Yang Kuingin

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta
Lolos moderasi pada: 16 September 2017

Seorang wanita memiliki perasaan yang lembut dibanding lawan jenisnya. Wanita juga memiliki rasa iri yang bisa tiba-tiba hinggap di hatinya.
Dan inilah yang kurasa, bukan rasa iri karena harta maupun tahta. Melainkan iri melihat yang lain bisa memiliki pasangan yang membuat hatinya nyaman dan berbunga-bunga.
Ku tahu hal ini bukanlah hal yang benar, namun di zaman sekarang apa yang tidak, walau sebenarnya ini sangat tidak wajar dimiliki manusia yaitu perasaan iri.

Tiba lagi hari minggu…
Semua tengah asyik ke luar menikmati malam yang ceria bersama orang-orang terkasih.
Seperti biasanya, Aku yang jomblo hanya bisa berteman laptop. Telefon dan sms dari teman-teman dari tadi menggangguku, yah seperti hari-hari minggu yang lalu. Sebagian mengejek nasibku, sebagian lagi mengajakku keluar.

Tiba-tiba saja mataku melotot saat pesan masuk di akun Facebookku.
“Reihan? Yah ampun dia nginbox aku?!” begitu girang diriku saat ini.
Buru-buru ku buka dan kubaca isinya.
Reihan: Hay… 🙂

Walau hanya sekedar hay ini sudah cukup bagiku. Apalagi emoticon smile yang terselip di belakangnya. Raihan, dia cowok yang sampai sekarang masih ada di dalam hati aku. Dia cinta tak sampai aku dikala masih duduk di bangku SMA. Orangnya cuek, tapi jika sudah saling mengenal dia sangat asyik. Setelah 3 tahun lebih aku menunggu disapanya, penantianku terbayar sudah. Ini sangat-sangat berharga, dan mampu membuat hati seakan terbang.

Sangat lama aku membalasnya, mungkin karena keasyikan membayangkan kembali masa-masa itu. Masa yang indah namun meyakitkan, bagaimana tidak. Sikap cuek dia benar-benar membuat aku menanti sampai selama ini. Tahun-tahun lalu sering kukirimkan ucapan selamat ulang tahun untuknya, walau sama sekali tak dia respon. Itu sangat meyakitkan, tapi tidak menyurutkan niat aku untuk tidak mengingatnya lagi.

Aku: Hay… 🙂

Beberapa menit kemudian…
Reihan: Dinda kan? Teman SD!! Mmmm makin cantik, ketemuan yuk!! 🙂

What? Teman SD? Segitu lupanya kah dia dengan teman SMA nya ini?.
Hatiku seakan menangis, perih ini benar-benar perih. Rasanya ingin ku lempar jauh-jauh laptop di hadapanku. Kali ini bukan hanya hatiku yang menangis, mataku pun ikut menangis. Kurebahkan badan di samping laptop yang masih menyala.

“Dinda…!” suara itu sangat aku kenal.
Sekarang yang menyapaku sudah di belakangku memelukku dengan gemas.
“Ihhhhh Mila…!” dengan cepat kuseka air mataku.
“Kamu nangis? Yah ampun…!” ucapnya sembari matanya yang melirik-lirik ke laptopku.
“Nggak kok… Ini cuman kelilipan tadi!” dengan cepat kututup laptopku.
“Oh… Lagi chat sama siapa? Mantan? Atau?!” liriknya penuh tanda tanya.
“Itu teman… Beneran kelilipan doang ini!! Ngapain tumben malam-malam ke sini?!” dia Mila sepupu aku.
“Jalan yukkk… Aku dapat duit sejuta nih dari Papa… Lumayan buat makan-makan!! Daripada kamu di rumah nggak ngapa-ngapain!”
“Beneran? Ayo!”

Aku dan Milha berkeliling di taman kota, sembari menunggu perut keroncongan.
“Dinda… Teman aku nitip salam buat kamu!” goda Mila saat melihat aku sibuk dengan handphone.
“Siapa?!” sahutku datar.
“Teman aku sih di taman membaca!”
“Owww!”
“Kok cuma Ow?!”
“Terus aku harus jawab apa?! Cari tempat lain yuk, mata aku nggak cocok di sini. Orang pacaran semua!”
“Iya sama… Gimana kalau kita ke taman membaca? Dia lagi di sana, kasihan dia jaga sendirian!” ajak Milha.
“Ke taman membaca? Malam-malam gini? Yang benar aja, mending kita cari makan deh… Dingin-dingin gini enak makan bakso!”
“Uhhhh dasar mata bakso… Ke mana-mana cari bakso, tapi tenang. Aku banyak duit, berapa mangkuk pun aku bayarin buat kamu deh!! Tapi habis ini kita ke taman membaca yah!! Tempatnya ramai kok!”
“Yah udah deh!” aku pasrah saja.

ADVERTISEMENT

Setelah puas memakan bakso, kami berdua menuju tempat yang dimaksud Mila.
Sesampai di sana, benar apa yang Mila katakan. Tempatnya tidak membosankan banyak buku di sana, dan tentunya orang-orang membaca juga terus yang paling penting tidak ada pasangan muda-mudi yang sedang pacaran di sini.

Mila lalu menepuk seseorang yang membelakangi kami.
“Hay…!” begitu sapa Mila.

Aku masih sibuk memerhatikan suasana taman membaca itu.
Saat aku berbalik, apa yang tidak pernah kubayangkan benar telah nyata di hadapanku.
Apa yang kupandang saat ini juga memandangku. Kami tak saling bicara dalam waktu cukup lama, hanya mata yang berbicara.

“Dinda… Reihan… Ngapain pada bengong gitu? Reihan kenalin, Ini Dinda sepupu aku yang jomblo itu. Terus Dinda… Ini dia Reihan yang nitip salam buat kamu. Nah kalian sudah saling lihat kan, tapi kok tetap diam sih?!” tutur Mila panjang lebar.

Aku tidak kuat lagi menatap kedua mata yang menatapku seperti itu. Segera kubalikkan badan dan pergi meninggalkan mereka berdua di sana.
Tapi yang tidak kuduga terjadi lagi. Raihan mengejarku dan sekarang sudah menahan tanganku. Aku benar-benar tidak bisa lagi menatap mata itu, aku tetap membelakanginya.

“Kenapa kamu lari?!” suara itu. Setelah 3 tahun lebih bisa kudengar lagi.
Aku hanya diam, ingin lari pun tidak bisa. Genggaman tangannya begitu kuat di pergelangan tanganku.
“Lepasin tangan aku!” ucapku lirih.
“Kenapa? Kenapa aku harus lepas?!” tanya nya, namun tidak kusahut sama sekali.
“Sekarang kita sudah ketemu lagi kan? Aku mau tanya sesuatu! Apa maksud pesan-pesan kamu itu?”
“Pesan apa?!” elakku.
“Dinda… Aku tahu, tidak sepantasnya aku tanya ini sama kamu!! Tapi aku cuman butuh kepastian kamu!! Apa itu tulus dari hati kamu?!” tanyanya begitu memaksa bagiku.
Kutelan ludah dengan begitu sulit sebelum akhirnya kujawab pertanyaan itu.
“Iya… Iya Reihan itu sangat tulus dari hati aku!! Tapi tenang aja, kamu tidak perlu khawatir karena itu sudah berlalu!” Air mata yang sudah dari tadi kutahan akhirnya menetes juga. Untung saja aku masih membelakanginya jadi dia tak melihat perasaan aku yang lemah ini.
“Berlalu?!”
“Sekarang lepasin tangan aku!” pintahku lagi.
“Aku nggak percaya… Kamu cinta kan sama aku? Kamu sayang kan sama aku Dinda? Ia aku tahu selama ini aku begitu bodoh tidak memperhatikan kamu yang begitu peduli dan sayang sama aku. Tapi sekarang aku sudah tahu, kalau perasaan ini sama dengan kamu. Aku cinta sama kamu Dinda!” tuturnya semakin membuat air mata ini menetes.

Segera kuseka dengan kasar air mataku dan menatapnya.
“Tapi aku sudah tidak… Justru aku benci sesuatu yang berhubungan dengan kamu…!” pekikku kasar.
“Kamu bohong!! Nggak mungkin!” kekeh Reihan pula.
“Kamu jangan sok tahu… (Kutunjuknya dengan raut wajah yang penuh kemarahan). Aku sudah nunggu kamu 3 tahun, setiap saat aku kirim pesan tapi apa? Kamu matahin perasaan itu. Kamu yang buat semua cinta itu jadi kebencian Reihan!! Aku harap ini yang terakhir aku ketemu sama kamu!! Aku tidak mau sakit untuk kesekian kalinya karena berharap cinta kamu!! Perhatian kamu, balasan chat dari kamu… Aku capek nunggu itu Reihan aku capek!! Jadi aku mohon jangan lagi ada perasaan seperti itu untuk aku, aku cuman tidak mau kamu rasain sakitnya nunggu seseorang yang tidak pernah mau mengerti perasaan kamu! Cukup aku yang pernah rasain itu!!” tuturku menjelaskannya dengan rinci.
“Dinda…!” panggilnya, tapi aku sudah berlari begitu cepat.

Tapi tiba-tiba dia sudah di belakangku.
“Aku Cinta sama kamu Dinda!”
“Aku mohon jangan ada rasa cinta lagi… Cukup aku yang sakit karena kamu!! Please aku mohon …!”
“Dinda kamu nggak boleh seperti ini!”

“Allahu akbar Allahu Akbar”
Suara adzan membangunkan aku subuh ini. Aku masih dalam posisi yang sama semalam, laptopku pun masih menyala di sampingku. Aku ketiduran sampai subuh.
Kubuka mata dan duduk bersila di kasur mengatur nafas yang tiba-tiba saja sesak setelah bermimpi.
“Huuuuuuuufffft… Astagfirullah!” ujarku.
Kembali teringat tentang Reihan. Pesannya yang semalam pun belum aku balas, sampai akhirnya alarm di handhpone aku berdering.

Kutatap layar handphone yang bertuliskan. “Ulang Tahun Reihan”.
Kembali kuraih laptop, kuteguhkan hati untuk mengirim ucapan selamat padanya seperti tahun-tahun sebelumnya.

Aku: Iya benar ini Dinda… Tapi bukan teman SD kamu, aku teman SMA kamu.
Selamat hari jadi yang ke 21 tahun, semoga Tuhan selalu melindungimu dan memberimu umur panjang. 🙂

Kutekan enter, dan pesan itu terkirim. Sekarang aku benar-benar sudah terima, Reihan akan melirik pesanku dan membalasnya ataupun tak meliriknya sama sekali. Karena hal itu sudah sering aku alami, diacuhkan dan usahaku yang tidak pernah dihargainya.

Itulah aku… Dan itulah perasaanku dan keinginanku yang sampai-sampai terbawa ke dalam mimpi. Ini bukanlah mimpi yang sekali, namun telah berkali-kali.
Ku berdoa sehabis shalat subuh, berharap Tuhan mengirimkan seseorang yang benar tulus mencintaiku dan menjauhkan orang-orang yang hanya akan menyakitiku saja.

SELESAI

Cerpen Karangan: Yani Mariyani
Facebook: Yani Mariyani

Cerpen Yang Kuingin merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Masih Menjadi Yang Terbaik

Oleh:
Pagi yang indah, mengejar cita-cita dengan kayuhan yang pelan namun pasti. Itulah hari-hari seorang gadis kelas 3 SMK yang merantau mengenyam pahit getirnya kehidupan. Suatu hari ia bertemu dengan

Mimpi Bisa Nyata

Oleh:
Pada suatu hari Natasha Willona atau Shasa sedang menunggu Pangeran Steven William, anak Raja Kerajaan Macan. Pangeran yang mengajak Shasa untuk bertemu di Taman Bunga jam 7 pagi. Ia

Selamat Jalan

Oleh:
Hari itu adalah salah satu hari terburuk dalam hidupku. Saat dia mengucapkan hal yang paling membuatku frustasi, marah dan kecewa menjadi satu. Dia mengucapkan akan pergi, ke negara antah

Nothing

Oleh:
Hidup, tapi mati. Mungkin seperti itulah aku di mata orang-orang. Ada, tapi seperti tak ada. Mungkin seperti itulah aku di dunia mereka. Mereka semua. Mereka yang mengenalku. Aku, hanya

Kation Cinta

Oleh:
Namaku Candy Prawinata, usiaku sekarang 17 tahun. Aku duduk di bangku SMA kelas XII di salah satu sekolah terkenal di Jakarta. Hari itu sekumpulan lelaki datang menghampiriku, kebetulan hari

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *