Tetaplah Bersamaku (Part 1)

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta
Lolos moderasi pada: 7 April 2016

“Assalamu’alaikum Bu, Pak.. Nia berangkat,”
“Wa’alaikumsalam nduk, seng tenanan yo.. Semoga kamu jadi orang sukses,”
“Aamiin,”

Tak lama kemudian kereta api gajayanan membawaku hijrah ke kota pelajar, Jogjakarta. Alhamdulillah, satu dari sekian banyak mimpiku tercapai. Ya, aku sudah sejak lama bercita-cita belajar di sini, gratis pula. “Terima kasih Ya Allah,” Tak terasa 12 jam berlalu begitu cepatnya, kini dengan penuh doa dan harapan aku mulai menjejakkan kakiku di Jogja dan ku rasa hari pertamaku berlalu begitu cepat karena aku terlalu sibuk menyiapkan keperluan MOPDB esok hari di kampus. Malam pun bersambut, di tempat kos di mana kini aku tinggal mulai ku kenali satu per satu suasana lingkungan beserta para penghuninya.

“Kenalin aku Nadine,”
“Oh, iya kenalin namaku Nia, kamu kuliah di mana?”
“Aku di UGM HI, kamu?”
“Aku di UGM juga, tapi FK,”
“Wow, anak FK. pinter dong,”
“Ah biasa aja kok,”
“Eh, kalau nggak salah kita satu gugus ya besok,”
“Oh iya, aku baru inget. Besok kita barengan aja ya,”
“Ok,”

Perkenalan singkatku dengan beberapa penghuni kost, termasuk Nadine membuatku semakin bersemangat, terlebih saat aku tahu bahwa aku sudah punya teman MOPDB besok.. legaa sekali. Pagi ini adalah kali pertama aku menginjakkan kaki di tempat semegah ini sebagai tempat belajarku sekitar 4 tahun kedepan. Insyaa Allah. Hari pertama MOPDB berlangsung sangat meriah, akrab, dan menyenangkan. Namun hal itu hanya bertahan hari itu saja karena aku mulai merasa mulai terganggu dengan hari hari berikutnya, entahlah apa kesalahanku hingga setiap hari aku kena hukuman.

“Hmm.. Nadine, cape tahu dihukum mulu,”
“Iya, sama.. Seniornya pada ngeselin deh,”
Namun sialnya, percakapan kami terdengar oleh panitia dan mengakibatkan kami mendapatkan hukuman selanjutnya.
“Kalian harus menemukan senior lain fakultas, dan kalian harus menjelaskan 1 teori singkat dalam jurusan kalian,”
“Haaa? Tapi Kak,”
“Sudah cepat lakukan, sekalian minta biodata singkat dan tanda tangan,”
“Gila kali tu orang,” Gerutuku sambil berjalan menyusuri kampus.

“Kak, boleh tanya?”
“Apa?”
“Anu, kakak jurusan apa?”
“Arsitektur,”
“Oke, minta bantuannya ya kak. Jadi gini,”
“Maaf saya sibuk,”
“Loh kak, aduh please kak.. Sebentar aja, tolong kak.. Tolong banget,”
“Ya udah cepet, dasar anak kecil,”
“Oke, jadi gini kak sistem kekebalan manusia yang biasa disebut sebagai sistem imun terbagi menjadi 2 bagian,”
“Udah selesai?”
“Eh, belum kak biodata sama tanda tangannya,”

“Emang nyusahin ya. Ihh,”
“Hehe, maaflah kak.. Makasih banyak, pokoknya makasih banget kaak.. Danang, iya Kak Danang,” Kataku sambil melihat biodata yang baru ditulisnya.
“Ciye, Danang abis pdkt sama anak baru,”
“Alhamdulillah lo akhirnya ngerti cewek jugaa,”
“Apaan sih kalian, itu cuma anak kecil yang ngerepotin,”
“Ah, ya jangan gitu kamu Nang.. Nanti tahu, tahu jadian lagi, haha,” Buli teman-teman Kak Danang.
“Ah enggak lah. udah ah yuk,”

“Gimana, kamu dapet orangnya?”
“Alhamdulillah dapet Dine, walaupun orangnya cuek gila,”
“Iya sama, aku juga gitu kok,”
Hari ini adalah hari terakhir MOPDB, yang artinya besok kita sudah mulai belajar di jurusan masing-masing. Acara hari ini ditutup dengan penyematan KTM oleh rektor, KTM secara simbolis biasa disematkan kepada mahasiswa penerima beasiswa atau mahasiswa termuda.

“Penyematan Kartu Tanda Mahasiswa kepada Husnia Fikri Tsabita dari Fakultas Kedokteran,”
Tak pernah ku duga, bahwa hari itu aku menjadi mahasiswi termuda sekaligus penerima beasiswa, Alhamdulillah.
“Selamat ya Ni.. Dari awal udah kelihatan kalau kamu itu hebat,” Ucap Nadine memberi selamat.
“Kamu juga hebat Dine, terima kasih,”

“Eh, eh Rif, itu kan anak kecil tadi,” Kata Kak Danang.
“Iya, yang minta biodata lo kan,”
“Iya, wih anak pinter ternyata. Haha,”
“Nah yang kayak gitu tuh yang cocok buat lo dan,”
“Apaan sih lo,”
“Emang yang kayak apa sih tipe lo, mulai juragan ayam goreng sampe ayam kampus nggak ada yang lo mau,”
“Udah ah yuk,” Sahut Kak Danang sewot.

ADVERTISEMENT

Hari pertama aku menyandang status sebagai mahasiswi kedokteran begitu memukau, bertemu dengan orang-orang satu visi dari berbagai latar belakang yang beragam, dengan pengajar terkemuka di bidangnya pun juga peluang masuk organisasi yang terbentang luas membuatku semakin tak ingat kampung halaman karena aku ingin mencari banyak hal baru di sini. Oh.. Namun ada sedikit keganjalan dalam hatiku, aku seorang yang cinta eksak namun begitu pening dengan artistik, padahal di sini aku harus menguasai semuanya.

Hal tersebut tidak begitu mengganggu hingga ujian semester tiba, nilaiku untuk semua mapel nyaris sempurna kecuali artistik dan ternyata hal itu cukup mengancam beasiswaku yang berarti aku tak bisa lagi menganggapnya sepele. Untunglah aku aktif di berbagai organisasi kampus, alhasil aku bisa meminta bantuan kepada beberapa teman dan bahkan senior, kecuali Kak Danang. Arogansi tingginya membuat aku tak berniat sedikit pun belajar bersamanya, meskipun ia adalah salah satu mahasiswa terbaik di arsitektur juga aktivis yang begitu piawai.

“Nia sayang, kamu harus tahu bahwa seni beda sama eksak yang bisa dipisah antara teori dan praktisnya, seni harus bersamaan dan maestro seni di kampus ini tuh Danang, kamu kayaknya perlu belajar sama dia,” Ucap Kak Dina yang membuatku semakin terpuruk karena ku rasa itu adalah hal yang mustahil menurutku.
“Ah enggak ah kak, sama Kak Dina juga cukup,” Sanggahku.
“Hust, kamu kenapa sih gitu banget sama Danang, dalam rapat pun kalian tak pernah akur, ayolah Nia kamu harus berhasil di semester ini,”
“Sombongnya itu loh kak bikin males,”
“Hihi.. Itu karena kamu belum kenal dia, udah ayo aku anter kayaknya dia lagi di sanggar juga,”
“Nggak mau kak,”
“Udah ayo,”

“Danang, bisa ngobrol bentar nggak?” Bisik Kak Dina pada Kak Danang dalam yang sedang mengajar dalam sanggar.
“Ini mau nitip adek kecil ini ya, ajarin apa aja deh sampai bisa, di privat juga boleh, oke,”
“Oke siap. Ayo sini masuk,”
“Kamu entar aja ya, privat,” Kata Kak Danang padaku, dia terlihat begitu sibuk kala itu.

Setelah kelas selesai tersisa aku dan Kak Danang dalam sanggar yang begitu luas, kita mulai belajar dari dasar. “Oke, jadi gini ya, seni itu ilmu alamiah, ilmu naluri yang bersumber dari hati, kita nggak bisa menghafalkan teorinya, kaya kamu waktu nerangin sistem imunitas ke aku dulu.. Hahaha,”
“Ah kakak apaan sih.. hahaha,”
“Ya abis kamu sih, serius banget waktu itu. Udah sekarang kita mulai praktek lukis,”
Beberapa jam kemudian.
“Susah ya ternyata,”
“Nggak kok, kamu cuma butuh kontinuitas aja. Udah sore banget, pulang yuk besok latihan lagi ya jam segini,”
“Iya kak,”

Hari demi hari ku sibukkan dengan tugas kampus, organisasi dan kursus tambahan supaya beasiswaku tetap aman. Kian hari semua kian mendarah daging termasuk kebersamaan dengan guru privatku Kak Danang, tanpa sadar aku mengenalnya lebih dalam sejak saat itu.
“Aku kira kakak itu arogan, dingin, apatis gitu,” Kataku.
“Haha.. Gitu ya, aku kira kamu itu kutu buku yang sok sibuk gitu,” Jawab Kak Danang.

Saat pulang ke kost, Nadine pun turut berkicau.
“Ciye yang lagi deket sama artis,” Celetuk Nadine padaku.
“Ha? Siapa?”
“Ya kamu lah sama Kak Danang, iya kan? Ngaku aja deh,”
“Enggak Dine, suer deh.. Kamu kan tahu gimana nilai art-ku semester lalu, aku bisa terancam cabut beasiswa kalau kayak gitu lagi, makanya ini lagi kerja keras, kamu bukannya doain malah ngecengin. Dasar,”
“Hehe, ya nggak apa-apa kali Ni, sekalian gitu, lagian kalian berdua cocok banget kok,”
“Huh,”

Ujian semester pun telah di depan mata, aku sudah siap dengan segala resikonya.
“Harus bagus ya nilainya, jangan sampai sia-sia belajar ful timenya,” Kata Kak Danang.
“Siap pak guru,”

Dan akhirnya, ip semester ini 4.00, alhamdulillah..
Bukan hanya itu, di semester ini aku juga mendapatkan kado spesial.
“Ciye yang dapat ip sempurna, nanti jalan yuk,” Kata Kak Danang.
“Ha?”
“Ya udah deh diperjelas, kita date ya,”
“Ha? Nggak salah denger kak? Kak Danang dengan fans berjuta jiwa ngajak date,”
“Apa sih kamu lebay deh. Ya udah nanti jam 8 aku jemput ya,”
“Aan. nu.. Iya deh,”

“Hayo lo, udah rapi aja. mau ke mana Mas Danang,” Goda Kak Rifki.
“Paling-paling mau jemput anak fk itu kan, ketula lo,” Tambah Kak Dandi.
“Apa sih kalian, punya nama kali dia, namanya Nia,”
“Nah kan, kayaknya udah mau nembak tuh temen kita,”
“Iya Rif, dulu katanya nggak-nggak.. Apaan,”
“Haha, doain aja deh sob.. Jalan dulu ya,”

Aku pun dibully habis oleh Nadine.
“Wih, tumben bu dokter dandan cantik nggak bawa buku. Ke mana hayo?”
“Mau syukuran aja Dine,”
“Masa? Kok aku nggak diajak, bohong ah.. Mau ngedate ya?”
“Hihihi. Udah ah pergi dulu daa,”
“Eh tunggu, siapa yang jemput hey,” Nadine pun lari mengikuti langkahku hingga pintu gerbang, dan saat itu Kak Danang sudah ada di depan gerbang dan sontak membuat Nadine berceloteh.
“Ciye, Kak Danang.. hati-hati kak, nitip bu dokter cantiknya yaa kak,”
“Haha, iya Nadine.. Jalan duluan ya,”

Di tengah perbincangan seru soal jurusan masing-masing, tiba-tiba Kak Danang menghentikan tawaku.
“Boleh kalau aku jadiin kamu pacar pertama dan terakhirku?”
“Boleh tahu kenapa kakak pilih Nia dari sekian banyak penggemar kakak?”

“Sebelum aku jawab aku mau jelasin sesuatu sama kamu. Kita udah banyak belajar tentang seni belakangan ini tapi ku rasa ada satu hal yang kita belum sempat memahami, yaitu bahwa seni memiliki gelombang audio visual dalam diri seseorang, ia tak dapat dilepaskan namun terkadang melemah karena tidak ada stimulus. Dan bagiku itulah cinta, selalu ada namun perlu stimulus, dan ku rasa cukup bagiku untuk kini memutuskan bahwa aku mencintaimu, waktu dan kebersamaan yang tulus dari hatilah yang menjadi stimulusnya,”

“Emang kakak nggak pernah merasakan hal yang sama sebelumnya?”
“Nggak,”
“Iya, aku mau tapi tolong bantu aku ya kak biar jadi lebih baik lagi buat kakak,”
“Saling support ya,”
“Iya,”

Dan hari itu menjadi hari yang bersejarah untuk aku dan Kak Danang, mulai saat itu kami berikrar untuk berjuang bersama hingga bila Allah kehendaki kita akan menikah suatu saat nanti. Hari demi hari kami jalani dengan penuh harapan, mengejar cita-cita dan impian, hingga tibalah sidang skripsi Kak Danang dan aku tak pernah melihatnya segelisah itu.

“Dua antrean lagi Ni, aku takut gagal,”
“Hei, aku nggak kenal deh.. Kak Danangku selalu optimis. Oke,”
“Nervous banget,”
“Kata kakak, hanya orang orang berbakat yang bisa nervous. Iya kan?”
Kak Danang hanya tersenyum hingga akhirnya namanya dipersilakan untuk presentasi.
“Bismillah, semangat sayang,”

Seketika ekspresinya kembali menjadi kakakku yang selalu optimis. Kami bahagia. Beberapa minggu setelahnya, aku menjalani ujian praktikum, bagiku ini akan sangat berat, tetapi doa ayah dan ibu juga support dari Kak Danang dan teman-teman kembali membuatku menaklukkan ip 4.00, tak lama setelah itu Kak Danang dinobatkan menjadi wisudawan cumlaude di angkatannya dengan ipk 3.55. Alhamdulillah. Rasanya, kebahagiaan seringkali meliputi kami hingga pada suatu hari…

“Sayang, ada audisi nyanyi aku mau ikut, doain ya,”
“Iya kak, harus. Harus banget aku yakin kakak nggak cuma lolos, tapi juara,”
“Aamiin,”

Seiring berjalannya waktu, kuliahku semakin cepat dan alhamdulillah bisa selesai dalam waktu 3 tahun saja, begitu pun Kak Danang yang semakin sibuk dengan seluruh agenda pementasan yang luar biasa padat hingga pada saat yang hampir bersamaan aku diwisuda dan Kak Danang sedang bertarung di final. Hampir tak pernah ada komunikasi di antara kita, mungkin hanya status di sosial media yang mengabarkan keadaan masing-masing. Tinggal satu harapanku aku ingin Kak Danang selalu bahagia, meski mungkin ia tak lagi mengingatku sebagai kekasihnya, namun entah mengapa saat aku ingin memulai pendidikan baruku dengan segala yang baru tiba-tiba orang orang berkerumun seolah mencibir statusku sebagai pacar privat Kak Danang, saat itu aku benar-benar sakit.

“Nadine, aku salah apa coba. Pernahkah aku ganggu Kak Danang, bahkan perih saat merindukannya pun tak pernah aku kabarkan. Udah sana ambil aja, nggak perlu kayak gini,”
“Percaya sama aku deh Ni, Danang nggak ada ikut campur sama ini, yakin deh. Ini tu cuma fans yang envy sama lo, gue yakin dia pasti punya alasan kenapa dia nggak ngabarin lo langsung, lo harus kuat Nii.. Harus,”
“Nggak bisa Dine, udah terlalu sakit,”

“Eh cewek busuk, yang sok-sok-an numpang tenar sama Danang, gak tahu malu lo.. Apa jangan-jangan udah nggak punya harga diri emang, mana mau Danang sama cewek kaya lo. Ngaca dulu deh. F*ck you dasar pel*cur nyamar jadi mahasiswa,” Itu satu dari beberapa bulliyinhg haters ke aku, saat itu aku udah bener-bener nggak tahu harus berbuat apa, aku bingung dan cape banget dengan semua ini. Dan tiba tiba, di puncak kegundahanku ada telepon yang memaksaku untuk menangis lebih dalam, telepon dari Kak Danang.

“Assalamualaikum,”
Sejujurnya aku sangat merindukan suara itu, tapi luka hatiku telah menutupnya begitu rapat.
“Waalaikumsalam. Ada perlu apa?” Jawabku sekenanya.
“Adek nangis ya? Maafin kakak ya, kakak udah bikin kamu susah,”
“Nelepon cuma mau bilang itu, makasih,”
Segera ku tutup telepon dan ku matikan handphone-ku, aku menangis sejadinya. Namun, keesokan paginya aku kembali mendapat hantaman dari Kak Danang yang tak pernah lagi ku harapkan hadir dalam hidupku.

“Adek please, dengarkan dulu kakak bicara setelah itu kau bebas memutuskan apa saja, kakak mohon,”
“Baiklah silakan,”
“Maaf, kakak nggak bisa jawab pesanmu, kau tahu kakak sibuk sekali di sini,”
“Sesibuk berfoto bersama wanita-wanita cantik lainnya?”

“Kamu tahu, hanya hitungan menit mampu membuat mereka begitu bahagia, tapi menjawab pertanyaan ‘apa kabar’ darimu tak cukup dengan ‘aik-baik’ karena aku akan selalu merasa butuh tahu banyak hal tentang kamu, tentang kita. Tapi hal itu tak memungkinkan akibat kesibukan kita masing-masing tapi di setiap penghujung malamku, S2-mu selalu jadi penyemangatku di sini meski jauh. Dulu adek pernah bilang bahwa cinta membutuhkan kredibilitas antar kedua belah pihak, di sini berarti Nia dan kakak, kakak ngaku salah dan mohon maaf atas apa yang terjadi padamu akibat perkataan atau perbuatan fans, mereka nggak tahu siapa kamu, aku, kita. Jadi kakak minta tolong, ayo sama-sama usaha untuk menjadi lebih baik lagi, mereka bukan Tuhan, bukan Allah yang berhak mengatur apa pun tentang kita,”

“Cukup?”
“Iya,”
“Baik, terima kasih atas penjelasannya dan selamat berjuang kembali. Semangat,”
“Sama-sama. Datang ya besok lusa ke grand final, aku tunggu,”
“Maaf kayaknya nggak bisa kak. Udah semangat aja. Assalamualaikum,”
“Waalaikumsalam warohmatullah,”

Bersambung

Cerpen Karangan: Fatimatuz Zahra
Blog: goresanzahra99.blogspot.com

Cerpen Tetaplah Bersamaku (Part 1) merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Hari Ini Lebih Tenang Dari Sebelumnya

Oleh:
Suara jangkrik-jangkrik bergemerincing di telinga Faiz saat terik matahari Agustus menyelimuti tubuhnya yang sibuk menyirami bunga-bunga mawar di depan rumahnya. Lamunannya tak terpecahkan oleh suara keras dari serangga-serangga berisik

Meniadakan Kenangan

Oleh:
“Tunggu dulu, Sya! Dengerin dulu!” Ia menahan tanganku dengan cengkraman sekuat elang. Pelupuk mataku semakin penuh dengan genangan air mata. “Apa lagi? Sudah jelas kan, kamu pilih dia.” Ujarku

Sulit Melupakan

Oleh:
Saat aku duduk di bangku kelas 8 aku jatuh cinta dengan teman sekelasku, saat itu masih di masa pandemi covid jadi kita masuk secara sesi. Saat itu tiba-tiba ada

Kurir Cinta

Oleh:
Meraih jaket, meraih kunci vespanya, dan menghentakkan snickersnya, lalu segera berlari menuju vespa cokelatnya yang ia namai “brownis”. Banyak dosen yang menantikan setumpuk makalah yang harus diserahkan Miko hari

Waktu Itu

Oleh:
“Vio! Kamu enggak bisa gini terus!!! Sebenarnya kamu ini kenapa? Sejak 1 bulan ini kamu sering melamun enggak jelas, nilai kamu turun, terus yang kita pelajari enggak masuk ke

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *