Take A Bow

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Patah Hati
Lolos moderasi pada: 1 June 2015

Kusingkap tirai yang menutupi jendela kaca kamarku. Rinaian hujan mengguyur rumahku, membuat bercak-bercak putih kecoklatan di jendela. Dari kaca yang bernoda ini, kulihat samar-samar halaman rumahku yang basah kuyup. Daun-daun hijau dan bunga-bunga yang bermekaran terlihat bermandikan air hujan. Daun talas-talasan yang lebar menampung butiran air hujan di mangkuknya. Beberapa burung yang hinggap di pohon rambutan, mengepak-epakkan sayapnya yang basah.
Aku tersenyum singkat.

Jika panas yang berkepanjangan bisa dihapus dengan sehari hujan. Jika kebakaran yang besar bisa dipadamkan dengan sekali hujan. Apa bisa, sebuah kesalahan dihapuskan dengan satu kali maaf?. Mungkin menghapusnya mudah, tapi aku tidak yakin melupakan kesalahannya itu akan semudah itu.
Sejauh ini, aku adalah gadis pengecut yang tak mau memandang wajah lelaki yang sangat kubenci. Ya! Lelaki yang telah melakukan satu kesalahan yang tak bisa kumaafkan. Lelaki yang dengan segala sumpah apapun, aku takkan mau memandangnya barang satu menit saja. Lelaki yang kini berdiri di depan rumahku menghadap kearahku.

Dia terlihat bodoh sekarang. Terlihat bodoh untuk seukuran lelaki play boy yang mau melakukan apapun demi uang. Seluruh badannya basah kuyup oleh air hujan. Rambut hitam tebalnya sudah bercampur dengan kotoran yang dibawa air hujan. Badan tegapnya kini tak lagi menjadi daya tarik karena tak sanggup menantang derai air hujan. Benar-benar bodoh.

Apa aku harus bertepuk tangan melihat ini. Begitu menghibur. Ia pasti adalah seorang aktor yang hebat. Aku bertanya-bertanya, berapa uang yang bisa didapatkannya bila aku mampu luluh sekali lagi dalam perangkapnya. Padahal bila ia bisa membuatku percaya sekali lagi, pasti sudah kuberikan sertifikat rumah ini beserta perabotnya kepada dirinya, sementara aku dengan senang hati akan tinggal di bawah jembatan.

Cih, berapa menit sudah aku memanatapnya?.

Pergilah!. Pergilah dan tundukkan kepalamu. Pertunjukkan sudah berakhir, kau adalah penipu terbaik karena sudah berhasil membuatku mempercayaimu. Dan perlu kau catat, aku takkan masuk ke dalam jebakan mautmu untuk kesekian kalinya lagi.

Jendela kamar segera kututup begitu mata kami tak sengaja bertemu pandang. Aku mengambil nafas panjang berulang kali sebelum kubaringkan tubuhku ke tempat tidur. Bukankah kita ingin tidur? Setelah melihat film yang membosankan?. Kuharap lelaki itu juga akan pulang ke rumahnya tanpa menunggu tip dariku terlebih dahulu.

“Non… Non… Bangun Non…” Seseorang berusaha membangunkanku dengan menepuk-nepuk pundakku. Dengan ogah-ogahan kubuka mataku yang sembab. Sepertinya aku menangis dalam tidurku.

“Ada apa bik?.” Tanyaku dengan suara parau. Apa-apaan suara ini?. Rasanya aku baru saja dipindahkan ke dunia jin.

ADVERTISEMENT

“Cowok yang di depan tadi pingsan, bibik takut terjadi apa-apa, jadinya bibik bawa masuk.” Jawab bibiku takut-takut.

Mataku yang tadinya menyipit kini terbuka lebar. “Apa?. Sekarang dia dimana?.” Tanyaku seketika.

“Dia ada di ruang tamu, katanya ingin bicara sama nona.” Ujar bibik dengan menundukkan kepala.

Kusingkap selimut tebal yang menutupi tubuhku, dan dengan segera kulangkahkan kakiku menuju tempat dimana lelaki itu akan melakukan pertunjukkan murahannya lagi.

Dengan masih menggunakan piyama dan syal berbulu halus, aku menghampirinya. Lelaki itu mendongak dan menyunggingkan senyum termanisnya. Betapa sakitnya hatiku begitu sadar bahwa senyum itu yang membuatku jatuh ke dalam perangkapnya pertama kali.
Kita lihat saja, apa yang akan dia ucapkan setelah ini.

“Ada apa?.” Tanyaku berusaha terlihat biasa. Lupakan mata sembab dan suara parauku.

“Kamu habis nangis?.” Dia balik bertanya dengan suara yang tak kalah kacaunya dengan suaraku. Aku salut, pasti sakit sekali bersuara dengan kondisi tenggorokan yang seperti itu.

Rupanya, hujanlah yang membuat tenggorokannya sakit, itu terlihat dari bajunya yang masih basah kuyup berselimutkan handuk tebal.

“Bukan urusanmu. Ada apa?.” Aku masih keukeuh mempertahankan sifatku.

Dia menghampiriku dan hendak memegang lenganku, sebelum pada akhirnya kutolak dengan satu gerakan.

“Kau boleh mengatakan kalimat yang sudah kau rancang kepadaku, tapi aku tidak mengizinkan kau menyentuh diriku.” Ujarku.

Ia memandangku dengan nanar, “Aku minta maaf, seharusnya aku tidak melakukan ini kepadamu. Percayalah… Kau hanya salah mendengar. Kau hanya salah paham, ini tidak seperti yang kau dengar.”

Ia hendak memegang bahuku, aku mundur beberapa langkah menjauhinya.

“Tapi maaf, sekarang aku lebih percaya dengan apa yang kulihat, apa yang kudengar, daripada apa yang kau ucapkan.”

“Aku mohon, percayalah padaku kali ini. Aku benar-benar mencintaimu sekarang, aku… benar-benar mencintaimu.”

“Berapa?.”

“Hah?.”

“Berapa uang yang kau dapat bila aku bisa kembali percaya kepadamu.” Ucapku dingin.

“Apa maksudmu?.” Ia menyipitkan matanya, berusaha membuatku terlihat gadis yang jahat.

“Oh, dan apa rencanamu kemudian?. Apa kau mau mengambil alih perusahaan? Atau rumahku?.” Aku menaikkan sebelah alis untuk menantangnya.

“Aku tau aku bersalah dahulu, tapi ketauhilah aku benar-benar mencintaimu sekarang. Aku bersalah karena memulainya dengan kebohongan. Aku…” Ia menundukkan wajahnya, mencoba menyembunyikan mata bohongnya.

“Lebih besar dari itu kuyakin.” Selaku, tidak menghiraukan ucapannya.
Ia memandangku dengan tidak percaya.

“Apa kau sudah selesai dengan ucapanmu?. Pergilah, aku tidak mau lagi melihat dan mendengar sketsa di otakmu lagi. Tak peduli kau aktor terbaik, sutradara terhebat, atau bahkan penulis naskah termahir. Aku tidak mau menjadi bagian dari gadis malang di dalam skenariomu lagi. Cukup.”

“Tapi, aku…”

“Cukup, pulanglah. Tundukkan kepalamu dan akhiri pertunjukkanmu sekarang.”

“Callista…”

“Jujur, aku tersentuh dan ingin percaya dengan kalimat yang kau ucapkan barusan. Pulanglah, dan katakan kepada teman-temanmu, ‘Callista percaya kepada ucapanku’ Aku menghargai usahamu untuk menantang hujan, maka dari itu kuperkenankan dirimu menjatuhkan nama baikku, sekali lagi.”

Aku menunduk selayaknya pemain drama dalam sebuah gedung pertunjukkan dan meninggalkannya, tanpa melihat ekspresi di wajahnya setelah itu.

Kemarau bisa dihapus dengan sehari hujan.
Kebakaran bisa dipadamkan dengan sekali hujan.
Tapi hati yang dendam, tidak bisa dipatahkan dengan sekali lagi kebohongan.

Cerpen Karangan: Ai Zhi Lan
Facebook: https://www.facebook.com/Iefhamoea

By Ai Zhi Lan.
Inspired by Taeyeon (Girl’s Generation) with the same title, I don’t know which whom the original singer :).

Cerpen Take A Bow merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Penyakit Ini Akhir Hidupku

Oleh:
Pagi ini aku berangkat sekolah di antar oleh kakakku karena papa tidak sempat mengantarku, ada urusan mendadak. Keluargaku sangat mengasihiku kami hidup sangat rukun dan berkecukupan, rumahku penuh canda

Bukan Hanya Sekedar Saudara

Oleh:
Semilir angin segar berhembus melalui celah-celah kaca jendela yang memang sengaja terbuka agar angin dapat masuk, berbagai pemandangan indah yang kutemui dari perjalananku kali ini menambah semangatku untuk segera

Dera

Oleh:
Pagi ini. Ribuan kicauan burung ikut menemani sang mentari menyinari sebagian belahan bumi. Ini adalah hari pertama aku berangkat ke SMA setelah kegiatan PLS berakhir kemarin. Ya, bisa dibilang

Mimpi Kelabu

Oleh:
Setiap kali aku mengingat akan hal itu, jantungku berdebar-debar dengan kencang. Aku akan segera mewujudkan mimpi-mimpiku hanya dalam hitungan jam dari sekarang. Aku sungguh tak sabar menantikannya. Membayangkannya saja

Sebuah Afeksi

Oleh:
Bangku berwarna cokelat itu masih sama, tak berubah sama sekali. Bangku kayu tempat dimana aku dan dia bertemu, saat umurku baru menginjak lima belas tahun. Rambut panjang nan lembut

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

2 responses to “Take A Bow”

  1. Kyolaire says:

    Bgus bgt… alur dan jalan ceritanya sangat menarik untuk ukuran cerpen. Oleh kar’na itu alangkah bagusnya jika cerita ini dikembangkan menjadi satu cerita yang panjang dengan menambahkan berbagai klimaks yg lain.Good Job !

  2. Juni says:

    Bagus ceritanya harusnya ada part 2 nih 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *