Ayumi membuka ponselnya yang barusan bergetar. “Aku udah sampe Ay.” Kata Nathan dalam chat. Ayumi menyimpulkan raut muka tersenyum. Ayumi berfikir kalau Nathan merasakan hal yang sama ketika Nathan memberi kabar tersebut.
Tapi berminggu-minggu Nathan tak pernah mengabarinya. Tak pernah sedikit pun. Meski Ayumi tau kalau Nathan sibuk dengan tugas-tugas kuliahnya. Ada keinginannya untuk memulai percakapan di Line, tapi Ayumi tau diri kalau dia bukan siapa-siapa.

Hampir setengah tahun Nathan menghilang. Nathan kembali memberi kabar pada Ayumi dan mengajaknya untuk bertemu. Rasa lelah hati yang Ayumi rasakan sedikit hilang karena Nathan kembali. Kali ini Nathan membawa Ayumi ke tempat Steak.

“Kamu kemana aja sih Nath?” tukas Ayumi.
“Ada aja kok, Ay. Ya aku ada tugas kuliah juga. Pokoknya sibuk banget.” Jelas Nathan sambil mengunyah makanannya.
“Iya sibuk banget sampe chat aku engga kamu read terus hilang lama banget dan balik lagi.” Kata Ayumi tanpa menatap mata Nathan.
“Ay maaf bukan maksud aku ninggalin kamu.”
“Ya… gak papa sebenernya lagian aku bukan siapa-siapa kamu jadi aku enggak berhak kaya gini ke kamu sih.” Tembak Ayumi.
“Duh… Ay. Sorry sekali lagi aku enggak bermaksud gitu kok sama kamu.” jelas Nathan dengan suara sedikit memelas.
“Ya udah sih…” kata Ayumi mengakhiri obrolan.
Nathan dan Ayumi menghabiskan makanan mereka masing-masing dalam kekikukkan. Ayumi tampak kesal.
“Abis ini mau kemana lagi, Ay?” tanya Nathan.
“Pulang aja Nath. Lagian bingung mau kemana lagi.” Tukas Ayumi.
Nathan mengiyakan jawaban Ayumi, tak bisa berbuat apa-apa.

“Ay?” suara Nathan terdengar ditengah perjalanan pulang. “Ngobrol dong… jangan diem aja.” Rayu Nathan.
“Kamu dong yang ngobrol, usaha kek nanya apa. Jangan aku aja yang mikir biar enggak sepi kaya gini.”
“Jutek amat sih Ay. Enggak akan maafin aku emangnya? Kalau enggak akan maafin aku ya gak papa, yang penting aku udah minta maaf sama kamu, Ay.” Ujar Nathan
Ayumi tidak menghiraukan apa yang Nathan ucapkan. Dia hanya duduk diam di belakang Nathan sampai mereka berpisah.

“Ay, aku udah sampe rumah, kamu udah tidur?” kata Nathan di Line.
Ayumi sedikit merasa tidak enak setelah memperlakukan Nathan, Ayumi mungkin terbawa perasaan. Akhirnya dia kembali bersikap seperti biasa.

Tiga bulan telah berlalu, Nathan masih ada untuk Ayumi namun tanpa ada status. Tapi sekarang Nathan menghilang lagi tanpa tau apa alasan Nathan kenapa tiba-tiba menghilang meninggalkan Ayumi yang telah berharap banyak. Ayumi kini mencoba mengabari Nathan lebih dulu. “Nathaaan..” sapa Ayumi di sebuah percakapan. Tak berselang lama, hanya 10 menit Nathan membalas. “Apa Ayumi?”. Ayumi mengakhiri percakapan. “Gak papa, Nath”. Nathan pun tidak merespon chat terakhir Ayumi itu. Benar-benar, hati Ayumi begitu sakit. Alasan apa yang membuat Nathan bersikap seperti itu?

Waktu demi waktu berlalu. Tidak mungkin Ayumi menunggu Nathan yang tak pernah ada kepastian. Dia mencoba move on dari Nathan, harus mencari pengganti untuk menghindar dari bayangan Nathan. Dia bertemu dengan Ale yang ternyata teman kampus Nathan, hanya berbeda jurusan. Berbanding 360 derajat dengan Nathan, Ale sangatlah jauh lebih baik. Meski begitu, Ayumi tak bisa melupakan cinta pada pandangan pertamanya pada Nathan.

ADVERTISEMENT

“Ay.. kita nonton yuk abis ini.” ajak Ale ketika selesai makan dicafe.
“Iya, Le. Emang minggu ini ada film yang rame ya?” tanya Ayumi.
“Ada kalau enggak salah. Film horror suka engga?”
Ayumi mengangguk mengiyakan pertanyaan Ale. “Iya suka kok,” sambil mengecek barang sebelum meninggalkan cafe. “Judulnya apaan?”
“Insidious yang chapter 3, Ay.”
“Oh iya, boleh deh gampang hehe.” Jawab enteng Ayumi.
Ale menggoda, “Haha awas aja kalau ngumpet ke bahu aku.”
“Enggaklah…” tukas Ayumi sedikit tertawa kecil menghiraukan candaan Ale.

Rasanya aneh. Ngejalanin hubungan dengan orang yang enggak kita suka. Setelah menjalani pendekatan dengan Ale selama 1 bulan, Ale menyatakan perasaannya kepada Ayumi. Bukan maksud Ayumi terpaksa menerima Ale, tapi dia mencoba berusaha untuk melupakan pikirannya terhadap Nathan yang selalu ada membayangi. Satu minggu berjalan, Ayumi masih belum menemukan kenyamanan dengan Ale. Apa yang salah dengan semuanya? Ale begitu perhatian, dia tanpa pamrih mengantar dan menjemput Ayumi saat dibutuhkan. Kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan Ale tak bisa merubah hati Ayumi yang tetap kukuh pada Nathan.

Kembali, Ayumi duduk di sebuah tampat makan sendirian. Dan tertegun dalam diamnya. Hampir 2 minggu menjalani hubungan dengan Ale, perasaannya masi flat. Entah kenapa hatinya tak bisa luluh. Bersikeras tetap ingin memikirkan Nathan. Lalu, tangannya mengambil ponsel yang ada di dalam tas di atas meja makan. seketika, Ayumi membuka obrolannya dengan Ale dan mengungkapkan sesuatu.
“Le… sebelumnya aku mau bilang makasih banyak, makasih banget. Tapi aku pikir dan aku rasa, kita udah enggak bisa sama-sama lagi. Aku enggak mau terlalu jauh nyakitin hati kamu sama sikap aku yang flat sampe sekarang ke kamu. Dan maafin aku, selama kita pacaran aku belum bisa bikin kamu seneng.” Tulis Ayumi kepada Ale.
Tidak lama kemudian, Ale menelpon Ayumi. Ayumi pun mau tidak mau harus mengangkat telepon itu dan menjelaskannya.
“Ay? Boleh ya aku ngomong duluan?” ucap Ale lirih.
“Hmm…” Ayumi mengiyakan dan mempersilahkan.
“Jujur, kecewa banget baca itu. Aku kira selama ini kamu juga sama kaya aku, ternyata pura pura. Kenapa kamu enggak bisa buka hati kamu buat aku? Kenapa kamu harus putusin aku? Kalau emang belum bisa buka hati kamu, jalanin dulu aja siapa tau nanti bisa.” Kata Ale.
“Le, please. Ngertiin posisi aku. Iya, aku tau kamu terlanjur sakit hati dan aku enggak mau itu terjadi setelah kita ngejalanin hubungan yang udah lama. Aku lebih baik ungkapin ini sekarang daripada nanti. Aku bener-bener minta maaf banget, Le.” Jelas Ayumi mulai berkaca-kaca.
“Padahal aku udah berjuang semampu aku buat bikin kamu nyaman. Aku bela-belain nolak cewek-cewek yang lagi deket sama aku demi kamu, Ay. Aku pikir kamu bisa serius berjuang bareng, tapi malah nyerah kaya gini. Apa kamu udah punya cowok lain?”
“Gak! Bukan karena aku ada cowok lain, Le.” Kata Ayumi tegas, bukan karena itu. tapi karena luka lama yang masih terbayang.
“Oke aku terima keputusan kamu meski terpaksa, Ay. Maaf kalau aku belum bisa ngasih yang terbaik dan makasih, Ay.” Ale mengakhiri teleponnya.

Hubungan Ale dan Ayumi berakhir tapi keduanya masih berteman baik. Besar harapan Ale untuk bisa kembali dengan Ayumi. Dan, Nathan yang setelah lama menghilang kini datang lagi ke kehidupan Ayumi. Nathan meminta cewek ini untuk menemaninya ke undangan pernikahan teman kampusnya. Tapi sayang, jadwalnya bentrok dengan jam kerja Ayumi yang padat. Kedatangannya kembali pada Ayumi sangat membuat bimbang hati dan pikirannya. Disatu sisi Ayumi memang menyukai Nathan sejak pertama bertemu. Tapi di sisi lain, hatinya begitu sakit menunggu harapan yang tak pernah ada kepastian. Friendzone ini sangat menyiksa Ayumi.
“Ya udah, Ay kalau kamu enggak bisa temenin aku besok. Minggu depan bisa enggak kira-kira?” tanya Nathan.
“Minggu depan emangnya ada apaan?” Ayumi kembali bertanya.
“Kakak aku nikah, aku mau ajak kamu dateng sama aku. Nanti aku kabarin lagi tapi ya?” ucap Nathan mengunyah makanan yang penuh dimulutnya.
“Oh boleh. Kayanya bisa. Soalnya minggu depan kan tanggal merah, Nath.” Kata Ayumi mengembangkan senyum pertanda ada suatu harapan kalau Nathan akan serius.

Hari H yang ditunggu Ayumi telah tiba, tapi Nathan belum juga mengabarinya. Seperti biasa, Ayumi hanya menghembuskan nafas panjang. Ayumi tau, kenapa Nathan belum juga mengajaknya untuk bersiap-siap. Artinya, Nathan tidak benar-benar serius mengajak Ayumi. Seminggu setelah hari pernikahan Kakaknya Nathan, Nathan kembali meminta Ayumi untuk bertemu dengannya. Tapi, Nathan yang memilih tempatnya. Di kostan milik teman kampus Nathan, meski Ayumi kecewa karena sikap Nathan yang selalu datang dan pergi tapi Ayumi mengiyakan ajakan Nathan untuk bertemu.
“Kost-an temen kamu, Nath? Kok sepi? Pada kemana?” tanya Ayumi melihat kediaman kost itu tampak sepi dan rapi.
“Temen aku pada main, ya udah aku ajak kamu ke sini Ay. Kita nonton film aja, Ay. Coba itu banyak pilihannya kok.” Kata Nathan.
Dua jam mereka menonton film romantis, membuat Ayumi merasa ngantuk. “Nath, aku ngantuk. Boleh tidur enggak?” tanya Ayumi meminta izin.
“Iya itu di sana, gak papa.” Tunjuk Nathan ketempat tidur yang bertemakan hitam putih namun didominasikan warna hitam.

Ayumi tertidur tidak terlalu lama. Ayumi membuka matanya dan terlihat Nathan menghampirinya kemudian duduk dan memeluk tubuh Ayumi. Bukan tidak mau, tapi Ayumi merasa ada hal yang membuat pelukan Nathan tak boleh dilepaskan meski Nathan seringkali membuatnya kecewa.
“Kamu jangan tinggalin aku, Nath…” ucap lirih Ayumi.
Nathan terus memeluknya tanpa menjawab yang diucapkan Ayumi. Nathan melihat ke arah wajah Ayumi dan menatapnya untuk beberapa saat. Lalu, Nathan mencium Ayumi yang juga menatap penuh harap akan kejelasan hubungannya ini. Ayumi yang memang menyukai Nathan tampak menikmatinya, jelas Ayumi memang sayang.
“Nath, udah malem. Aku mau pulang aja..” kata Ayumi.
“Iya, besok kerja masuk pagi emangnya?” tanya Nathan.
“Enggak kok, Nath. Besok aku cuti enggak masuk kerja.” Katanya sambil memasukkan barang ke dalam tasnya.

Entah kenapa sesudah kejadian itu, Nathan berubah. Ayumi memberanikan diri mengajak Nathan bertemu setelah dua bulan menghilang.
“Gimana kabar kamu, Nath?” tanya Ayumi tanpa menghiraukan Nathan yang ada duduk di hadapannya.
“Kabar aku baik dong Ay. Kaya yang udah enggak ketemu lama banget nanya kabar.” Ujar Nathan.
Ayumi kembali membahas ajakan Nathan untuk datang ke pernikahan kakak Nathan. “Ya gak papa sih, Nath. Eh gimana pernikahan kakak kamu lancar?” pertanyaan itu langsung ditujukan oleh Ayumi tanpa basa-basi.
“Alhamdulillah, Ay lancar.” Jawab Nathan singkat.
Nathan tidak ingat apa yang sudah dia katakan, mengajak Ayumi untuk datang ke pernikahan kakaknya itu. Seakan tak bersalah.
“Oh gitu, pasti kamu sibuk banget ya, Nath?”
“Iya, Ay aku kebetulan yang dokumentasiin pernikahan mereka.” Kata Nathan.
“Pantesan dong, sampe lupa kan kalau kamu pernah ajak aku buat dateng ke sana bareng kamu.” tukas Ayumi.
Nathan langsung menatap wajah Ayumi. “Bukan maksud aku ngebatalin, Ay. Tapi…” penjelasannya langsung dipotong oleh Ayumi.
“Gak papa, Nath. Aku udah biasa kok. Lagian kamu pasti sibuk banget. Tapi sekiranya kamu emang enggak bisa nepatin janji kamu, mending kamu jangan ajak aku aja sekalian daripada jatohnya aku ngarep.” Hati Ayumi kembali terenyuh mengingatnya.
“Astaga, Ay. Kamu ngomongnya gitu sih? Maaf kalau emang itu bikin kamu sakit hati, bener-bener aku enggak ada niatan untuk nyakitin kamu.”
“Ya udahlah lagian nikahan kakak kamu udah lewat kok. Aku mau tanya sekarang, kamu sering ajak aku ngedate kayak gini, buat apa? Setelah lama kamu suka ngilang terus balik lagi, ngilang lagi balik lagi.” Unek-uneknya mulai tersampaikan pada Nathan.
“Ay, please ngerti. Aku butuh waktu…”
Ayumi kembali memotong kalimat Nathan. “Butuh waktu berapa lama lagi, Nath? Sampe aku sia-siain cowok yang lebih baik dari kamu pergi?” ayumi menghela nafas untuk beberapa detik dan melanjutkan unek-uneknya. “Aku itu udah terlanjur suka dan sayang ke kamu, Nath. Kamu pergi dan balik lagi, aku terima. Aku kira kamu balik lagi ke aku itu kamu bakal ngasih kepastian, tapi enggak. Kamu terus-terusan dateng dan ngasih harapan, kemudian kamu ngilang bikin aku bimbang lalu balik lagi setelah aku udah mau lupain kamu dan semuanya. Bukan maksud kau untuk ngeburu-buru kamu. tapi, cewek mana yang mau digantungin hubungannya kayak gini? Aku tuh capek Nath, seakan kaya rest area bagi kamu. Disaat kamu butuh temen, kamu datengin aku. Kamu lagi sibuk dan asik sama yang lain, kamu pergi tinggalin aku. Coba kamu pikir dan bayangin kalau kamu diposisi aku, Nath.” Kata Ayumi panjang lebar mengungkapkan apa yang selama ini dirasakan kepada Nathan.
Nathan seakan kaku membisu. Lagi-lagi Ayumi memojokkan Nathan yang diam tak berucap. “Nath, kamu inget waktu dua bulan kemarin kamu ajak aku ketemu? Kamu inget apa yang kamu udah lakuin ke aku? Kamu cium dan peluk aku seakan kamu enggak akan tinggalin aku. Saat itu kamu bikin aku nyaman banget, Nath. Kamu lakuin itu ke aku karena sayang atau apa? Terus terang aku enggak ngerti sama sikap kamu.”
“Iya aku sayang, Ay.” Katanya lirih.
“Terus kamu tinggalin aku setelah apa yang kamu lakuin? Ya udahlah mungkin ini salah aku dari awal udah kebawa perasaan sama kebaikan kamu terhadap aku. Makasih untuk semuanya.” Jelas Ayumi yang berlalu pergi meninggalkan Nathan.

Dan pertemuan itu menjadi pertemuan terakhir untuk Ayumi dan Nathan.

Cerpen Karangan: Asti Rahmawati
Facebook: facebook.com/asti.rahmawati.7

Cerpen Rest Area merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Buku Harian Mereka

Oleh:
7 agustus 2007 Tampangnya sok banget ! penampilannya berantakan dan sepertinya typical cowok berandal. Baru hari ini berpapasan langsung dengannya dan dari penampilannya yang seperti tadi, ingatanku kembali akan

Short Story (2010)

Oleh:
Aku jatuh cinta. Aku kenal dia di taman besar dalam rumah besar milik Nikka, seseorang yang sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri. Namun mata itu, hidung itu, wajah itu. Sesuatu

Your Fault

Oleh:
Aku punya cerita. Ini cerita kenyataan, salah satu bagian dalam hidupku. Namaku Rania Larasati, panggil saja Ran. Aku akan menceritakan salah satu bagian hidupku dimana aku ditembak salah satu

Mengejar bayangan

Oleh:
Apalah arti dari sebuah perasaan yang menyelimuti hati ini, semakin dicoba untuk di singkirkan semakin terasa sakit.. semakin di rasakan semakin menjadi-jadi… Wanita itu duduk terdiam dalam keheningan di

Perang Hati Remaja

Oleh:
Bel berbunyi, dan tina pun keluar dari mobil ayah nya, begitulah rutinitas dia selama duduk di bangku sma. “heh Tin, apa gak bosen kamu berangkat bareng sama ayah terus?

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *