Terbengkalai Tak Bertuan

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Rindu, Cerpen Sastra
Lolos moderasi pada: 2 October 2022

Senyuman matahari yang terlalu indah untuk secangkir coklat panas yang kuseduh seraya menyaksikan mentari yang tengah atraksi dengan binarnya yang menawan. Aku berdiri di koridor rumah sewa yang berbaris rapi pagar besi setengah badanku. Sebuah ingatan sekilas datang bertanya kabar tentang seorang lelaki yang sudah lama tak berkabar. Mengingat terakhir kali kami bertemu, terlibat pertikaian besar yang mengakibatkan kami terpisah saling menjauh seketika. Bodohnya aku berharap waktu mengizinkan aku untuk kembali, menghapus sebagian kisah yang tak seharusnya terjadi diantara kita. Tertegun aku dengan tanganku yang mulai tersalur panasnya secangkir coklat yang kugenggam. kuletakkan secangkir coklat panasku dan menatap telapak tanganku yang masih memerah

“Tangan ini dulu pernah hangat, tapi bukan karna coklat panas.”

Bersama mulai terangnya langit oleh sinar mentari yang sunyi aku masih tenggelam, berenang bersama lautan ingatanku tentang dirinya. Aku ingat ketika seorang gadis datang padaku meminta dia untuk menghuni hatinya yang kosong. Aku juga ingat ketika aku menyeka linang air mataku untuk tetap terlihat baik baik saja. Bagaimana tidak, tuan yang aku dambakan kepulangannya bahkan tak pernah menganggap aku rumahnya.

“Aku sudah berusaha, tapi kau mencintainya.”

Sebisa mungkin aku mengalihkan pikiranku akan masalalu yang suram itu. Aku menoleh kearah jarum berputar yang dikelilingi angka dimana ia menempel pada dinding lorong kamarku. Pukul 06.45 rupanya, pantas saja sudah mulai hangat tubuhku. Aku berbalik badan menuju kamarku, mengingat hari ini adalah hari yang tepat untuk melepas penat yang terperangkap dengan cara mengapresiasi lelah, aku merebahkan tubuhku pada gumpalan kapuk. Semalam aku tak cukup tidur karna sibuk bercengkrama dengan dewi malam. Kurangkul guling putih bermotif bunga kesayanganku seraya menghadapkan tubuhku kearah kanan. Tidak cukup nyaman ternyata, hingga berpindah posisi ke kiri, aku belum bisa mendapat posisi yang pas. Sebenarnya mengapa demikian, hari ini hari minggu seharusnya aku tidak berpikir tentang apa itu pekerjaan. Kembali aku menyusuri lautan pikiranku yang seakan tenggelam akan sesuatu. Aku menyerah untuk tidak mengingat tuan lamaku. Dengan terpaksa aku duduk termenung, sekali lagi pada pandangan abstrak, perasaan yang mulai datang kembali tengah bertarung dengan otak yang memberontak untuk menerimanya lagi.

Aku bangun dan mengambil secarik kertas usang dengan tinta pena yang beraroma khas. Duduk di kursi kayu yang berdecit dengan separuh sinar matahari yang masuk dari celah jendela kamarku. Berdansa bersama pena dan berirama bersama aksara. Menuai apa yang sedang menjadi gundahku, melepas apa yang menjadi gelisahku. Kata perkata kuukir pada kertas yang masih bersih tak ternoda. Mengingat tragisnya hatiku yang digerus oleh pemangsa cinta. Kisah yang kuprediksi abadi ternyata usai sampai bait kedua. Terhenti penaku pada sebuah titik. Tanganku yang bergetar berisyarat tentang mata yang mulai penuh dan ya, setetes air mata jatuh tepat setelah titik itu tertulis. Tak mampu aku menulis kisahku, sekali lagi kucoba tapi tanganku terus terhenti. Mengingat kembali istana megah yang kususun dengan pondasi komitmen yang kokoh, dengan dekorasi kasih sayang yang indah harus hancur hanya karena sebuah bangunan runtuh yang meraung untuk ditempati. Kembali kulengkapi aksaraku dengan kalimat singkat.

“Tertatih aku mengejarmu, tidak menghiraukan kakiku yang berdarah karna serpihan kaca yang kau pecahkan. Kembalilah tuan, aku masih menunggumu pulang.”

Cerpen Karangan: Anisa Tsani Nabila
Blog: aksaraatsana.blogspot.com
Namanya Anisa Tsani nabila, teman kuliahnya kerap memanggilnya Tsani. Gadis berusia 18 tahun ini kini sedang mengeyam pendidikan di perguruan tinggi negri Universitas jember pada prodi bahasa dan sastra Indonesia

Cerpen Terbengkalai Tak Bertuan merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Kepincut Hati Sang Gitaris

Oleh:
The Rhioz adalah band pensi yang saat ini sangat digandrungi oleh para kaum hawa. Kepopuleran mereka semakin melesat dari panggung ke panggung. The Rhioz beranggotakan empat orang pemuda ganteng

Hukuman Cinta

Oleh:
Langit malam semakin kelam sepi tak bercahaya, tak ada secuilpun cahaya yang menyinari, hanya gumpalan-gumpalan salju putih membawa hawa dingin yang menyelimuti. Semakin aku berjalan, semakin kurasakan hawa dingin

Kepala Yang Melamunkan Matahari

Oleh:
Matahari. Ia tepat berada di atas dahiku. Menerangi setiap inci pori-pori tubuhku, memperlihatkan secara utuh keberadaanku kepada fana. Berdua aku duduk. Bersama tubuhku di samping, dan aku si kepala

Kereta Senja

Oleh:
Sudah hampir setengah jam Die diam duduk di depan teras rumahnya. Semua keluarga Die bingung dengan kelakuan Die hari ini. Aneh, semenjak akan di tinggal Byan pacar Die yang

Gadis Berkursi Roda (Part 1)

Oleh:
Gadis itu tengah duduk di kursi rodanya, ia berada di pinggir lapangan basket. Rupanya ia tengah melihat teman-temannya yang sedang basket kebetulan saat itu adalah jam olahraga. Sesekali gadis

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *