Saat Cintamu Menyapa (Part 1)

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Lucu (Humor)
Lolos moderasi pada: 5 October 2019

Cintaku padamu bukanlah tulisan di atas pasir… Tak ingin kujanjikan kebahagiaan
Karena aku takut kau kecewa
Aku hanya ingin kau merasakan
Kebahagiaan bersamaku itu nyata

Aku tahu dalam setiap lamunanku
Kita berpisah oleh jarak ruang dan waktu
Merambat dalam setiap pikiran
Memecahkan semua kegundahan di jiwa

Hanya sebuah kepastian dan kepercayaan
Hanya sebuah kerinduan dan keinginan
Kesetiaan yang selalu aku tancapkan
Kini menjadi sebuah keyakinan

Kita terhalang oleh sebuah waktu
Tapi kita kan selalu menunggu sampai menyatu
Aku dan kamu dalam jarak yang tak menentu
Tapi cinta ini akan selalu untukmu

Walau saat ini jarak memisahkan kita
Aku tetap berharap kamu akan selalu setia
Cinta ini, rasa ini dan rindu ini akan selalu kujaga
Demi cinta kita berdua

Aku menunggumu sampai akhir usiaku
Yang dengan mudahnya tersapu ombak di bibir pantai…
Serta menghilang tanpa sisakan bekas…
Kemudian kutuliskan lagi…

Cintaku padamu bukan tulisan di atas kaca…
Yang pabila terhapus tak meninggalkan jejak…
Namun kutuliskan di langit-langit hatiku…
Dengan tinta do’a dan harapan…

Cintaku padamu bukanlah bualan sesaat…
Yang pabila bosan menerjang hatiku…
Dapat tergantikan semauku…
Karena cintaku bukanlah cinta main-main…

Cintaku padamu bukanlah cinta yang biasa…
Yang pabila dihantam badai amarah…
Dengan mudahnya hancur tak bersisa…
Karena cintaku berasal dari tuhanku…

Alfred menulis sebuah puisi untuk elmida harnum. Bagaimana mereka bertemu? Dimana mereka memulai sebuah perbedaan hanya untuk diingat saat semua seperti khayalan? Benarkah..?

ADVERTISEMENT

Persimpangan jalan padat merayap kendaraan layaknya ular. Bocah bocah mulai bernyanyi dengan gitar tua. Mencari hidup di jakarta bukan hal mudah. Perantau sepertiku ini bisa apa tanpa usaha keras? Beruntung aku punya pengalaman di beberapa perusahaan. Itu sedikit membantu disaat begini.

Aku duduk makan di sebuah warteg.. Warung makan khas jawa yang murah meriah. Sambil sesekali membuka facebook. Datanglah seorang wanita berkerudung putih. Senyum-nya seperti bunga di padang yang siap mekar. Memamerkan gigi ratanya rapi dengan lipstik merah menghias di bibir. Hampir saja aku mimisan sebelum dibuyarkan oleh bunyi kentut dari pantatku. “Oh sial… Memalukan..” pikirku
“Kak maaf ya? Tapi itu menggangu untung aku belum memesan makanan. Bisa muntah karenamu?” wanita berkerudung itu mulai marah
“Maafkan aku? Ini di luar kendali, untung saja ampasnya tidak ikut… Bisa..” wanita itu memamerkan muka merahnya tanda marah sebelum aku melanjutkan usahaku. Awal perkenalan yang buruk

Lampu taman kota mulai nyala. Hilir mudik ibukota mulai ramai, aku memacu motor vixion ke sebuah tempat. Warnet, warung internet cara menghabiskan waktu untuk aku yang anak kos. Dari pada di rumah ditemani indomie isi dua mending
Amankan diri dengan bermain game.

Ada seorang wanita duduk tepat di sebelah. “Oh my god dia lagi…” kataku dalam hati. Kali ini ia tak mengenakan kerudung. Rambut sebahu. Baju kaos pink. Celana pink selutut, sepatu pink dengan kerah memanjang. Cantik sekali seperti boneka yang biasa joget di pertigaan lampu merah. Tapi bedanya ia sekarang berjoget di hatiku. Rasanya aku meleleh seperti es. Ia menatap yang mulai sadar akan kehadiranku yang tak diundang. “Lah… Kamu yang tadi siang…? Kenapa menatapku seperti itu, kamu tak sedang kentut..?” sebelum ia melanjutkan kata-katanya ia menutup hidung menyadari bau menyan yang meledakan kepala, membuat mata perih, sesak napas dan lupa ingatan… Skip..

Ia akhirnya pindah ke komputer lain yang masih kosong. Sambil menatapku penuh geli.

Namaku alfred dan hobbyku termasuk unik dan diturunkan turun temurun dari nenek moyang. Hobby yang kumaksud. Hobby kentut kalau jatuh cinta.
Cukup tarik napas dalam dalam dan tak bisa bangkit lagi. Dan lepaskan lewat belakang dan terjadilah ledakan yang membuat mata perih napas sesak.

Dua kali bertemu dan awal yang menyebalkan. Dan tidak tau kenapa dua minggu berikutnya kita sama-sama melamar di satu perusahaan yang sama. Dari 500 orang yang lamar. Hanya aku dan dia yang diterima. Aku bagian pemasaran barang. Sementara dia? Ya.. Benar sekali dia yang punya perusahaan dan merangkap sebagai admin. Setiap barang yang masuk dan keluar dia wajib tahu. Bahkan walau barangnya tidak mau keluar… Skip..

Aku bagian menawarkan pada konsumen. Walau kadang konsumen tidak mau ditawarin tapi kupaksa yang akhirnya tidak beli juga.

Perusahaan yang kumaksud adalah jual beli elektronik. Handphone, komputer, laptop dan elektronik lainnya.
Karena seringnya aku dan dia bekerja sama aku kenal dia sebagai kak mida.
Nama panjangnya elmida harnum. Mungkin masih saudara dengan hanum pramantio. Bukan produser film tapi tukang bubur naik haji di depan kantor.

Gemerlap cahaya lampu ibukota menghias. Aku tersenyum sendiri di lampu taman yang berhias lilin kecil.
Tak kusangka hari ini ia mengajak aku makan bareng di sebuah resto. Masih ku bertanya apa dia menyukai aku juga? Atau perasaan sebagai bos dan bawahan. Entahlah yang ku tau aku menikmati makanan dan juga setiap pelukannya waktu kita pulang tadi siang.

Elmida harnum berdiri di balkon rumahnya yang bertingkat sambil menatap cahaya lampu menghias di ibukota jakarta. “Alfred..” apakah ini cinta. Tapi aku merasakannya lagi. Perasaan yang sama . Seperti bunga mekar di kepalaku dan tak ingin ku ini berakhir. Cinta datang tanpa permisi dan senyum serta tingkah jenakamu mampu buat aku merasakannya lagi. Perasaan yang sama dari seseorang yang pernah mencintaiku.

5 tahun yang lalu.
Elmida harnum masih menangis saat rangga menolaknya. Cinta yang dipedamnya selama ini seakan sirna. Karena ternyata rangga sudah bertunangan dengan wanita pujaannya.

“Lalu mengapa kau memberi kode, harapan seakan kau juga mencintai aku?”
“Mida maafkan aku membuatmu kecewa tapi aku tak bisa bersamamu karena hatiku telah dimiliki. Mana mungkin kita bisa bersatu, sementara hatiku telah menyatu dengan yang lain”.

Siang menjelma seakan ingin membakar bumi dengan amarah. Mida bermain gitar di padu musik dari hp. Tak terasa air mata mengalir dari mata indahnya. Keheningan menyapa tak permisi hingga khilaf datang menggoda. Mida tau betapa sakitnya untuk kesekian cinta mengucapkan perpisahan disaat yang tidak tepat

Mungkin ini waktu yang tepat untuk berpisah. Cukup saling memperhatikan dan perlahan biarkan semua menjauh.
Dan kini biarkan semua berlalu seperti biasanya seakan kita tak pernah mengenal.

Kembali ke masa sekarang.
Alfred masih menatap detik jam yang berlalu,di luar hujan masih menyapa. Sambil sesekali mengecek hp alfred masih dengan keinginan yang kuat untuk bertemu mida di sebuah cafe nanti malam. Sesuai kesepakatan mereka sebelumnya. Cukur kumis, cabut bulu hidung, gunting rambut. Alfred merasa seperti primadona sambil menambahkan pewangi minyak di ketiak tak lupa sebuah bunga dihias pita merah.

Motor tua itu melaju dengan suara seperti orang batuk menyusuri ibukota yang basah oleh rintik hujan yang tak mau pergi. Belum sempat alfred masuk ke dalam cafe, dari luar terlihat jelas, dari balik kaca bening mida sedang dipeluk oleh seseorang begitu rapat pada sebuah meja yang belum terisi pesanan.
Alfred terdiam seribu bahasa seakan ini seperti mimpi dan harapan yang lama terpendam seakan bergejolak siap diledakan. Bunga itu jatuh menyapa bumi disertai air mata yang tak terlihat oleh rintik hujan.

Mida duduk sambil sesekali menatap jam di tangan, menunggu alfred di sebuah cafe sambil sesekali mengecek hp, bosan mulai melanda seperti ribuan jam yang terlalu lama, hujan masih rintik menyapa. “Hai mida, apa kabar? Sedang apa disini.?” suara yang tiba tiba dari belakang sambil menepuk pundak mida, membuyarkan segala lamunan. Mida berdiri memandang pria itu dan terdiam tanpa suara, belum habis rasa penasaran pria itu sudah memeluknya dengan erat, seakan tak ingin dilepas.. Keheningan begitu berarti menyapa. “Rangga..?” mida berkata singkat. Saat memandang keluar ia melihat dengan jelas alfred telah berlalu dengan motornya.

“Kamu ngapain di sini, bukannya kamu udah nikah…?” mida menghela nafas.
I”Ya justru itu aku ingin kenalin kamu, eh itu dia! Sini sayang kenalin ini mida temanku..”

Mida terdiam di cafe seiring kepergian rangga dengan istrinya. Dia termenung sendiri tanpa suara sementara musik dari speaker di sudut bernyanyi.

Jalanan masih basah motor butut itu melaju. Menyipratkan genangan air.
Musisi jalanan mulai bernyanyi berduka.
Hewan malam berlari kian kemari tanpa suara. Di sini terlalu dingin. Alfred memegang erat tubuhnya. Masuk kamar dan menghidupkan musik dari tape recorder sekeras mungkin.

Mida melemparkan tas di sudut ranjang. Terdiam termenung tanpa arti, rasa kesal menyapa apa lagi dari tadi telepon alfred tak tersambung.
Hitam putih menari di sekeliling, mida melihat bayangan pria duduk di sebelah kaca dengan wajah tertunduk lesu.
Mida mengucek mata beberapa kali tak percaya. Ia menampar pipi pelan sambil mencubit tangannya mencoba yakinkan diri bahwa bayangan itu hnya halusinasi tidak nyata.

Ternyata bayangan itu nyata, buktinya bayangan itu berdiri dan berjalan pelan menuju arahnya. Mida terdiam seperti ada yang mencekik lehernya kuat, terlalu kuat.. Sampai nafas tersedak, dan tiba-tiba lampu hidup. Jesika, mama mida berdiri dengan tongkat bisbol di tangan. Mida apa yang terjadi..? Jesika sedikit binggung lihat mida putrinya.

Alfred meminum kopi dari gelas kaca, lelah dan bosan. Meraih remot dan mengganti chanel tv. Jam berdetak 23.45 wib, suara cicak menggundang hawa dingin, alfred merindukan seseorang, mida. “Harusnya malam ini lebih menarik bukan malam ini lagi. Sepi ini lagi. Hanya nafas dari detak jantungku sendiri tanpa sapa darimu yang biasa usik sepiku.

Suara anjing mengusik malam dering suara hp membuyarkan lamunan. Suara anak menangis dari kamar sebelah. Alfred bangkit dan mmenempelkan kupingnya. Suara lembut itu seakan merasuki alfred dan matanya putih senyumnya lain memamerkan ggiginya yang tak rata…

Bersambung…

Cerpen Karangan: Alfred Pandie
Blog / Facebook: Alfredpandie[-at-]yahoo.com

Cerpen Saat Cintamu Menyapa (Part 1) merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Gara Gara GP

Oleh:
Seorang lelaki berkulit coklat bernama Dadang duduk termangu dalam ruangan yang sangat gaduh. Ruangan itu seperti pasar yang baru menggelar dagangan dan semua penghuni berteriak mencari pelanggan. Dadang menghela

Semua Karena Cinta

Oleh:
Bagiku cinta hanyalah sebuah skenario yang diatur. Sebentar pacaran, dan tak lama kemudian putus. Itulah mengapa aku sampai sekarang masih jomblo. Lebih baik aku menulis sebuah buku. Itu lebih

Bintang Yang Nyata

Oleh:
Aku masih ingat pada malam itu, kau menghampiri diriku yang duduk termenung seorang diri, menatap indahnya langit malam yang ditaburi oleh bintang yang sangat berkilau terang di setiap sisi

I Love You, Kaka

Oleh:
Cindy menghembuskan napas, mencoba menetralisir degup jantung yang sedari tadi membuatnya gugup. Perlahan, dia menaiki satu per satu anak tangga. Semakin dia melangkah, degup jantungnya semakin kencang. Ingin rasanya

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

One response to “Saat Cintamu Menyapa (Part 1)”

  1. dinbel says:

    prt 2 nya blm ada ya. ditunggu ya part 2 nya.
    klo boleh aku koreksi sedikit aku gak awalnya pas di bagian alfard melihat foto perempuan di fecbooks nya tapi kok pas di baca lagi tiba2 kok perempuan itu ada di sampingnya. tolong di betulkan lagi ya bahasa & urutan peristiwanyq. semoga part 2 lebih seru & rapi lagi ya bahasa serta urutan peristiwa nya. sayang kan ceritanya udah bagus.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *