Catatan Ruang Semu (Part 2)

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Fantasi (Fiksi), Cerpen Misteri
Lolos moderasi pada: 3 September 2023

Minggu ke-3 sudah berjalan hari demi hari dan juga setiap harinya aku selalu dan selalu mencoba berjalan kearah pintu keluar dan meraihnya namun pada akhirnya selalu dan selalu gagal dan gagal lagi walaupun di setiap percobaanku selalu langkahku bertambah dan semakin mendekat pada pintu itu. “Lagi-lagi seperti ini ya..!!! sebenarnya ada apa ini, ada apa dengan ruangan ini…!!!” sedikit demi sedikit aku mulai berpikir kalau ada yang salah dengan ruangan ini karena disaat aku sudah membulatkan tekadku untuk berjalan ke arah pintu, selalu saja berakhir sama yaitu gagal dan akhirnya aku berjalam kembali ke depan laptopku.

“Tenanglah diriku…, tenangkan dirimu sedikit. Pikirkan dari sudut pandang lain, ya itu dia, ini mungkin bukan dari ruanganku tapi dari diriku sendiri, sebenarnya apa yang salah dengan diriku…!!?” secara perlahan aku mengalihkan kesalahan dari penyebab kegagalanku secara terus-menerus untuk mencapai pintu yang ada di ruangan dari ruangan itu sendiri ke diriku sendiri. Perasaan aneh itu mulai muncul dari seminggu setelah aku menyimpan pasokan makanan selama sebulan. Apa, apa yang sebenarnya terjadi sejak waktu itu atau bahkan sejak jauh sebelum itu?

Dengan pertanyaan di kepalaku yang semakin hari semakin menjadi-jadi aku mulai memasuki minggu keempat dan dengan 4/4 dari pasokan makananku dan itu berarti ini menjadi pasokan makanan terakhir dan ini menjadi minggu terakhir? “Sudah tidak banyak waktu lagi tersisa jadi pikirkanlah, diriku, apa yang sedang terjadi saat ini” aku terus-menerus berpikiran seperti sambil tanganku yang kuulurkan.

Sekarang sudah memasuki hari kelima di minggu keempatku di ruangan ini, ruanganku sendiri, dan akhirnya aku sudah bersiap dan membulatkan tekad untuk meraih gagang pintu itu. “Aku sudah menyentuh pintu ini selama beberapa menit, sekarang atau tidak sama sekali aku harus meraih gagang pintu ini untuk memperjelas semuanya” Tepat seperti yang kukatakan aku menyentuh gagang pintu dan tiba-tiba aku menyadari apa perasaan aneh yang selalu menghantuiku selama sebulan terakhir.

“Aku tidak ingat apapun yang kulakukan sebelum sebulan yang lalu sejak aku memasuki ruangan ini?” Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri dengan dua tanganku yang menyentuh kepalaku karena aku sangat kebingungan tentang apa yang sebenarnya terjadi. “Satu-satunya yang kuingat hanyalah sebuah kata-kata tentang ‘aku membeli pasokan makanan selama satu bulan’ selebihnya dari itu aku tidak ingat apapun, tidak ingat apapun…!!!” Aku semakin panik dan semakin kencang memegangi kepalaku sembari berharap bahwa dengan ini aku bisa mengingat sesuatu.

Ditangah-tengah badai kepanikan yang mengguncang aku melirik gagang pintu yang ada dihadapanku dan masih berusaha meraihnya. “Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kalau kubuka pintu ini, apa aku benar-benar ada di ruanganku yang biasanya, atau lebih parah, apa aku sebelumnya memang memiliki sebuah ruangan yang selengkap ini!!?” Semakin aku mencoba untuk meraih gagang pintu itu dan memcobanya, semakin banyak pertanyaan yang tidak jelas mengalir dikepalaku.
“Atau mungkin ini cuma mimpi? Ya…, ini pasti cuma mimpi…! Kalau begitu yang harus kulakukan hanyalah tidur saja supaya aku bisa keluar dari mimpi ini” penolakan, itulah jawaban yang kuambil dari berbagai macam pertanyaan yang lewat di kepalaku tentang apa yang sebenarnyanya terjadi. Jadi aku segera meletakkan tubuhku di bawah, menghatap ke langit-langit menutupi mataku dengan satu tanganku lalu memejamkan mataku dan berharap aku bisa terbangun dari mimpi yang memuakkan ini.

Keesokan harinya saat terbangun aku menghadapi sebuah kenyataan paling menyakitkan dan membawaku ke pelosok keputusasaan, saat aku terbangun aku tetap berada di ruangan ini dan tepaat di sebelah pintu dimana aku menidurkan diriku semalam. “Jadi ini bukan mimpi ya” Segala macam perasaan negatif memasuki pikiranku secara bersamaan namun disis lain juga ada seseorang yang mengetuk pintu.

“Tahanan Isolasi 101, ini jatah makanmu hari ini” saat mendengar kata-kata itu, seketika pula aku tersadar dari angan semuku yang selama ini menjadi tameng untukku menolak kenyataan bahwa aku seorang Kriminal yang di tahan diruang Sel Tahanan Isolasi.

Segala macam pemandangan dan gambaran yang terlihat dari awal hingga dia berada di puncak keanehan yang dia rasakan berubah 180 derajat dari mulai ruangan yang dia katakan hingga keadaan yang dia sebutkan. Pemandangan berubah dari awalnya ruangan yang memiliki fasilitas lengkap untuk sebuah tempat tinggal hanya menjadi ruangan kosong yang didalamnya cuma ada toilet kumuh dengan air seember serta tikar dan bangku kecil.

Pencahayaan yang selalu dia sebutkan untuk mengira-ngira waktu tanpa melihat jam bukanlah sebuah cahaya yang dia lihat dari jendela melainkan sebaliknya. Ruangan itu tidak memiliki satupun jendela, itu adalah ruang sel isolasi yang tidak mengizinkan satupun tahanan untuk melihat dunia luar. Sesuatu yang dia lihat sebagai jendela kaca buram itu sebenarnya hanyalah sebuah petak cahaya yang muncul dari sela langit-langit sel isolasi yang menabrak dinding sehingga saat matahari masih berada di langit pantulan cahaya itu membentuk kotak di dinding yang akhirnya dia anggap sebagi kaca buram.

ADVERTISEMENT

Sudut ruangan dengan kompor dan tempat yang dia gunakan untuk menyimpan makanan ringan juga sebenarnya tidak pernah ada. Sudut-sudut ruangan yang dia sebutkan untuk menyimpan makanan dan membuat sesuatu seperti kopi dan makanan ringan hanyalah sebuah sudut kosong yang tidak ada apa-apanya bahkan bangku kecil di ruangan itu juga berada di tempat berbeda. Dari yang terlihat sudut-sudut itu biasanya dia gunakan untuk memakan makanan yang setiap hari disediakan dan dikirim oleh Sipir penjara.

Bagian terakhir adalah saat dia melihat bahwa setiap hari dia mengerjakan berkas di sebuah laptop namun pada kenyataannya itu adalah sebuah sel tahanan isolasi dan sudah pasti hal-hal seperti itu tidak mungkin. Apa yang dia lihat sebagai laptop itu merupakan sebuah bulpoin dan beberapa lembar kertas yang dia minta pada Sipir penjara untuk selalu membawa dua barang itu bersama dengan jatah makanannya setiap hari. Lembaran kertas itu tidak digunakan sebagai apapun kecuali untuk menuliskan apa yang ingin dia tulis untuk membuatnya melupakan kenyataan yang terjadi dan seiring berjalannya waktu hal itu juga yang membuatnya masuk dalam dunia khayalannya sendiri dan menganggap bahwa dia hidup di ruangan serba berkecukupan sehingga dia tidak perlu keluar ruangan.

Disisi lain dari ruangan terlihat dua orang Sipir penjara yang membawakan jatah makanan harian yang satunya tidak ada lembaran kertasnya jadi itu mungkin untuk tahanan isolasi yang lain.

“Tahanan Isolasi 101, ini jatahmu untuk hari ini” Sipir sebelah kanan memanggil dari balik pintu.
“Iya, Pak Sipir”
“Ini” Sipir sebelah kanan menaruh nampan berisi makanan dan lembaran kertas, menggesernya masuk melewati celah di bawah pintu tahanan.
“Jadi itu tahanan isolasi yang setiap harinya minta dibawakan lembaran kertas ya?” Sipir sebelah kiri bertanya
“Iya begitulah, entah apa yang dia tulis di kertas-kertas itu”
“Kalau tidak salah dia ditahan di ruang isolasi selama dua bulan kan dan ini bulan keduanya”
“Kirian Lokkal, masa tahanannya hanya lima tahun tapi tahanan itu sudah tiga kali masuk ruang isolasi, walaupun dia bukan tahanan yang brutal seperti kebanyakan tahanan lain”
“Menurutmu apa yang akan pria itu tulis di kertas-kertas itu?”
“Entahlah, mungkin hanya untuk menghabiskan waktu di dalam sana”
“Kalau begitu kita anggap saja apa yang dia tulis itu sebagai ‘Catatan Ruang Semu’ saja”
Kedua sipir saling berbingcang mengenai orang yang berada di sel tahanan isolasi 101 itu hingga mereka meninggalkan ruang bagian sel-sel isolasi berada.

Cerpen Karangan: WDS
Blog / Facebook: Wds

Cerpen Catatan Ruang Semu (Part 2) merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Senyum Cantik Bidadari

Oleh:
Hai! Perkenalkan namaku Liona Anstasya Putri, panggilanku Putri. Aku bersekolah Di SDN Rancaloa Kota Bandung, aku duduk Di kelas 5 SD. Hari ini sampai Hari minggu, sekolahku akan libur.

Noda Biru

Oleh:
Terdengar suara dari radio yang sedang melaporkan berita. “Seminggu telah berlalu kasus mengerikan yang terjadi terus saja bertambah. Para polisi hingga saat ini masih belum mengetahui siapa dalang dari

The Soul of The Games (Part 1)

Oleh:
Lolongan binatang malam mulai terdengar sayup suara angin senja pun mulai terasa, terlihat beberapa anak-anak remaja yang sedang asik bermain beberapa video game online “lama kamu aku udah mau

Sempat Bicara

Oleh:
Hallo, Bandung hujan lagi, siang-siang. Macet dimana-mana, pengemis di jalanan makin banyak, air got membludak, sampahnya keluar kemana-mana. Entah kenapa saya suka memperhatikan semuanya dari dalam mobil. Di luar,

Kayla dan Kerajaan Avantazia (Part 1)

Oleh:
Pagi yang cerah, matahari bersinar terang menembus jendela rumah-rumah di perkotaan. Seorang gadis tampak tidur dengan tenang tanpa terusik sinar matahari yang menembus jendela kamarnya. “Tok-tok” terdengar suara ketukan

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *