Teman

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Cinta, Cerpen Nasihat
Lolos moderasi pada: 9 July 2013

Sudah hampir sebulan ini Dina memperhatikan Adi yang sangat ramah itu. Walaupun Adi adalah kakak kelas, perilakunya tak menyebalkan seperti kakak-kakak kelas yang lain. Saat ini Dina duduk di kelas 4 SD, sedangkan Adi sudah kelas 6. Mengapa tiba-tiba Dina memperhatikan Adi? Padahal, Dina paling tidak menyukai anak laki-laki sebab menurut Dina semua anak laki-laki kotor dan nakal. Tapi, si Adi ini sangat berbeda dari teman laki-laki Dina yang lain. Adi sangat ramah, sopan, dan bersih. Selain itu Adi sangat cakap dan pintar dalam pelajaran. Dina sangat menyukai Adi dan selama ini Dina mengharapkan Adi pun juga memperhatikan Dina. Tapi, Adi cuek sama Dina. Adi lebih suka berteman dengan Sandra, Mira atau Mia. Dina kecewa sekaligus sedih. Setiap pulang sekolah, Dina menyempatkan diri untuk melewati ruang kelas Adi, yaitu ruang kelas 6B. Walaupun Adi sempat melihat ke arah Dina, seketika itu juga Adi memalingkan wajah dan mengabaikan Dina. Selama sebulan inilah pikiran Dina tidak lagi tercurah pada boneka atau sepeda baru, tetapi Adi Putra pamungkas.

“Na, yuk kita bermain lompat tali!” ajak Sandra pada saat istirahat. Dina sedang asyik menatap Adi yang sedang bermain bola pun terkejut mendengar ajakan Sandra tersebut.
“Ah, nggak ah! Nana sedang malas bermain,” ucap Dina.
“Wah, tak seperti biasanya kamu seperti ini,” kata Sandra heran.
“Kepala Nana juga agak pusing nih!” ucap Dina sambil memegang dahinya. “Nana pergi ke kelas duluan ya!”

Dina pun langsung berjalan menuju kelas. Setiba di kelas Dina langsung mengintip melalui jendela kelas. Dari jendela itu, Dina dapat lebih mudah melihat Adi. Pada saat itu pula tiba-tiba tanpa sengaja Adi pun melihat Dina yang sedang mengintip. Bukan main terkejutnya Dina! Jantungnya dag dig dug tak beraturan. Hatinya bahagia tapi juga bercampur malu karena ketahuan sedang mengintip. Seketika itu juga Dina langsung menunduk dan meringkuk di sudut kelas. Wajahnya bersemu merah.

Ketika pulang sekolah, Dina menunggu Pak Sopir yang ternyata hari ini datang terlambat. Agar tidak bosan, Dina pun berjalan-jalan di taman sekolah. Ketika Dina sedang membetulkan tali sepatunya yang terlepas, tidak sengaja Dina melihat dari kejauhan Adi dan Mira sedang bercanda di warung Ibu Ning di seberang jalan. Hati Dina langsung kembali bersedih. Ternyata Adi lebih menyukai Mira yang cantik dan anggun itu.

Di kamarnya malam itu, Dina langsung menatap wajahnya di cermin. Rambutnya yang selalu berkucir dua itu mungkin tidak menarik bagi Adi. Ternyata Adi lebih menyukai Mira yang rambutnya panjang sepinggang. Dina bagi Adi seperti anak kecil dan lugu, Dina bukanlah seorang anak yang cantik dan menarik seperti Mira. Dina pun kemudian bersedih lagi dan mulai menangis di hadapan cermin. Mengapa Nana tidak dilahirkan secantik Mira? Pikir Dina sedih.
“Lo, kenapa Nana menangis?” tanya Dino yang kebetulan muncul di kamar Dina.
“Hmm … tidak apa-apa kok!” ucap Dina sambil cepat-cepat menghapus air matanya.
“Jangan pura-pura di hadapan kakakmu ini deh! Apalagi, kakakumu ini sering membuatmu menangis! Ha… ha…,” kata Dino sambil tertawa. Dina seketika langsung cemberut dan melempar Dino dengan bantal.
“Ayolah! Berceritalah!” goda Dino sambil duduk di sebelah adiknya itu. Perhatian dari Dino membuta Dina bercerita panjang lebar mengenai Adi.

“Wah! Adikku sedang jatuh cinta!” teriak Dino sambil mencubit pipi Dina. Dina pun langsung tersenyum malu-malu.
“Sudahlah, kalau Adi ternyata lebih menyukai Mira, jangan bersedih! Kan tidak harus berpacaran? Jadi teman biasa saja. Dino rasa Nana masih terlalu kecil untuk pacar-pacaran!” kata Dino sambil menahan tawa. “Lagi pula berteman itu lebih enak lo! Percaya deh!”
“Benar begitu?” tanya Dina. Dino mengangguk mantap.
“Tapi, Nana suka sama Adi! Dina ingin sekali bisa dekat dengan Adi,” kata Dina merajuk.
Dino pun mengangkat bahunya.
“Terserah Nana deh! Pokoknya Dino sudah kasih tahu,” kata Dino sambil ke luar kamar. “Tapi, saran Dino, lebih baik Nana tampil apa adanya. Kalau Nana sering berkuncir dua, tetaplah begitu sebab menurut Dino, Nana cantik dengan berkuncir dua.”
Dina pun tertawa bahagia sebab dipuji oleh Dino.

Esoknya, Dina pun tetap berkuncir dua ke sekolah. Padahal kemarin sebelum berbicara dengan Dino, Dina berencana akan melepas kuncirnya dan berpenampilan seperti Mira. Di sekolah, Adi tetap memperhatikan Dina dari kejauhan tanpa memiliki keberanian mendekati Dina. Adi lebih suka bermain dengan Mira, Sandra, dan Mia.

Pada suatu ketika Dina sedang berjalan sendirian ke kantin, tiba-tiba Adi sengaja menuburuknya. Mereka berdua langsung bertatapan malu-malu.
“Maaf,” kata Adi sambil tersenyum malu-malu. Dina hanya menelan ludah karena gugup. Bayangkan, Adi sang idola berdiri di hadapannya dengan senyuman yang membuat Dina ingin menjerit karena senang dan kagum.

Sejak itu, Dina hampir tak ingin mandi karena takut sentuhan Adi tadi siang, akan luntur. Ayah dan Ibu sampai marah karena Dina tidak mandi seharian.

Esok harinya lagi ketika Dina sedang menunggu Pak Sopir di bangku taman, tiba-tiba Adi mendekatinya. Bukan main senangnya hati Dina. Keinginannya selama ini tercapai. Jantungnya berdebar-debar saat itu juga. Apalagi si Adi mengajaknya berbicara.
“Halo! Namamu Dina, kan?” tanya Adi sambil tersenyum. Dina mengangguk ragu-ragu. Dina hampir tidak percaya saat ini.
“Boleh Adi berkenalan denganmu, Dina?” tanya Adi sambil mengulurkan tangannya. Dina tidak berani menyambut tangan Adi sebab tangannya sudah dari tadi panas-dingin. Tapi akhirnya, Dina memaksakan juga tangannya meraih tangan Adi. Ketika berjabat tangan, hati Dina bergetar.
“Mengapa sih kamu sombong sekali, tidak seperti yang lain?” tanya Adi. “Padahal, Adi suka berteman dengan Dina.” Dina terbengong-bengong sebab selama ini Dina menganggap Adi yang terlalu sombong terhadap Dina. Tapi ternyata Adi berpikiran bahwa Dinalah yang sombong terhadapnya.
“Wah, malah Dina rasa Adi yang tidak suka sama Dina,” kata Dina sambil tertawa, sedikit demi sedikit Dina sudah tidak deg-degan lagi.
“Sekarang boleh kita berteman?” tanya Adi sambil duduk di sebelah Dina. Dina pun mengangguk malu-malu.
“Bolehkah saya memanggilmu dengan nama Ina?” Adi melirik ke arah Dina dengan malu-malu.
Aduh, bukan main bahagianya hati Dina. Karena Dina punya nama khusus dari Adi, yaitu Ina! Segera Dina mengangguk setuju. Adi pun tertawa senang. Tapi yang paling membuat Dina bahagia adalah bahwa Adi menyukai Dina karena berpenampilan unik! Berkuncir dua! Wah, berarti kali ini Dino memberi nasihat yang bagus untuk Dina, yaitu tampil apa adanya!

ADVERTISEMENT

Sekarang Dina bahagia dan tidak bersedih lagi. Tapi atah dan Ibu yang sudah hati sebab Dia tidak mau mencuci tangan. Alasannya karena ia baru berjabat tangan dengan Adi tadi siang.

Cerpen Karangan: Edi Warsidi
Facebook: Edi Warsidi

Cerpen Teman merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Mystery of a Game

Oleh:
“Main apaan ya?” tanya salah satu dari mereka. “Aku juga tak tahu,” jawab satunya lagi. Ya. Mereka adalah sekelompok sahabat yang sedang terdiam di bawah pohong yang rindang. Kicauan

Putus Cinta

Oleh:
Satu hal yang paling gua sukai dari si pacar adalah tahi lalat di pipi. Dia jadi tambah manis, apalagi kalo lagi senyum. Untung aja ukurannya segede gitu. Coba kalo

Bertahan Pada Ketidakpastian

Oleh:
Hujan menghampiri mataku malam ini, ya tiba-tiba saja air mata ini mengalir dengan sendirinya. Di kesunyian malam jantung ini berdetak semakin kencang saat aku mengingat itu semua, semua peristiwa

Kopi, Pagi dan Matahari (Part 1)

Oleh:
“Kamu kenapaaa?” Laki-laki itu hanya diam, dia menunduk lesu, “kamu kenapa kok?” Hening, tidak ada jawaban. “Gio kenapa?” Dia mengangkat kepalanya, melihat gadis yang dari tadi mencemaskannya. “Aku ada

Pacarku Tetanggaku

Oleh:
Setelah putus dengan Arkan, aku kembali menjalani hari-hariku dengan kesendirian dan penuh kesepian. Hari ini aku kembali berjalan sendiri menuju sekolahku. Jarak antara rumahku dengan sekolah tidak terlalu jauh.

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *