Salah Cabut Gigi

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta
Lolos moderasi pada: 8 December 2019

Ada seorang pemuda bernama Gibang, dia suka berbicara bahkan saat makanpun dia berbicara tiada henti.

Sampai suatu ketika dia makan amplang (sejenis kerupuk dari ikan) sambil berbicara kepada temannya, temannya sudah memperingatkan jangan berbicara sambil makan. Tetapi Gibang enggak mempedulikan, gara-gara berbicara sambil makan amplang “krekk” gibang terdiam ada yang aneh di dalam mulutnya perlahan rasa sakit dia menduga giginya patah, lidahnya menyentuh gusi yang terasa sakit benar gigi Gibang goyang.

Dia memutuskan berhenti makan amplang, sambil memegang pipinya “aduh… aduh…” meringis kesakitan. Temannya bertanya “kenapa?” Gibang dengan menahan sakit “gigiku sakit, saya pulang dulu!” Gibangpun pulang.

Di perjalanan pandangannya mencari sesuatu dia melihat ke kanan ke kiri, ada plang dokter praktek gigi bernama Drg. Sesi Angeriani. Gibang terkena giliran terakhir di jam 10 malam, saat membuka pintu ruangan dia melihat dokter lagi menulis lalu menyambutnya dengan ramah, dalam hatinya “cantik sekali dokter ini”.

Gibangpun masih berdiri menatap, memang tatapannya cuman 2 detik tapi terasa lama dia kaget saat dokter Sesi memintanya duduk “silakan duduk Mas Gibang” Gibang menjawab “a.. iya..” gibang duduk.

Dokter Sesi berucap “ada keluhan apa?” suaranya lembut selembut ice cream, apalagi ruangan berAC menambah tenang rasanya hati gibang. Gibang mau menjawab, kedua tangan berada di paha jari mengetuk-ngetuk jari tangan satunya.

Gibang yang selama ini terkenal suka bicara tetapi di depan dokter Sesi dia susah menggerakkan lidahnya terasa kaku, dokter berkata “iya…” memberikan ekspresi agar gibing berbicara, menunggu mulut gibang mengucapkan kalimat.

Gibang berdehem mengatur posisi duduk “ehm… saya mau cabut gigi”, dokter Sesi tersenyum manis “kenapa dicabut”, gibang kembali tidak bisa berbicara dalam hati gibang “aduh kenapa dia ngajak bicara, kenapa saya tidak bisa bicara”, gibang menjawab dengan nada tegas “gara-gara makan amplang!” suara tegas dan mengagetkan dokter Sesi, gibang salah tingkah, “amplangnya keras… bukan… bukan… saya makan amplang sambil bicara kemudian gigi saya goyang”.

Dokter Sesi mengajak duduk di kursi cabut gigi, menanyakan, “yang mana mau dicabut” gibang menunjuk giginya. Sekali lagi mungkin karena terlalu cantik apa lagi wajah dokter Sesi di dekatnya, aroma tubuh yang wangi serta senyum bibir berbalut pewarna yang tipis serta putihnya gigi dokter Sesi melengkapi wajahnya yang cantik.

Rambut sebahu terurai menyentuh lembut tanpa sengaja wajah Gibang membuat Gibang seakan berada di depan bidadari.

ADVERTISEMENT

Dia enggak sadar kalau giginya salah dicabut mungkin karena terlalu cantik, lebih manis dari amplang dia salah menunjuk giginya dan syukurnya dokter Sesi masih sendiri. Bagaimana dia tahu kalau dokter Sesi masih sendiri, tidak ada cincin yang melingkar di jari-jari lentiknya serta bodynya yang masih padat dan ramping.

Selesai cabut gigi gibang diberikan resep obat penahan rasa sakit, Gibang menatap kartu nama dokter Sesi, dokter Sesi berkata “ini kartu nama saya, nanti datang kemari lagi kalau masih terasa sakit” selesai cabut gigi membeli obat di apotek terletak di sebelah praktek dokter Sesi sekaligus membeli air mineral, selanjutnya meminum obat.

Sesampai di rumah dia engga mengecek giginya, dia berbaring di tempat tidur menghadap ke atas menatap kartu nama bernamakan Drg. Sesi Angereani terdapat no hp dan alamatnya, diapun tersenyum, lamunannya ke saat berada di dokter praktek berhadapan dengan dokter Sesi.

3 hari cukup buatnya makan dengan berhati-hati, sialnya hari keempat dia makan daging rendang, terasa sakit lalu mengecek di cermin “ampun dah, salah cabut!” meringis kening wajah mengerut, bukan murah mencabut gigi apalagi saat itu dia mau membayar tagihan kontrakan rumah.
Pekerjaannya sebagai penulis dengan pendapatan senin kemis, tentu harus pandai-pandai berhemat terlebih ada insiden cabut gigi dia harus menarik ikat pinggang sekencang mungkin artinya lebih berhemat lagi.

Motor yang dikendarai sampai di depan praktek dokter Sesi, dia mengalami dilema marah salah cabut gigi tapi hatinya suka padanya. Sebelum masuk dia terlupa dengan kunci motor lalu berbalik mengambil kunci di motor saat berbalik di hadapannya dokter Sesi tinggi mereka berdua beda tipis dokter Sesi setinggi hidung Gibang, tentu saja amarahnya luluh, dokter Sesi baru datang pada saat itu.

Di ruangan dokter, Dokter Sesi “mas Gibang giginya ada keluhan” melihat wajah dokter Sesi membuatnya teduh dia engga merasakan sakit pantatnya menduduki kursi dari besi, komplain gigi salah cabut tidak diungkapkannya dengan nada lembut “maaf kemarin saya salah menunjukkan gigi yang mau dicabut” dokter Sesi “saya pikir saya yang salah mencabut gigi mas Gibang” Gibang menggelengkan kepala, dokter Sesi memberikan gratis untuk cabut gigi kali ini.

Ruangan cabut gigi tidak seperti kemarin sekarang ada layar TV untuk melihat gigi yang akan dicabut, tentu saja jarak antara Gibang dan dokter Sesi rada jauh, tetap saja membuat jantung Gibang berdendang rebana.

Dokter Sesi memegang alat cabut gigi menekan pada gigi, “yang ini?” terasa sakit di layarpun terlihat, Gibang mengangguk dokter Sesi “ada 2 yang goyang” Gibang sontak kaget “waduh, open house dong!” dokter Sesi bingung, “kenapa?”.

Rupanya Gibang bercanda mungkin dia test-test candaannya kena di hati dokter Sesi enggak, maksud open house artinya 3 gigi bakalan hilang terbuka.

Drg Sesi tersenyum manis “jadi mau dicabut atau dibiarin, saya khawatirnya kalau enggak cabut gusinya bisa terinfeksi karena menusuk gusi” hati gibang seperti tertusuk mendengar kata-kata dicabut tetapi kemudian bayangan rasa sakit menusuk hati perlahan sirna seakan tusukan di hati adalah jari lentik dan lembut saat itu dokter Sesi memasang sarung tangan plastik di depannya, melihat wajah dokter Sesi, Gibang dengan tegas “dicabut saja!”.

Dokter Sesi menawarkan “saya tidak mencabut kedua giginya harus satu persatu” Gibang wajahnya berubah dia memikirkan ongkosnya apalagi dompet di saku belakang tidak terasa tebal saat memperbaiki posisi duduknya.

Dokter Sesi memberikan jawaban “enggak usah kahwatir kedua gigi saya cabut secara gratis kok” kembali wajah Gibang berubah kali ini merona (memerah) malu dan senang plus sepertinya ada benih-benih rasa suka.

Saat menunggu resep ditulis dokter Sesi, dokter menerima telepon dari ibunya mengajak agar pulang cepat untuk makan bersama. Mendengar suara ibunya, Gibang yakin kalau dokter Sesi benar-benar masih sendiri.

Sambil menunggu minggu depan Gibang mencari alamat dokter Sesi, dia seperti mata-mata mengintai kapan dokter Sesi pergi, kapan datang. Akhirnya dia yakin 100% dokter Sesi masih sendiri.

Pernah suatu ketika kepergok saat itu Dokter Sesi mengendari mobilnya dia melewati gibang yang berada di motor seperti menunggu seseorang, untungnya Gibang dengan cepat membaca koran menutup wajahnya, ya seperti orang membaca koran, dokter Sesi seakan tahu siapa dia.

Jurus maut Gibang memang belum sampai di mulutnya, masih mengintai apa dan bagaimana yang dilakukan dokter Sesi. Bahkan gibangpun rela merogoh koceknya untuk makan di restaurant yang membuatnya puasa selama 3 hari cuman untuk melihat dokter Sesi makan di restaurant tersebut.

Minggu berikutnya giginya akan dicabut, gibang sudah mempersiapkan diri dia tidak ingin terlihat malu-maluin di depan dokter Sesi dari cara berbicara dan cara berpakaian, dia mempelajari bagaimana bisa mendapatkan hati dokter Sesi.

Di depan dokter Sesi Gibang tersenyum dengan maksud ingin membuat suasana formal menjadi suasana nonformal dari dokter–pasien menjadi seperti teman, terlihat lubang di dua gusi bekas cabutan minggu lalu, dokter tetap tersenyum seperti biasa.

Gigi sudah dicabut sudah diberi resep tiba-tiba kapas menutupi gusi terlepas jatuh “plung” terlihat gusi tanpa 3 gigi, dokter Sesi mau tertawa tetapi tidak mungkin takut mengejek, saat Gibang pergi dan pintu ditutup dokter Sesi tersenyum lebar akibat ulahnya gigi pasien bernama Gibang dicabut sebanyak 3 kali.

Rupanya gayung bersambut, gestur tubuh gibang disambut gestur tubuh dokter Sesi, menurut teori Gibang dalam hubungan kemanusian, pertama Gestur seperti senyum, gerak jalan, gerakan kaki, gerakan tangan, tatapan mata kemudian kedua komunikasi tidak saling berdebat tetapi saling mengisi selanjutnya ketiga adalah hati.

Gibang belum “ngeh”, belum merasakan dokter Sesi menyukai dia. Beberapa hari kemudian datang lagi ke dokter Sesi saat berbicara terlihat gusi tanpa 3 gigi, gibang ingin memasang gigi palsu, sebenarnya bisa dipasang sekaligus tetapi gibang meminta dipasang satu persatu, artinya ada 3 kali pertemuan untuk memasang gigi palsu.

Kalau hitungan matematikanya 3 kali cabut gigi di tambah 3 kali pasang gigi palsu maka 6 kali pertemuan dengan dokter Sesi.

Merekapun menjadi akrab dan makin akrab, bahkan pemuda yang bernama Gibang sering ke praktek bukan untuk cabut gigi tapi menambal hatinya yang selama ini terluka karena ditinggal pacar, Gibangpun menikahi Drg. Sesi Angeriani.

Cerpen Karangan: Vino Ariefianto
Blog / Facebook: Vino Ariefianto

Cerpen Salah Cabut Gigi merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Cinta dan Persaudaraan

Oleh:
“Aku sedih Sar”, isakku kepada Sarah “memang apa masalahmu dengan Ilham yass?, bukannya kamu udah temenan lama sama dia..? kok sekarang tiba-tiba jadi marahan gini sih” jawab Sarah seakan

Kebetulan

Oleh:
Hidup penuh teka-teki yang sulit ditebak. Kenyataan yang kadang tak masuk akal. Semuanya sering disebut sebagai “kebetulan”. Waktu yang tak kutahui dan mungkin ia pun tak tahu, kadang menyatukan

Maaf Karena Aku Lebih Pendek Darimu

Oleh:
PTI (Pasukan Terlarang Indonesia) adalah sebuah pasukan rahasia Negara yang menyelidiki berbagai macam persoalan Negara, mengatasnamakan POLISI, TENTARA, ataupun KPK jika mereka dapat menguak sebuah kasus. Anisa berjalan dengan

Bisa Lebih Dari Sahabat?

Oleh:
Teng…Teng… Waktunya pulang sekolah. Aku berjalan ke arah kantin. Aku ingin membeli astor yang disediakan disana. Saat berjalan disana, aku bertemu dengan seseorang yang spesial bagiku, dia adalah Ryan.

Akulah Tulang Rusukmu

Oleh:
Perlahan, kristal-kristal bening mengucur tenang di pelipis gadis itu. Wajahnya tetap memeancarkan keteduhan, walau sinar terik matahari menyiram seluruh inci bagian wajahnya. Cerahnya biru terang terlukis di petala langit.

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *