Chocolateland

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Fantasi (Fiksi)
Lolos moderasi pada: 7 February 2016

Semilir angin berhembus, menerpa poni rambut Cellen yang berwarna hitam kecokelatan. Di tangan kanannya, ada sebungkus cokelat, tanpa menunggu lama, Cellen menghabiskan cokelat itu dalam waktu singkat. Belakangan ini, Cellen sering makan cokelat, tapi gigi putihnya tak ternodai selama kebiasaan gosok giginya tetap ia jaga. “Cellen! Habiskan sarapanmu!” teriak Alice yang tidak lain adalah kembarannya. “Dessert-nya?” tanya Cellen menghutangi Alice tentang iming-iming Cokelat di sarapan pagi Cellen. “Turun atau cokelatmu akan ku buang?” ancam Alice dengan gelak tawanya.

Cellen menuruni anak tangga dengan malas, rasanya dunia ini hampa tanpa cokelat, pikirnya. “Oke, mana cokelatku?” tagih Cellen sebelum duduk di dekat meja makan. “Habiskan sarapanmu!” cerocos Alice sebelum Cellen merampas cokelat sebelum sarapan. “Selama tidak ada cokelat, aku tidak akan makan,” elak Cellen meratapi sepiring nasi goreng di depan matanya. “Jatah cokelatmu akan dikurangi selama setahun!” ancam Alice lagi tanpa mengalihkan pandangannya. “Oke, kau menang,” akhirnya Cellen mengalah dan memakan sarapannya dengan malas. Setelah sarapan, Cellen memasukkan beberapa bungkus cokelat dan permen yang merupakan stok snack di rumahnya ke dalam tas sekolah untuk bekal hari ini. “Awali pagimu dengan manis, semanis permen,” gumam Cellen memulai rutenya pagi ini, dari rumah menuju sekolah.

“Pagi, Cellcho!” sapa Juliette tersenyum manis. “Pagi, Jul,” balas Cellen tersenyum saat reputasinya sebagai siswa paling suka cokelat di sekolah diakui oleh Juliette, sahabatnya.
“Aku punya berita baru,” ucap Juliette memulai pembicaraannya. Cellen memperbaiki posisinya yang mulanya berdiri menjadi duduk manis di bangkunya. “Ada buku baru di perpustakaan sekolah!” seru Juliette hampir jingkrak-jingkrak. “Apa judulnya?” tanya Cellen penasaran. “Chocolateland! Ada 3 seri berbeda! Aku harus ke sana sebelum siswa lain meminjamnya!” Juliette masih berteriak kegirangan, wajarlah dia seorang reader setia perpustakaan di sekolah ini. ‘Apa? Chocolateland? Cokelat? Aku ingin membacanya!’ teriak Cellen dalam hati.

Tak lama kemudian, Miss Joyce, guru bahasa inggris yang terkenal galaknya itu tiba secara dadakan di kelas mereka. “Apa?!!” pekik Cellen frustasi, nilai bahasa inggrisnya sangat jauh di bawah kkm. “Hari ini Bu Dhea berhalangan hadir, maka dari itu beliau menyuruh saya untuk mengawasi kalian. Ada tugas dari Bu Dhea, kerjakan soal halaman 76, bagian pilihan ganda dan essay. Kerjakan sekarang!” seketika semua suasana menjadi sunyi, tidak ada yang berani berbicara setelah kedatangan Miss Joyce, guru yang merebut peringkat pertama tergalak di sekolah ini.

Miss Joyce tampak berkeliling di seluruh sudut kelas Cellen, melirik satu persatu siswa dengan tatapan tajam nan berbahaya bagi siapa pun yang berani menentangnya. Cellen dan Juliette mengerjakan soal itu dengan frustasi. Terlebih Cellen yang sama sekali bodoh dalam hal hitung-menghitung. Berbeda dengan kembarannya, Alice, yang lihai di segala bidang pelajaran termasuk Matematika yang merupakan pelajaran yang paling dihindari Cellen.

Bel Istirahat Berbunyi.
“Yeeaaaaah!!!” pekik Cellen merasa lega setelah Miss Joyce keluar kelas. “Ayo, kita ke perpustakaan!” ajak Juliette menarik paksa Cellen yang sedang berbahagia atas perginya Miss Joyce dari kelas mereka. Tibalah mereka di depan surga dunia bagi para kutubuku di sekolah ini, perpustakaan yang mempunyai banyak rak buku dengan buku pelajaran dan novel terlaris sepanjang masa.

“Ini dia!” seru Juliette setelah menemukan buku yang ia cari. “Masih ada 3 seri lengkap, berarti belum ada yang tahu bahwa ada buku baru di sini,” respon Cellen mengambil salah satu seri buku itu dengan judul ‘Chocolateland’. Perlahan Cellen membuka lembaran buku itu, seketika…. “Arrrrgghh! Mataku perih…” Cellen terkejut setelah membaca satu kata di buku itu yang merupakan bahasa inggris. “Kenapa kau tidak bilang, Jul?” sesal Cellen. “Ku kira kau suka semua yang beraroma cokelat,” cibir Juliette tersenyum tiga jari memperlihatkan barisan gigi putihnya. “Mataku benar-benar perih setelah membaca bahasa asing itu!!” omel Cellen menutup buku novel itu, mungkin ia benar-benar phobia bahasa inggris. “Sini, aku terjemahkan isi buku itu,” Juliette mengambil alih kekuasaan buku novel baru itu. Kemudian ia menerjemahkan kalimat-kalimat di dalam novel.

“Kota itu dipenuhi keceriaan setiap waktu, para peri mengumpulkan cokelat untuk dibuat berbagai makanan bagi para anak-anak penggemar cokelat di bumi. Setiap pukul 12 malam, mereka turun ke bumi untuk mengantarkan ribuan cokelat untuk anak-anak. Dunia peri ‘Chocolateland’ namanya, dunia yang dipenuhi cokelat sepanjang tahun yang dipenuhi keceriaan sepanjang waktu. Namun pada suatu masa, dunia peri itu berhenti memproduksi cokelat untuk dikirim ke bumi, bahan baku mereka habis setelah diambil oleh penyihir cokelat, Chodello, yang terkenal jahat. Peri semakin terpuruk, anak-anak akan bersedih selama cokelat tidak dikirim ke bumi dan dunia peri otomatis akan menghilang jika keceriaan tidak ada. Sudah cukup lama dunia peri ditelan kegelapan, tidak ada cokelat, tidak ada keceriaan.

“Ratu, kami tidak bisa temukan jejak Chodello, maafkan kami, ratu,” sesal seorang peri cantik dengan baju ala peri dengan kerlap-kerlip bintang yang bercahaya. Sang Ratu tersenyum lemah, tanpa cokelat, para peri perlahan akan mati, karena cokelat sumber kehidupan mereka. Peri tadi, berbalik arah dan membiarkan ratu beristirahat, karena kekurangan cokelat, sang ratu mulai sakit perlahan.

ADVERTISEMENT

“Vanna, jadi kau akan menyerah begitu saja? Kita harus kalahkan Chodello sebelum semua peri mati karenanya!” ucap salah seorang peri laki-laki dengan baju berwarna perak keemasan dengan celana selutut. Sayap merekalah satu-satunya sumber cahaya di Chocolateland. “Leto, aku benar-benar tidak bisa mencari tahu di mana istana gelap milik Chodello berada. Aku sudah periksa di perbatasan Chocolateland, tapi nihil, Chodello tidak ada di mana pun, ia menghilang setelah membuat para peri tersiksa,” Vanna menunduk lemah saat upayanya menghapus Chodello di Chocolateland gagal.

“Chodello akan melenyapkan Chocolateland setelah mendapat satu bahan untuk ramuannya,” Vanna semakin resah.
“Apa?” tanya Leto sang peri laki-laki ingin tahu.
“Serbuk cokelat di lembah Chocand, dan sekarang lembah itu dijaga ketat oleh peri-peri dari kerajaan,” jawab Vanna mulai putus asa, ia merasa gagal karena tidak bisa menjalankan perintah ratu untuknya. “Selagi kita bisa, kita pasti punya cara untuk mengalahkan Chodello, percayalah,” Leto menepuk bahu Vanna untuk kembali bersemangat.”

Juliette kewalahan menerjemahkan penggalan demi penggalan cerita itu. “Aku lelah, Cho, sebaiknya kita baca sehabis pulang sekolah saja, ya?” tawar Juliette memberi tanda di halaman bacaannya. Cellen mengangguk lalu merenungi isi novel itu, Vanna butuh bantuan, dan sangat membutuhkan seseorang yang mampu mencari jejak Chodello, sang penyihir, beruntunglah ada Leto, teman baiknya yang bisa menyalurkan semangat kepada Vanna yang murung setelah melihat keadaan sang Ratu yang mulai menurun kondisinya.

“Menurutmu, Vanna akan berhasil?” tanya Cellen kasihan.
Entah kenapa ia benar-benar mendapat feel dari apa yang dibacakan Juliette.
“Entahlah, aku kan belum selesai membacakannya,” jawab Juliette berjalan menuju meja Miss Zevanny.
“Tanda tangan di sini,” suruh Miss Zevanny menyodorkan satu buku catatan khusus peminjaman buku perpustakaan.
“Kartu perpustakaanmu?” tanya Miss Zevanny, kemudian Juliette memperlihatkan tanda anggota perpustakaan miliknya.
“Kamu anggota baru?” tanya Miss Zevanny merasa heran atas kehadiran sang pecinta cokelat. “Y-ya, Miss,” jawab Cellcho alias Cellen itu gelagapan. “Semoga kau bisa bahasa inggris setelah membaca buku itu,” gumam Miss Zevanny. Tapi tetap saja, kebencian Cellen terhadap bahasa inggris tak pernah pudar.

“Menurutmu Miss Zevanny itu baik?” tanya Cellen saat mereka berjalan beriringan menuju kelas.
“Sangat baik, Miss Zevanny sering memberikan informasi buku terbaru di perpustakaan kepadaku,” Juliette tersenyum. “Jadi begitu rasanya menjadi anggota perpustakaan?” tanya Cellen lagi. Juliette mengangguk pasti kemudian tersenyum sumringah, berharap sahabatnya tidak lagi membenci bahasa inggris.

Bel Pulang Berbunyi. Cellen segera mengemaskan beberapa bukunya di dalam loker, kemudian Alice datang. “Cell, ayo, pulang, cokelat menunggumu!” goda Alice memperlihatkan sebungkus cokelat. ‘Delicious Choco’ tertera di bungkus cokelat itu, merek cokelat yang paling sering dibeli Cellen. “Aku akan pulang terlambat, ada proyek dengan Juliette,” tolak Cellen dengan berat hati, pasalnya cokelat itu mungkin terakhir kalinya ditawarkan Alice, tapi penasarannya tentang ‘Chocolateland’ lebih besar daripada Cokelat itu.
“Ayo, ke taman sekolah! Aku akan membacakan cerita itu lagi!” ajak Juliette. Cellen mengikuti langkah Juliette menuju taman yang tak jauh dari sekolah. Mereka duduk di salah satu kursi kayu dengan ukiran bunga sakura.

“Vanna tersenyum saat Leto memberikan semangatnya kembali. “Aku butuh manusia untuk melancarkan rencana kita!” seru Vanna kembali tersenyum.”
Juliette merasakan dirinya mual berlebihan, ia tidak bisa melanjutkan cerita itu. Tak jauh beda dengan Juliette, Cellen juga merasa mual, kepalanya terasa pusing. Setelah beberapa detik, kilatan cahaya menenggelamkan mereka berdua. Cahaya menyilaukan itu membawa mereka ke sebuah tempat yang penuh kegelapan. Hanya ada cahaya redup di satu titik, dan di sekelilingnya seperti manusia yang bersayap… Itu peri!

“Cho? Kita di Chocolateland?” Juliette tak percaya.
“Mana ku tahu!” Cellen menstabilkan posisinya.
“Cellcho! Juliette!” seru dua orang peri yang tak lain adalah Vanna dan Leto.
“Aku menyimak kalian membaca kisah kami, dan Cellcho sangat mendengarkannya dengan seksama, kemudian ku pikir kalian adalah manusia terpilih untuk menyelamatkan Chocolateland. Ratu telah mengizinkan kalian masuk ke Chocolateland, maka dari itu buku novel ini menyedot kalian ke sini,” terang Vanna seperti memberikan serbuk dengan warna perak keemasan di punggung Cellen dan Juliette. Muncullah sayap di punggung mereka, Cellen hampir berteriak saking terkejutnya.

“Ba-bagaimana bisa?” Cellen masih ternganga.
“Serbuk ajaib ini hanya sisa sedikit, dan tidak mungkin digunakan untuk hal yang tidak penting. Ratu mengizinkan kalian membantuku dan Leto untuk mengalahkan Chodello yang sekarang sedang berperang dengan peri penjaga lembah Chocand, kita harus segera ke sana, kalau tidak segera, Chocolateland akan habis ditelan kegelapan dan anak-anak di bumi akan bersedih,” sambung Vanna.

Mereka berempat naik ke atas langit untuk terbang menuju Lembah Chocand. “Aku bisa terbang!!” pekik Juliette menyeimbangkan diri, di sisi lain, Cellen terbalik karena belum bisa menjaga keseimbangan. Juliette membantu Cellen terbang, lalu mereka mampu menyeimbangkan diri. Cellen melihat sekitar wilayah Chocolateland yang mulai tenggelam di kegelapan. Sisa-sisa bangunan berwarna cokelat dengan penerangan redup masih terlihat, itu Istana Chocolateland. Kemudian ia melihat ke depan, ada sebuah Lembah dengan warna keemasan. “Itu Chocand!” seru Juliette memandangi lembah penuh kekacauan. “Chodello hampir menuju tempat serbuk ajaib! Kita harus segera menghentikannya!” Leto meningkatkan kecepatan terbangnya menuju Lembah Chocand.

Mereka datang tidak tepat waktu, Chodello sudah merampas banyak serbuk ajaib untuk melancarkan rencananya menenggelamkan Chocolateland. Mereka segera melawan Chodello sebisa mereka. Satu-satunya senjata terampuh adalah serbuk ajaib yang sisa sedikit itu ditaburkan di atas kepala Chodello. Mereka terperangkap di dua pilihan yang sangat beresiko. Jika mereka tidak melawan Chodello dengan serbuk itu, mereka otomatis akan kalah. Tapi jika mereka melawan Chodello dengan serbuk ajaib, bisa jadi serbuknya habis dan Chocolateland tidak bisa memproduksi cokelat untuk dikirim ke bumi.

“Kita harus lawan Chodello dengan serbuk ajaib!” Leto membulatkan tekadnya. “Tapi kita akan kehabisan bahan untuk memproduksi cokelat untuk anak-anak di bumi,” Vanna tidak setuju. “Kita akan lawan Chodello dengan serbuk sesedikit mungkin, yakinlah jika kita bertindak untuk Chocolateland dan untuk anak-anak di bumi, kita akan berhasil selagi kita bisa bekerjasama,” Leto memberi semangat kepada 3 temannya. “Benar! Selagi kita berusaha, pasti kita mendapatkan hasil!” sahut Cellen.

Mereka menyusun strategi sesederhana mungkin tetapi strategi yang sulit diprediksi oleh Chodello. Vanna mulai mengecoh Chodello dari arah depan di dekat sumber serbuk ajaib, jika Vanna terjatuh, Chodello akan mengambil alih kekuasaan serbuk itu. Sedangkan Leto dan Cellen berada di belakang, di dekat rimbunan pohon cokelat, mereka bersiap untuk menaburkan serbuk ajaib di kepala Chodello. Sedangkan di samping, Juliette memberi aba-aba kepada Leto dan Cellen untuk beraksi. Di sekeliling mereka, para peri membantu mereka mengecoh si penyihir, Chodello.

Chodello bukan penyihir bodoh, ia bisa mengibaskan jubah hitam panjangnya ke belakang dan mengenai Leto, Cellen, dan Juliette dalam sekejap, tetapi dia masih punya rencana lain yang lebih penting, yaitu menyingkirkan Vanna dan merebut serbuk ajaib. Untuk memberhasilkan rencananya Chodello butuh konsentrasi tinggi untuk menyusun strateginya, tetapi para peri yang berteriak menyebut namanya itu menganggu konsentrasinya. Chodello fokus pada satu titik, memusnahkan Vanna dan mengambil serbuk ajaib.

Vanna mulai lelah mengecoh Chodello, kemudian ia terjatuh karena capai setelah mengecoh chodello cukup lama. “Vanna!!!” pekik Juliette. Cellen dan Leto tidak bisa diam saja, mereka mengambil kesempatan di dalam kesempitan. Perlahan Leto dan Cellen menuangkan serbuk ajaib di kepala Chodello. Sedangkan Chodello fokus pada Vanna dan akan menghabisinya.
Chodello mulai menguap ke udara, mulai dari kepala dan lehernya menjadi angin.

BRAAK!

Pukulan kuat dari sisa tenaga Chodello mampu membuat Vanna mati di samping sumber serbuk ajaib. Kemudian Chodello tersenyum licik setelah berhasil menewaskan satu peri walau rencananya menenggelamkan Chocolateland dalam kegelapan gagal. “Vanna!!!” teriak Cellen, Juliette, dan Leto bersamaan. Vanna terbawa angin kemudian muncul cahaya menyilaukan, Vanna telah mati. Kemudian, Chocolateland mulai bersinar kembali. Para peri mulai memproduksi cokelat untuk dikirim ke bumi. Keceriaan kembali di Chocolateland. Tak terkecuali Sang Ratu yang mulai membaik kondisinya.

Cellen dan Juliette diminta menghadap ratu. “Maafkan kami, ratu. Karena pertarungan sengit itu merebut nyawa Vanna,” sesal Juliette menunduk. “Tidak apa-apa, kalian telah menyelamatkan Chocolateland dan saya sangat berterima kasih,” Ratu tersenyum. “Kalian bisa ke Chocolateland kapan saja,” Ratu memberikan kunci emas untuk dihubungkan ke buku novel agar bisa ke Chocolateland. “Mungkin saatnya kalian kembali,” Leto menghamburkan serbuk ajaib ke seluruh badan Cellen dan Juliette. Mual itu lagi, pusing itu lagi. Mereka merasakan mual hebat, namun muntah itu tertahan.

Akhirnya mereka kembali di taman dekat sekolah.
“Ku kira sudah malam!” seru Cellen. Juliette memandangi arlojinya.
“Kita ke Chocolateland hanya 1 menit! Itu hebat!”
“Padahal kita di sana sudah berjam-jam,”
Juliette menutup novelnya yang tahu-tahu sudah berada di akhir halaman dengan tulisan ‘The End’.

The End

Cerpen Karangan: Ghina Syakila
Facebook: Ghina Syakila Pyromaniacs SonExo-l

Cerpen Chocolateland merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Di Balik Horizon (Part 1)

Oleh:
Mengintip keheningan malam tak lelah rasanya, dihiasi bintang bintang yang cemerlang dengan beberapa kilatan meteor yang memberinya isyarat kalau ini sudah tengah malam, tak terpikir kalau ia akan terjaga

Three True Friends

Oleh:
Grace memandang sahabatnya, Jessie dan Cherries. Mereka sedang bermain bersama Coral. Terkadang Grace iri melihat kedekatan Coral dengan Jessie dan Cherries. Cherries, Grace dan Jessie adalah sahabat baik tapi

Desa Coklat

Oleh:
Pada salah satu Desa coklat yang segar dan sejuk. Tinggalah seorang anak yang bernama Nazwan yang sangat menyukai coklat. Dia suka membuat coklat. Pada suatu hari, nazwan menginginkan coklat

Aku dan Diaryku

Oleh:
Aku dan diaryku sudah berteman semenjak aku duduk di kelas 1 smp. Sukaku, dukaku maupun kekesalanku aku tumpahkan di pena dan ku tulis dalam sebuah buku diary kecil kesayangan

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

2 responses to “Chocolateland”

  1. James says:

    Nama nya di buat chocoland lebih bagus

  2. Ghina Syakila says:

    Makasih sarannya. Sangat membantu:)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *