Titania’s Life (Part 2)

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 5 April 2016

“Jangan pernah bermain-main dengan cinta, nanti sakitnya pasti akan terasa.”

Titan sudah memasuki kelasnya, begitu juga dengan Daffa yang berjalan di belakang Titan.
“Tan, kamu dari mana?” Kata Sarah.
“Aku dari perpustakaan. Kalian udah balik ya?” Kata Titan.
“Iya nih, lagian Hito sama Ghani lagi ada urusan.” Kata Vio.
Vio dan Sarah melihat ke arah Daffa.
“Tadi kamu sama Daffa terus, Tan?” Tanya Vio yang penasaran.
“Ya gitu.” Kata Titan dengan pelan.
“Kamu nggak diapa-apain kan?” Tanya Sarah.
“Nggak kok.” Jawab Titan singkat.

“Emangnya aku bakal ngapain Titan sih, aku juga nggak mau pulang tinggal nama karena kamu Sar.” Kata Daffa, merasa kesal dituduh macam-macam.
“Bagus deh, jadi jangan pernah berani sama Titan, apalagi nyakitin dia. Urusannya sama aku.” Kata Sarah.
“Tan, temen kamu galak banget. Hito kok betah sih.” Kata Daffa.
“Nggak tahu Daf, dipelet kali sama Sarah.” Kata Titan sambil tertawa kecil.
Sarah melihat ke arah Titan, “Ye… dibelain malah ngatain. Aku nggak mau aja kamu nanti mewek, entar yang ribet aku sama Vio.” Kata Sarah.
“Aku nggak pernah mewek ya, cuma kelilipan terus keluar air mata.” Kata Titan.

“Apaan sih Tan, orang kamu aja lihat film sedih udah nangis-nangis.” Kata Vio.
“Ternyata Titania orangnya baperan banget.” Kata Daffa.
“Kamu nggak tahu sih Daf, filmnya itu sad ending. Dan aku nggak suka film sad ending, bikin cengeng.” Kata Titania, dia merasa bahwa menangis saat nonton film yang sad ending adalah sesuatu hal yang wajar.
“Itu karena kamu terlalu cengeng.” Kata Daffa.
“Terus aja ngatain cengeng, awas aja kalau kamu ketahuan nangis pas nonton film bakal aku ketawain.” Kata Titan.
“Udah-udah, kalian ini. Gara-gara gitu aja ribut.” Kata Vio.

“Eh kata Ghani tadi, bazarnya kan lusa ya?” Tanya Sarah.
“Iya. Makanya itu Ghani sama Hito lagi sibuk prepare semuanya.” Kata Vio.
“Kok kamu nggak ikutan bantuin sih Daf?” Tanya Sarah.
“Aku udah nge-handle urusan lain.” Kata Daffa.
“Iya, Daffa kan ngurus bagian pengambilan gambarnya. Awas aja kamu motretnya jelek.” Kata Vio.
“Kalian pada ngebahas bazar, anak perpustakaan mana ngerti begituan.” Kata Titan.
“Iya, iya yang anak perpustakaan, kan ngertinya cuma tulisan sama buku dan buku.” Kata Daffa.
“Nggak juga.” Kata Titan.

Bel masuk berbunyi, mereka berempat segera duduk di kursi masing-masing, mungkin setelah ini langsung pulang. Daffa dan Titania yang duduk sebangku masih bisa bercengkerama bersama.

“Pulang sama siapa Tan?” Tanya Daffa.
“Sama Kak Vino kayaknya.” Jawab Titan.
“Oh, nggak mau bareng?” Tawar Daffa.
“Nggak ah, pacar kamu marah nanti panjang urusannya.” Kata Titania.
“Pacar? Kan waktu itu habis putus, kamu lihat sendiri kan waktu itu.” Kata Daffa.
“Hehe, masa udah putus? Nggak balikan lagi Daf?” Kata Titan.
“Nggak ah, kan udah ada kamu.” Kata Daffa.

Mendengar perkataan Daffa membuat tubuh Titan kaku tak bergerak, ada perasaan muncul, perasaan seperti ngefly dan aneh yang tidak bisa diungkapkan, tapi sesegera mungkin Titan mengembalikkan keadaan menjadi biasa. “Bisa aja sih Daf, entar kalau aku nge-fly gimana?” Kata Titan dengan nada becanda.
“Ya nggak apa-apa asal kamu bahagia, aku bikin kamu nge-fly terus deh.” Kata Daffa.
Harapan Titan agar Daffa menjawabnya dengan kata kata, “Apaan sih Tan.” Atau “Yee…jangan geer.” Tapi kenyataannya jawabannya membuat perut Titan serasa bergemelitik.
“Apaan sih Daf, becanda kamu nggak lucu.” Ucap Titan.
“Siapa juga yang becanda. Serius, dua rius malahan.” Kata Daffa, sambil tersenyum.
Skakmat untuk Titan, Daffa mampu membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, perkataan sukses membuatnya tertegun.

“Cinta itu sulit diterka.”

ADVERTISEMENT

Pulang sekolah Titan masih menunggu di halte. Kakaknya tak kunjung datang, selalu saja telat. Sarah dan Vio sudah pulang setelah Titan menolak tawaran mereka untuk pulang bersama. Meski Titan dan kakaknya tidak tinggal satu rumah, tapi keduanya masih berhubungan baik.

“Kak Vino mana sih.” ucap Titan.
“Mau bareng Tan.” kata Daffa dari dalam mobilnya.
“Makasih, tapi nanti…” ponsel Titan berbunyi. Ada sms dari Kak Vino.
“Bareng deh, Kak Vino ada urusan.” kata Titan.
“Ya udah, ayo masuk.” kata Daffa.

Di mobil hanya ada suara deru mobil selain itu hanya kesunyian yang menyelimuti. Bagaikan berada di tempat asing dengan orang asing, Titan hanya memusatkan pandangannya ke luar mobil. “Rumah kamu di mana?” tanya Daffa.
“Di Griya Aster.” jawab Titan.
“Oh, deket sama rumahku. Kapan-kapan main, Tan.” kata Daffa.
“Daf, itu bukannya mantan kamu.” kata Titan, yang melihat perempuan yang bersama Daffa tempo lalu di halte sekolah.
“Oh, Cerry ya. Dia udah jadi mantan biasa aja kalau sama cowok lain.” kata Daffa santai.

“Kok kamu nggak cemburu sih? bukannya putusnya baru?” kata Titan.
“Terus kenapa kalau baru putus?” tanya Daffa penasaran.
“Masa udah bisa move on sih.” kata Titan.
“Ya bisa dong. Aku sama dia itu putus pasti karena ada alasannya, jadi ya gitu deh. Dia udah punya pasangan sekarang, aku juga udah ada kok.” kata Daffa.
“Kamu mendua ya? Makanya kamu ditampar waktu itu.” kata Titan curiga.
“Untuk apa mendua sih Tan, menyatu aja udah lebih dari cukup.” ucap Daffa puitis.
“Wow, bahasa kamu Daf.” kata Titan.

“Kenapa? keren ya.” kata Daffa.
“Enggak juga. Siapa yang bilang keren, aku cuma bilang wow.” kata Titan.
“Wow sama keren itu sama aja, itu menunjukkan kekaguman.” kata Daffa.
“Biar kamu seneng aku iyain aja deh.” ucap Titan.
“Kamu udah punya pacar, Tan?” tanya Daffa.
“Belum. Nggak sempet kepikiran ke situ Daf.” kata Titan.
“Kalau ada yang nembak kamu, kamu bakal menjauh apa nerima?” kata Daffa, kode dari Daffa untuk Titan.
“Tergantung.” ucap Titan.

“Mati dong kalau tergantung.” kata Daffa sambil tertawa.
“Kalau mati tinggal kubur.” timpal Titan.
Mereka berdua bersenda gurau di dalam mobil, tak terasa sudah sampai di depan gerbang rumah Titan.
“Udah nyampe nih.” kata Daffa.
“Makasih ya Daf.” kata Titan.
“Sama-sama Tan. Eh iya aku mau ngomong sesuatu.” kata Daffa.

Titan penasaran, “Apaan Daf?” tanya Titan.
“Kalau aku suka sama kamu gimana?” kata Daffa to the point.
“Emm, ya nggak gimana-gimana.” kata Titan.
“Ih, aku serius Tan.” kata Daffa.
“Kok kamu secepet itu bisa yakin kalau kamu suka sama aku?” kata Titan.
“Entah Tan, aku ngerasa nyaman aja sama kamu.” kata Daffa.
“Kita jalanin aja ya Daf. Biarin waktu yang menjawab.” kata Titan.
“Jawaban kamu?” kata Daffa.
“Iya.” kata Titan. Senyuman terlukis dari kedua insan yang sedang jatuh cinta ini. Tapi apakah kisah cinta mereka akan berakhir bahagia, atau ini adalah awal dari permasalahan di antara mereka.

“Cemburu itu tanda cinta, tapi jangan berlebihan karena bisa merusak hubungan.”

Titan masuk ke rumah dengan senyum yang terukir di wajahnya, ini adalah pertama kalinya ia berpacaran. Mama Titan yang bernama Kania memperhatikan tingkah anaknya itu. “Kamu tadi nggak sama Vino, Tan?” Ucap Mamanya.
“Emm, nggak Ma.” Balas Titan sambil berjalan tanpa memperhatikan mamanya.
“Kamu habis ke mana?” Tanya mamanya, ia penasaran akan perilaku anaknya ini.
“Dari sekolah Ma.” Jawab Titan.

“Kamu kenapa sih? Mama perhatiin kayak senyum-senyum gitu?” Tanya Mamanya.
“Nggak kenapa-kenapa Ma. Cuma lagi seneng aja.” Kata Titan.
“Ya udah kalau begitu. Kamu cepetan mandi nanti Mama suruh Rena nyiapin makanan untuk kamu.” Kata Mamanya Titan.
“Iya Ma. Apa Mama bakal ke rumah sakit lagi?” Tanya Titan.
“Iya sayang, kamu tahu kan akhir akhir ini ada banyak pasien, Mama sibuk. Kamu harus maklum ya.” Kata Mamanya.
“Kalau kamu kesepian ajak aja Vio sama Sarah main ke sini.” Kata Mamanya.
“Iya Ma.” Kata Titan.

Tinggal sendirian tanpa kehadiran orangtuanya, adalah hal yang biasa bagi Titan. Dulu masih ada Kak Vino, tapi sekarang Kak Vino ada di rumah Papanya. Di kamar, Titan menghempaskan tubuhnya di kasur. Penat yang ia rasakan berusaha tidak dia rasakan. Ada notifikasi di line-nya. “Hai.” Sapa seseorang dari akun line-nya. Titan penasaran itu pesan dari siapa, ia membuka foto profil akun tersebut. “Daffa.” Kata Titan.

“Hai juga Daf. Dapet id lineku dari mana?” Tanya Titan.
“Nggak usah kaget begitu Titania. Id line gampang dicari.” Balas Daffa.
“Masa sih, jangan-jangan id semua perempuan kamu punya ya?” Ketik Titan lalu mengirimnya ke Daffa.
“Kok kamu tahu sih Titan. Kamu cemburu ya?” Balas Daffa, lalu mengirim emoticon tertawa.
Titan hanya membaca pesan dari Daffa tanpa membalasnya. Ia kemudian mandi dan berganti pakaian.
10 menit kemudian ia mengecek ponselnya. Sudah banyak notif yang berasal dari Daffa.

“Maaf sayang, jangan marah.”
“Kok gitu aja ngambek sih.”
“Masa cuma diread.”
“Sayangku, Titania. Kamu di mana? Jangan bilang kamu mau bunuh diri. Beneran aku nggak selingkuh kok.”
Titan yang membaca semua pesan dari Daffa hanya tertawa kecil, “Dasar Daffa jelek, gitu aja baperan.” Ucapnya. Niat Titan ingin mengerjai Daffa. Tapi tak lama ada panggilan masuk.

“Titan.” Suara seperti toa yang berasal dari ponsel Titan, membuat Titan harus mengusap telinganya.
“Iya Daffa. Kamu kenapa sih?” Kata Titan.
“Kok cuma diread. Kamu marah beneran ya.” Ucap Daffa.
Titan hanya menahan tawanya, “Iya aku marah. Aku udah siap-siap tali nih.” Ucap Titan.
“Jangan dong, kalau kamu ninggalin aku entar siapa yang aku godain.”
“Kamu godain aja perempuan-perempuan yang itu.” Kata Titan.
“Perempuan yang mana? Kan cuma kamu yang ada di hatiku.” Kata Daffa.

Darah Titan seakan berdesir, perasaannya mulai aneh kalau mendengar ocehan Daffa, yang selalu bisa membuatnya menjadi perempuan yang spesial.
“Kamu bercanda aja sih, Daf. Kamu nggak tahu efeknya kalau kamu ngomong gitu sih.” Kata Titan.
“Emang ada efeknya ya?” Balas Daffa.
“Entahlah. Males ngomong sama kamu.” Kata Titan.

Titan mengakhiri panggilan itu. Lalu menaruh ponselnya di atas kasur. Dia menuju meja makan, mungkin pembantunya yang bernama Rena, sudah memasak makanan untuknya. Di meja makan sudah ada makanan yang tersaji. Kania sudah bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit lagi.
“Sayang, Mama berangkat dulu ya.” Ucap mamanya.
“Hati-hati ya Ma.” Kata Titan. Mamanya mencium kening Titan lalu bergegas pergi.
“Sendirian lagi deh.” Batin Titan.

Selesai makan Titan hendak pergi ke luar rumah, ia ingin ke supermarket dekat rumah. Mungkin ada cemilan yang bisa membuat moodnya membaik. Tak lupa sebelum pergi dia mengambil ponselnya. Dan memakai sepatu biru yang sesuai dengan baju birunya.
“Mau ke mana non?” Tanya Rena, pembantu Titan yang berusia 40 tahun ini, dia sudah menemani Titan selama 15 tahun.
“Mau ke supermarket depan, Bu.” Kata Titan, Titan biasa memanggilnya dengan Bu Rena.
“Hati-hati ya Non. Pakai jaketnya Non. Kan dingin, nanti sakit.” Kata Rena sambil memberikan jaket Titan, yang sudah dicuci dan disetrikanya.
“Makasih Bu Rena.” Kata Titan sambil mengulum senyum.

Di supermarket Titan bingung ingin membeli apa. Dia mengambil 2 batang cokelat dan snack yang lain. Di saat hendak menuju kasir, dia berpapasan dengan Cerry.
“Kamu Cerry ya?” Tanya Titan.
“Iya, kok kamu bisa tahu?” Kata Cerry.
“Dari Daffa.” Kata Titan.
“Kamu satu sekolahan sama Daffa ya?” Kata Cerry.
“Iya Cer.” Ucap Titan.

“Kamu harus hati-hati sama Daffa, dia orang jahat. Aku dulu pernah pacaran sama Daffa, tapi ya gitu. Kita sering cekcok dan berujung pada berantem.” Kata Cerry. Mendengar perkataan Cerry, Titan tak percaya. Masa sih Daffa begitu, bukannya Daffa selalu menghiburnya. Titan baru saja berpacaran dengan Daffa.
“Masa sih Cer?” Tanya Titan.
“Dia itu tukang boong dan selingkuh. Kenapa dulu aku jatuh cinta sama dia, mungkin itu sebuah kesalahanku di masa lalu.” Cerry menjelek-jelekkan Daffa, di depan Titan yang notabene adalah pacarnya. Titan sempat tidak percaya, tapi dia diam saja.
“Iya udah Cer, aku ke kasir dulu ya.” Kata Titan.
“Iya.” Titan segera menuju kasir dan membayar semua barang belanjaannya.

Dalam perjalanan pulang, perkataan Cerry terngiang di telinganya. Daffa yang selalu menggodanya, Daffa yang selalu menjahilinya, Daffa… masa Daffa benar-benar seorang Playboy dan pembohong. Saat Titan melihat ke sebuah cafe yang berada di seberang jalan, manik mata Titan tertuju pada dua orang yang sedang duduk di cafe outdoor. Dia melepas kacamatanya. Entah matanya kini benar-benar bermasalah atau itu benar-benar Daffa.

“Bener semua kata Cerry.” Ungkap Titan emosi. Daffa yang tidak sengaja melihat Titan segera menghentikan obrolannya dengan wanita yang ada di hadapannya.
“Titan.” Kata Daffa sambil tersenyum. Titan tidak memperhatikan Daffa, dia muak harus begini, perasaannya seperti dipermainkan. Dia berjalan di tengah keramaian. Daffa yang melihat Titan berjalan tanpa mengatakan apa pun, segera mengejar Titan. “Titan, tungguin kenapa.” Kata Daffa yang berlari. Sekarang posisi Daffa benar-benar di belakang Titan. “Kamu kenapa jalannya cepet banget, kamu lihat aku.” Kata Daffa, Titan tetap berjalan.

Bersambung

Cerpen Karangan: Almira Zahra
Facebook: Almira Zahra
My name Almira Zahra, i like imagination and write a story.

Cerpen Titania’s Life (Part 2) merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Valentine Pertama

Oleh:
Pagi itu di sebuah sekolah menengah pertama, tepatnya SMP HARAPAN 2, langit terlihat cerah burung-burung pun berkicau riang seperti biasanya. Suasana cerah itu berbeda dengan suasana hati seorang gadis

Dipenghujung Senja

Oleh:
Gadis ini menghentikan dentingan piano yang sedari tadi dimainkan, ketika lamat-lamat dia merasakan ada seseorang yang memperhatikannya sejak tadi. Gadis itu beranjak hendak meninggalkan piano di sudut ruangan itu,

Tatapan Pertama Camer

Oleh:
Malam minggu terasa hambar seperti malam-malam biasanya bagiku. Karena cewek gue gak bisa ke luar malam hari. Acara malam mingguannya hanya via bbm. Untuk menghilangkan suntuk gue yang kesepian

Just Carry On

Oleh:
Craig adalah seorang anak laki-laki yang lahir ke dunia dari keluarga yang sederhana. Ayahnya berdagang dan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Ia juga memiliki kakak bernama Clay yang sekarang

Sahabat Jadi Cinta

Oleh:
Ada dua anak kecil perempuan dan laki-laki yang berumur 4 tahun itu sedang bermain di taman dan didampingi oleh ibunya, mereka berdua bernama Ferro dan Hana bisa dipanggil Hana/Nana.

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *