Sahabat Masa Kecil

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta
Lolos moderasi pada: 13 February 2016

Siang itu, selesai kuliah Putri dikejutkan oleh telepon dari teman lamanya. Dani. “Woy Put, aku di depan kampus nih, ke sini ya cepet. Jamuran nih,” ujar Dani di ujung telepon. Putri yang masih bingung berusaha mencari sang sahabat dengan tetap memegang handphone. Dan tersadar dengan teriakan Dani di telepon. “Haloo.. Put, muka tuh muka, dikontrol gak usah kayak orang bingung gitu. Aku di seberang jalan! lihat ke depan kamu. Itu mukaaa jelek banget tahu.. hahaha,” ledek Dani.

Putri yang masih bingung tersadar dengan teriakan dan ledekan Dani. “Sialan nih bocah,” umpat Putri seraya mematikan handphonenya dan menyeberang jalan. Dani pun segera menyambut sahabat kecilnya semenjak SMP. “Hai,” ujar Dani setelah Putri ada di hadapannya. “Kangen juga sama kamu Put!” ujar Dani cengengesan. Putri yang kaget karena tiba-tiba dikunjungin makhluk berwajah manis ini hanya bisa nyengir kuda. “Tumben banget ke sini. Biasanya sibuk mulu.. sibuk pacaran! Putus ya sama si Dinda? Hahaha sukurin,” ledek Putri dengan puas pada sahabatnya.

“Rese ya kamu Put.. awas kamu!” balas Dani pada Putri.
“Bukannya dihibur malah diledekin.. udah lama kali aku putus sama Dinda. Gak tahu kan? Sombong sih, mentang-mentang lagi di pedekatein Ilham,” ledek Dani lagi.
“Ih, siapa juga yang dipedekatein. Gak mau aku mah sama anak itu. Ogah.. eh ngomong-ngomong seriusan nih kamu putis sama si Dinda Dan? Gak lagi becandain aku kan?” tanya Putri pada Dani. “Ngga Put.. aku seriusan udahan sama si Dinda. Udah sebulan ini. Dia cemburu sama kamu. Karena aku suka lebih khawatirin kamu daripada dia,” ujar Dani lagi dengan mimik serius.

“Ya lagian sih.. ngapain juga khawatirin aku gitu banget. Terang aja si Dinda marah terus minta putus. Ngapain sih khawatirin aku banget? Gue.. udah gede Dan.” ujar Putri panjang lebar pada sahabatnya. “Udah, masuk dulu ke mobil. Entar aku jelasin semuanya. Mau hujan. Kita balik ke rumah kamu,” ucap Dani seraya mendorong Putri ke mobilnya. Dan gadis itu menurut akan perintah Dani. “Makan, laper nih Dan, aku belum sarapan tadi.. yah yah? Kita makan dulu, baru pulang,” ucap Putri manja pada sahabatnya.
“Hmm, yang begini nih bikin aku gak tahan sama anak ini, sayang banget sama anak ini,” ucap Dani dalam hati.

Ya, ternyata Dani sudah lama memendam perasaan sayang terhadap sahabatnya. Namun, dia enggan untuk bicara tentang perasaannya pada Putri. Karena masih ragu akan perasaannya. Apakah hanya rasa sayang sebagai sahabat ataukah sayang sebagai kekasih. Lama Dani melamun.. dan tersadar dengan tepukan halus di pipinya. Ternyata Putri.. dia menepuk-nepuk pipinya sambil ngomel-ngomel karena pertanyaannya tidak dijawab oleh Dani.

“Iya, kita makan dulu.. baru balik deh,” ujar Dani lembut.
“Tumben.. lembut banget ngomong sama aku? Biasanya nggak gini? Kenapa ya? Efek putus ya sama Dinda, jadi masih galaukah?” ledek Putri lagi.
“Hmm terus aja.. ledekin aku sampe kamu puas.. gak apa-apalah asal kamu bahagia. Aku bahagia Put.” ujar Dani belagak melankolis.
“Hahaha, nggak ih.. aku gak ngeledekin kamu. Serius.. aku sedih kalau kamu sedih. Aku sakit kalau kamu disakitin cewek lain. Kan aku sayang sama kamu.” ujar Putri memasang mimik sedih dengan lucu.

“Aku juga sayang kamu Put,” ujar Dani serius.
“Ah, becanda nih, habis putus jadi gini deh.. Dani ih, gak lucu ah!” ucap Putri salah tingkah karena melihat Dani menatapnya tanpa berkedip.
“Putri.. aku serius. Aku sayang kamu. Dari dulu. Emang aku suka kamu di deketin cowok lain? Nggak.. aku gak suka. Aku serius sayang sama kamu. Kalau gak percaya, tanya gih sana sama Mas Ryan. Dia tahu semua tentang perasaan aku ke kamu sayang,” beber Dani pada Putri. Putri yang masih kaget mendengar pernyataan Dani segera tersadar. Gadis itu sekarang merasa bingung akan perasaannya pada Dani. Terlebih lagi.. saat ini Putri sedang dekat dengan Ari, teman sekelasnya. “Ah, kenapa semua jadi begini..” batin gadis itu bingung.

“Put.. kita jadi makan kan?” tanya Dani hati-hati pada gadis manis yang sangat dia sayang dari dulu.
“Eh, emh iya.. jadi, jadi makan dong.. laper.” ucap Putri seperti biasa, seakan tidak terjadi apa-apa.
“Tempat biasa nih? tanya Dani lagi.
“Yup, tempat biasa, cusss,” ujar Putri seraya mencolek pipi Dani seperti biasa.

Di perjalanan.. mereka berdua saling terdiam, tidak ada becandaan, ledek-ledekan seperti biasa. Keduanya seakan tenggelam dalam pikiran masing-masing. Tiba-tiba Dani memecah kesunyian di antara mereka. “Put.. kamu marah ya? Aku bilang sayang?” tanya Dani hati-hati.
“Nggak, gak marah. Aku cuma bingung aja.. kaget.. kok bisa sih? Kenapa aku?” tanya Putri.
“Kamu gak suka ya.. kalau kamu gak suka aku bilang gitu, aku minta maaf Put, aku cuma gak mau kehilangan kamu lagi. Aku gak mau kamu keburu disamber si Ari. Aku kapok.. aku gak mau sakit hati ngelihat kamu jalan sama cowok lain,” ujar Dani pada Putri.

“Mas Ryan tahu itu? Kamu cerita apa aja sama Mas Ryan? Kok dia gak pernah cerita apa-apa ke aku tentang perasaan kamu?” tanya Putri. “Iya.. Mas Ryan tahu semua. Kamu pikirin aja dulu. Aku tunggu jawaban kamu sampe kapan pun kamu siap jawab. Sementara kamu berpikir, aku bakal pergi dulu barang beberapa bulan. Nanti aku balik, aku harap kamu udah dapet jawaban itu ya Put. Apa pun jawabannya aku akan tetap jadi sahabat kamu yang paling bisa kamu andelin setelah Mas Ryan. Oke Put? Yuk ah sampe nih, katanya laper, ko malah bengong? Ayooo,” ujar Dani seraya menggenggam tangan sahabat terkasihnya.
“Iya, iya,” ujar Putri patuh.

ADVERTISEMENT

Sebenarnya tidak bisa dipungkiri, bahwa Putri pun suka dan sayang pada sahabatnya itu. Namun dia perlu waktu untuk meyakinkan perasaannya itu. Mereka pun terdiam selama makan tersebut. Dan akhirnya mereka memilih untuk segera kembali karena langit sudah mendung dengan tebalnya. Tak lama mereka pun tiba di rumah besar berpagar kayu nan asri. “Oke, sampe Put,” ujar Dani pada Putri yang jadi lebih sering melamun sejak pernyataan cinta Dani. Putri yang masih diam segera sadar.
“Oh sampe ya di rumah. Ayo turun dulu.. ada Mama tuh baru dateng,” ajak Putri pada Dani.
“Nggak usah deh, aku langsung aja ya. Masih ada urusan buat besok. Salam buat semua ya,” ujar Dani sambil melambaikan tangan pada Putri.

Putri masih saja berpikir keras di kamarnya. Tentang perasaannya. Tentang semuanya. Bagaimana ini bisa terjadi. Dan apa yang harus dia lakukan. Apakah ini yang menjadi keinginannya selama ini. Karena selama ini pun, Putri memendam perasaan pada Dani. Namun kali ini terasa rumit, karena kehadiran sosok Ari selama beberapa bulan ini yang intens mendekatinya. Tiga minggu setelah kejadian pernyataan cinta Dani padanya. Putri baru sadar kalau ternyata Dani lama tidak memghubunginya. Iseng.. Putri pun berusaha menghubunginya. Namun telepon yang dituju tidak dapat dihubungi. Penasaran.. gadis itu pun ingin bertanya pada kakak tercintanya.

“Emh, Mas Ryan, mau nanya boleh nggak?” tanya Putri ragu.
“Nanya apaan? Pasti Dani deh,” ujar sang kakak jahil.
“Ih, rese, nanya doang kali,” ujar Putri menutupi rasa malunya.
“Ya biasa aja kali,” ujar sang kakak dengan nada meledek.
“Ih, Mas Ryan.. aku serius tahu, tahu nggak Dani ke mana? Aku neleponin dari tadi gak aktif aja handphone-nya,” tanya Putri pada kakaknya.

“Ciyeh, panik nih, Dani gak bisa dihubungin.” ledek sang kakak lagi.
“Mas Ryan, aku serius nih, Dani ke mana? Pasti Mas Ryan tahu deh, kan sohib banget sama Dani?” tanya Putri berentet.
“Iya iya sayang, bentar dulu dong. Sabar.. Entar aku kasih tahu Dani ke mana,” ujar Mas Ryan dengan sayang.
“Ke mana, cepet Mas,” rajuk Putri pada kakak tersayangnya.
“Dani itu lagi ditugasin sama dosennya bikin penelitian di daerah mana, gitu, aku lupa,” ucap Mas Ryan cengengesan.
“Berapa lama Mas katanya?” tanya Putri lagi.

“Kalau gak salah 2 atau 3 bulan gitu deh, lupa ah. Dan di sana gada sinyal. Makanya kemarin dia nyatain kan sama kamu Put, sebelum dia berangkat. Karena dia takut. Begitu balik ke sini, kamu udah sama Ari. Aku saranin gitu adikku sayang. Daripada nanti kamu keburu jadian sama Ari dan Dani jadi galau gak jelas. Mending dia nyatain dululah sama kamu. Urusan diterima atau nggak sih belakangan. Iya kan?” ujar Mas Ryan panjang lebar.

Hampir 2 bulan berlalu dan hingga saat ini belum ada kabar apa pun dari Dani. Putri makin merasakan kangen yang amat sangat pada Dani. Terasa begitu menyiksa di dada. Sesak. Tiba-tiba Mas Ryan masuk ke kamarnya tanpa basa basi. Dengan muka yang panik. “Put.. put!” Dani Put! teriak Mas Ryan panik.
“Kenapa Dani Mas?!!” tanya Putri tak kalah panik.
“Dani, Dani ada di rumah sakit, gak tahu kenapa,” jawab Mas Ryan.
“Anter aku ke sana Mas.. aku mau ketemu Dani Mas, anter aku,” seraya terisak-isak.
“Iya, ayo aku anter. Ganti baju dulu sana. Hapus air matanya. Cuci muka dulu,” perintah Mas Ryan pada adik tersayangnya.

Mereka pun bergegas pergi ke salah satu rumah sakit besar di kota ini. Setelah bertanya-tanya pada suster penjaga, mereka pun diizinkan masuk. Putri yang panik langsung membuka pintu ruang perawatan tanpa mengetuk terlebih dahulu. Di samping Dani ada seorang perempuan cantik yang menungguinya. Sedangkan Dani tertidur dengan beberapa selang infus menempel di tangannya.

Putri yang melihat pemandangan itu, langsung berbalik hendak meninggalkan kamar perawatan Dani. Namun seketika ditarik kembali oleh Mas Ryan dan mendudukkannya di sofa di hadapan Dani. Tanpa berkata apa-apa, Mas Ryan beranjak pergi dengan menggandeng perempuan itu. Putri hanya terbengong dan bingung.. ada apa ini sebenarnya. Pelan-pelan Putri mendekati sosok yang terbaring lemah itu. Wajahnya tampak lebih kurus. Kulitnya tampak menghitam. Dan ketika Putri akan kembali ke sofa, tiba-tiba tangannya diraih oleh Dani.

“Jangan pergi, duduk di sini.” ucap Dani lemah. “Makasih ya kamu udah ke sini, aku kangen,” ujar Dani lagi.
“Hmm, iya sama-sama.” ucap Putri bingung. “Kamu kenapa? Masih marah sama aku? Apa karena aku bilang aku sayang kamu Put? Aku gak mau kamu sama Ari. Aku sayang kamu. Aku gak mau lihat kamu sama cowok lain, jawab dong Put.. jangan diem aja. Aku kesiksa kayak gini.” ucap Dani lagi.
“Emang, aku gak kesiksa? Kamu pergi gak kasih tahu aku. Gak bisa dihubungin. Dan tiba-tiba denger kabar kamu di rumah sakit. Apa aku gak panik? Gak kesiksa? Aku bingung.. kamu ke mana? ujar Putri seraya menyeka air matanya.

“Maaf, aku gak bermaksud bikin kamu kesiksa begini dan panik. Aku larang Mas Ryan buat kasih tahu kamu kalau aku di rumah sakit.. tapi Mas Ryan maksa. Dia bilang gak tega lihat kamu diem aja nggak kayak biasanya,” jelas Dani pada Putri sambil menggenggam erat tangan gadis itu.
“Iya, aku maafin, tapi jangan kayak gini lagi ya? jangan pernah bikin aku khawatir lagi.” ucap Putri.
“Iya, aku janji. Gak begini lagi,” janji Dani pada Putri seraya mengelus kepala sang gadis dengan lembut.
“Jadi, kita, sekarang?” tanya Dani tidak meneruskan ucapannya. “Apa?” tanya Putri pura-pura bodoh.
“Hmm mulai deh, pura-pura bodoh,” ucap Dani seraya menarik Putri agar lebih dekat padanya dan tidak melepaskan genggamannya.

“Iya, iya, aku nyerah, sakit,” ujar Putri manja.
“Kita berdua sekarang, pacaran kan?” tanya Dani memastikan.
“Hmm gimana ya, diterima nggak ya,” ledek Putri pada Dani.
“Put, aku serius Put,” tambah Dani lagi. Dan kali ini dengan wajah yang sangat serius.
“Aku bener-bener sayang kamu Put. Di sana gada sinyal bikin aku kesiksa banget. Kepikiran terus. Makanya jadi sakit gini, gak bisa nelepon dan lain-lain,” ucap Dani menerangkan.
“Iya, iya, aku tahu kamu kesiksa. Apalagi aku. Aku baru sadar kalau aku juga bener-bener sayang kamu. Apalagi tadi lihat kamu ditungguin cewek cantik. Huhhh aku pikir pacar baru kamu. Untung bukan,” jawab Putri panjang lebar.

“Hahaha, bukan dong sayang, itu bukan pacar aku. Pacar aku kan kamu. Itu pacar Mas Ryan, dia sepupu aku. Lupa ya? Sini deh, aku bisikin,” panggil Dani pada Putri.
“Apaan, becanda gak nih?” tanya Putri pada Dani. Dan tiba-tiba, Dani mencium keningnya lama, serta memeluknya. Putri hanya bisa terdiam, dan merasakan seperti ini rasanya jatuh cinta pada sahabat kecilnya. Bahagia tidak terkira, menemukan seseorang yang sangat mengerti dirinya.

Cerpen Karangan: Distie
Facebook: Eka Adistieka

Cerpen Sahabat Masa Kecil merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


My Sun

Oleh:
Di hadapanku saat ini, begitu banyak bunga matahari yang tengah bermekaran. Duduk sendirian di sebuah bangku, dengan seluas senyumku kembali teringat masa laluku. 20 tahun yang lalu Hari itu,

This Is Us

Oleh:
Sebelumnya gua gak mau cerita, tapi karena loe mau baca yah sudah lah gua juga gak akan memaksa. Kenalin nama gua feri gua anak pertama dari 1 saudara… maksudnya

Mimpi Yang Bertebaran

Oleh:
Semuanya berawal dari keikutsertaanku dalam kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Dua tahun yang lalu, aku mengenal banyak orang dari kegiatan tersebut, dari kakak kelasku hingga adik-adik kelasku. Aku adalah orang

Masih Maukah Kau Menikah Denganku

Oleh:
“Huuuuuf!” Anya, seorang gadis cantik berusia 21 tahun tengah menarik nafas panjang, seraya mendudukan tubuh langsingnya di sebuah kursi taman yang tak jauh dari rumah miliknya. Wajahnya terlihat memerah,

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *