Deathka Soul

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Fantasi (Fiksi)
Lolos moderasi pada: 28 August 2017

Tahun ke-4 Sekolah Menengah Umum Deathka didirikan, kejadian mengerikan terjadi lagi. Murid kelas 1A dan B, meninggal secara tragis dengan menerjunkan diri dari atas tebing. Sebanyak lima puluh sembilan siswa meninggal seketika.

Satu-satunya motif kejadian tersebut adalah murid-murid itu sedang melaksanakan ujian. Ujian untuk mati. Sekolah Deathka adalah SMU yang didirikan untuk mati. Tidak, mereka tidak mati begitu saja. Setelah mereka mati akan ada sekolah baru yang mereka masuki, dan melanjutkan sekolah mereka di kelas 2. Dengan nama sekolah yang sedikit berbeda yaitu Deathka Soul. Mereka akan bersekolah di sana selama 2 tahun, dan setelahnya murid-murid itu akan, menghilang. Dua tahun berada di Deathka Soul adalah untuk membalaskan dendam mereka yang belum terwujud.

“Cello.”
“Present.”
“Silvia.”
“Yea!”
“Isla.”
“Here.”
“Bagz.”
“Ada.”
“Boo.”
“Ehm.”
“Roz.”
“Yes Ma’am.” Dan seterusnya Ma’am Diazh -wali kelas di kelas 2A- mengabsen semua muridnya. Mereka semua dingin, tidak akrab satu sama lain, bahkan setelah mereka saling mengenal dan sekolah bersama selama satu tahun.
“So, di sinilah kita. SMU Deathka Soul. Ingat untuk apa Kalian kemari?”
“Balas dendam.” Mereka menjawab serempak namun dengan nada datar dan suara pelan.
“Apa Kalian mabuk pesawat? Oh astaga, Kalian sudah mati ingat? Apa iya masih ada yang namanya mabuk? Semangat dong. Oh Tuhan! Setiap tahun aku harus mendampingi murid-murid yang dingin, pendiam, dan tidak memiliki semangat sama sekali seperti ini.” Ma’am Diazh mengoceh kesal. Ya, dia adalah guru termuda, yang paling ceria, dan cerewet juga hangat di sekolah ini. Tak ada dendam di hidupnya, hanya saja dia sebatang kara dan tak tahu apalagi yang harus dilakukannya. Jadi, dia melamar sebagai guru di SMU kematian itu setelah dia mendengar rumor bahwa Deathka Soul adalah SMU pembawa kedamaian dengan kematian.

“Bagaimana ujianmu kemarin?” Ucap wanita muda berblazer warna silver dengan rok selutut berwarna senada.
“Sempurna seperti biasanya.” Jawabnya dengan angkuh dan ketus. Isla gadis berambut campuran hitam-burgundy yang terkenal paling dingin dan kejam. Tentunya dengan paras yang cantik.
“Oh wow. Selamat. Sepertinya kau begitu berambisi untuk menuntaskan dendam-dendammu.” Ma’am Diazh terbahak karena hal yang sama sekali tidak lucu.
“Begitulah. Thanks.” Gadis itu berlalu menuju kelasnya tanpa ekspresi. Walinya hanya mengerutkan alis sebelah kanannya.

“Good morning, Honey.” Sapa Ma’am Diazh saat memasuki kelas.
“Good morning.” Lagi-lagi serempak tapi tanpa suara yang cukup keras.
“Roz, sepertinya Kau harus cukup tega mempermainkan mereka. Tukang bully nggak akan ada kapoknya. Kau sudah mematahkan kaki dan tangan mereka, setelah sembuh, lihat itu, Hanzlee mencoba bunuh diri karena digagahi Brian dan Dean lagi. Sebaiknya banyaklah belajar pada Isla.”
“Tidak semudah itu Ma’am, yeah, I will do more for my young sister.” Roz kembali ke kursinya dengan raut muka masam setelah melihat cuplikan dari hasil kerjanya yang tertampil di hologram di atas meja wali kelasnya. Ia menatap tajam pada Isla. Tentu Isla tak menghiraukannya.
“Sudahlah, kau pasti bisa. Bunuh saja mereka. Kuatkan hatimu.” Suara Ma’am Diazh cukup keras tapi bernada lembut.
“Thanks Ma’am.” Balasnya.
“Kalian mau melihat pertunjukkan? Rencana juga hasil kerja yang brilian dari Isla.” Tanpa menunggu jawaban Ma’am Diazh menyalakan sebuah layar besar tanpa kabel berceceran juga tanpa sebuah laptop yang sering digunakan pada umumnya di dunia manusia.

Di dalam layar itu menampilkan bagaimana seorang pengusaha kaya yang tertabrak truk bersama mobil Pajeronya. Mengenaskan. Bahkan menampilkan sampai bagian-bagian terdetailnya. Lalu, berlanjut ke sebuah rumah yang megah. Tampak istri dari pengusaha kaya tadi sedang berdandan, sepertinya hendak mendatangi sebuah pesta. Terlihat dari gaun glamour yang dikenakannya juga make up yang menurut Isla sangat norak. Lagi pula, Isla sudah tahu kebiasaan dari tante tirinya itu. Wanita itu mendengar suara teriakan histeris anak perempuannya yang sepertinya berumur 16 tahunan dari lantai bawah.

“Ada apa Sel?” Ekspresi wajahnya kesal.
“Papa kecelakaan ma, meninggal di tempat.” Ujar anak perempuan itu sambil sesenggukan.
“Hah? Jangan bercanda!” Wanita itu buru-buru menuruni tangga. Astaga! Dia lupa sedang memakai high heel dua puluh senti.
“MAMA!!!!” Segera dipeluknya wanita bersimbah darah itu.

“Ya, cukup.” Murid sekelas tertegun ketika wali kelas mereka mematikan layar. Sekejam itukah Isla? Tapi mereka tahu di balik itu semua. Selalu ada latar belakang atas balas dendam. Raut mereka kembali tenang dan dingin.
“Pengusaha tadi diburamkan kaca mobilnya, sehingga truk dari arah berlawanan tak nampak. And, once more Isla hanya memberi minyak di tangga.” Ma’am Diazh memberi penjelasan.
“KEREN!!” Bagz berdiri sambil bertepuk tangan.
“Aku tak tau apa yang melatarbelakangi itu, tapi itu sungguh-sungguh-sungguh keren Isla!” Ucap Bagz sekali lagi.
“Thanks.” Mata Isla melotot ke depan tak berani memandang Bagz. Pipinya memanas. Sungguh ia tak tahu mengapa dia merasa sangat senang dipuji oleh Bagz. Ia sudah biasa dengan pujian, sejak memasuki SMU Deathka. Namun, kali ini terasa begitu berbeda.

“Aku adalah agen rahasia Isla! Aku sedang mencari informasi tentang sekolah ini. Tolong, ikutlah kembali ke dunia manusia. Kamu masih bisa selamat. Saat ini, sebenarnya kamu dalam keadaan koma. Kamu satu-satunya korban yang selamat. Sedang aku tertidur, tertidur lama. Aku mohon Isla.” Bagz memelas untuk mengajak gadis manis itu kembali ke dunia manusia, dunia yang kejam itu.
“Tidak Bagz, terima kasih aku sudah termakan oleh dendam. Hidupku, hancur, tanpa kasih sayang orang tua. Malah diiringi siksaan, aniaya, hak ku diambil! Aku benci di sana.” Bentak Isla.
“Tapi setidaknya dendammu sudah terbalaskan.” Nada bicaranya merendah.
“Apa alasanmu bersikeras mengajakku kembali?”
“Karena aku mencintaimu.”
“Huh? Bullsh*t.” Isla menatapnya sinis dengan nada datar.
“Tidak! Itu bukan omong kosong! Cepatlah.. Waktu kita tidak lama, sepuluh hari lagi. Isla, kumohon.. Atau Kau akan benar-benar mati.” Bagz menunduk.
“Akan kupikirkan.” Isla pun berlalu meninggalkan Bagz yang mematung di belakang sekolah.

Sembilan hari setelahnya..
“Bagaimana? Tepat pukul 12 malam besok, kita akan tinggal disini selama 2 tahun dan menghilang sia-sia jika tidak segera pergi. Kumohon Isla..” Bagz memeluk gadis manis itu.
“Baik Bagz, aku ikut bersamamu.”
“Biar aku bersiap-siap dulu.” Isla mengurai pelukan itu, dan mengulas senyum.
“Ku tunggu kamu jam 10 malam di ruang perpustakaan, karena pintu dimensi itu berada di balik lemari bertuliskan Deathka di dalam perpus. Sampai jumpa besok Isla. Aku harus kembali ke asrama.” Bagz berbalik sambil berlari kecil.
“Baik Bagz, aku mencintaimu.” Ucap Isla lirih.
“Aku juga.” Laki-laki itu tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya dari balik bahunya.

ADVERTISEMENT

Besoknya. Gadis dingin itu sedang membereskan kamarnya. Tentu dia tidak akan meninggalkan kamar yang telah membuatnya nyaman selama dua bulan terakhir itu dengan keadaan yang mirip dengan kapal pecah.
Selesai merapikan kamarnya, Isla hendak pergi menemui Bagz namun seseorang mengetuk pintu.
Tok! Tok! Tok!

Isla menghampiri.
“Roz? Ada apa?”
“Boleh aku masuk?” Tanya pria bertubuh jakung itu dan langsung menyelinap begitu saja.
“Ehem, silahkan. Ada apa?” Isla berdeham dan mulai lunak.
“Sejujurnya, aku sangat iri kepadamu. Maka dari itu, aku ke sini untuk…” Belum sempat ia menghabiskan kata-katanya, Roz membuat tubuh Isla mendingin kaku dengan frozlaser milik Mr. Ouyo -Kepala Sekolah SMU Deathka Soul- yang telah ia curi.
“Apa-apaan kau Roz!” Isla hanya dapat membatin karena mulutnya kaku.
“Jika kau tak ada maka tak akan ada yang dibanding-bangingkan denganku lagi. Hahahaha..”
“Astaga! Brengsek!!” Umpat Isla, lagi-lagi di dalam hati.
“Pukul 9??” Isla melihat jam dinding yang menempel di dinding kamarnya.
“Hm.. Sejujurnya aku bingung, harus kuapakan kau! Kita ini sudah mati, lalu apa aku harus membuatmu mati dua kali? Hahaha, sangat tidak lucu.” Setelah berdiam beberapa menit Roz melanjutkan kalimatnya.
“Jadi, aku akan menyiksamu, membuat orang-orang menganggapmu telah hilang. Cerdas sekali aku ini!”
“Dasar gila!!”
“Aku akan menyiksamu perlahan, hahaha rasakan Isla sayang..” Tubuh Isla yang sudah bagai manusia boneka ditusuk-tusuk oleh Roz menggunakan jarum besar.
“Bagz.. Kumohon datanglah kemari!” Isla hanya bisa menitikkan air mata. Tusukan itu sungguh menyakitkan.

“Kemana Isla? Apa selama itu bersiap-siap?” Bagz memandangi jam tangan digitalnya. Sudah menunjukkan pukul 10.55. Lima puluh lima menit sudah Bagz berdiri di depan Lemari Deathka.
“Sebaiknya aku ke kamarnya.”

BRAK!!
“Syukurlah ia datang..”
“Apa yang terjadi Isla? Kenapa kamu mematung?” Bagz segera menembakkan w-rmsnapnya, Isla langsung terkulai di atas lantai.
“Roz..” Isla pingsan.
“Roz? Sudah kuduga, pasti dia berniat jahat padamu.” Bagz langsung membopong tubuh Isla menjauh dari kamarnya.

Roz kembali ke dalam kamar Isla dan tak mendapati gadis itu yang berdiri kaku beberapa menit yang lalu.
“Sial! Kenapa dia bisa lari?”
“Bodoh! Kenapa kutinggalkan dia cuma buat ke wc!! Bodoh!! Dia pasti melapor ke Ma’am Diazh.” Roz merutuki dirinya sendiri. Ia pun berlari ke luar asrama dan sekolahnya. Berlari tanpa arah menuju hutan seberang. Hutan pemakan jiwa.

“Isla sadarlah…” Bagz memeluk Isla di bawah pohon di belakang perpus.
“Bagaimana ini Tuhan? Bawalah dia kembali padaku.. Kumohon.” Tak terasa air matanya menitik namun Isla tak kunjung sadar.

Pukul 11.56
“Jika aku melewati pintu dimensi dengan kamu yang tak tentu dimana jiwamu sekarang, apa kamu juga akan kembali? Atau aku perlu tinggal di sini, menemanimu? Isla sadarlah..” Empat menit lagi, pintu dimensi itu akan hilang. Edo dan yang lainnya pasti akan mencemaskannya, karena Bagz tak kunjung keluar dari dunia ini. Ia harus bagaimana pun tak tahu.

“Kem.. Ba.. Li.. Lah…” Isla berucap tanpa membuka mata.
“Baiklah, akan kulakukan apapun katamu.” Bagz pun berjalan menuju perpus dengan membopong Isla.

Pukul 11.59
“Aku akan kembali kesini lagi jika kau tak kembali.” Bagz melangkahkan kakinya masuk ke dalam pintu dimensi. Semuanya gelap, lalu terang.

“Bagz, bangunlah!! Kumohon. Jangan pergi, kembalilah.” Seorang perempuan menangis di samping Bagz.
“Is.. La.. ” Bagz berucap lirih.
“Bagz?? Edo!! Dia kembali!!”
“Benarkah? Syukurlah sobat!” Master Edo ikut menitikkan air mata.
“Kenapa kau terlambat nak?” Tanya master berkulit putih itu.
“Maaf Edo.”
“Baiklah, pasti badanmu terasa berat. Tubuhmu hanya berbaring di sini selama 2 bulan ini.”
“Ya, sangat malah. Berapa lama aku akan pulih?”
“Sekitar seminggu lagi.”
“Cepat sekali Edo?”
“Berkat usaha kita semua.”
“Terima kasih.” Bagz tersenyum.
“Terima kasih kembali. Kau adalah anak muda yang sangat bernyali. Tidak salah jika kami memilihmu sebagai agen. Baiklah akan kutinggalkan kalian berdua.” Master Edo pun pergi dari ruangan itu.
“Kenapa kau terlambat?”
“Ada sesuatu..” Bagz membelalak, ia teringat Isla.
“Kenapa? Ah sudahlah. Bagz, aku ingin kamu tau, bahwa aku sangat mencintaimu.”
“Terima kasih Eilind.”
“Hanya terima kasih? Apa kamu tidak mencintaiku juga? Perhatianmu selama ini untuk apa?”
“Maaf, kita hanya berteman. Jujur, kau itu sangat cantik, pintar, dan baik, tapi hatiku telah jatuh kepada gadis dingin, yang entah di mana dia sekarang.” Bagz menunduk, matanya berkaca-kaca.
“Ya, setidaknya aku bisa di sampingmu sebagai temanmu.”

Seminggu kemudian..
“Kau bisa keluar dan menghirup udara segar.” Ucap Master Edo.
“Terima kasih Edo. Bisa anda beritahukan di rumah sakit mana korban pesawat itu?”
“Ah, kau ini. Anda? Sejak kapan kau menjadi formal begitu? Walaupun usia kita berbeda jauh, bukankah kita sobat? Hahaha.. ”
“Aku merayu. Jadi, dimana?”
“Red Rose Hospital.”

Gallardo merah milik Bagz pun melaju dengan kencang. Yang dipikirkannya hanya satu. Isla!
Sesampainya di Red Rose ia langsung menuju recepcionist.
“Apakah ada pasien yang dirawat di sini korban kecelakaan pesawat sekitar dua bulan yang lalu?”
“Sebentar.” Wanita berseragam putih itu mulai mencari di buku daftar pasien.
“Ada di komplek rose VVIP nomor tiga. Tapi sepertinya ia akan dipindahkan ke kamar jenazah. Baru saja pasien itu menghembuskan nafas setelah koma 2 bulan, walaupun detak jantungnya selama ini stabil.” Sambar seorang suster yang tiba-tiba berdiri di samping Bagz.
“Tidak mungkin!!!” Kedua petugas rumah sakit itu pun heran dengan teriakan Bagz. Bagz segera berlari menuju ruangan yang didengarnya secara tak sengaja tadi.

Sesampainya di depan pintu kamar itu dia ragu untuk membuka knop pintu. Baru 17 tahun ia merasai hidup, namun kini ia merasa sudah tak ingin melanjutkan hidup. Ia berharap bahwa itu bukan Isla, namun segala fakta yang hinggap di otaknya membuatnya mengucurkan air mata.

Klek..
Terlihat seorang dokter hendak melepas alat penopang kehidupan perempuan cantik itu. Selama dua bulan lebih ia terbaring di sana dengan alat-alat itu.
“Jangan!!! Jangan dokter!!! Ia masih bisa hidup. Kumohon jangan dilepas.” Teriak Bagz. Didekatinya orang yang terbaring di atas sana.
“Isla.. Aku akan kembali! Aku akan kembali jika kamu tak kembali. Kembalilah untukku. Aku mencintaimu.”
“Maaf, kami harus memindahkannya.”
“ISLA!!!” Bagz terduduk di lantai.

Kali ini gallardo itu berjalan lambat. Ditemani rintik hujan.
“Aku! Akan kembali Isla!!” Teriak seseorang yang mengemudikan mobil itu sambil menginjak gasnya kuat-kuat.
Ciiiiittt.
“Hei! Bodoh!!”
“Maaf, maafkan aku.” Bagz segera keluar dari mobilnya. Ia begitu terperanjat. Segera dipeluknya gadis itu.
“Hei! Kau kenapa?”
“Isla… Kau kembali bersamaku. Aku mencintaimu.” Gadis itu menjadi lemas dan jatuh di pelukan Bagz.

“Ada apa dengannya Edo?” Tanya Bagz khawatir.
“Dia, setelah dokter itu membawa Isla ke kamar jenazah, tubuhnya menghilang, dan jiwanya dari dimensi itu menyatu kembali dengan tubuhnya, dan muncul dari lorong gelap yang kau lewati semalam.”
“Begitu. Aku sangat sangat bahagia Edo!!” Keluar tangis lagi oleh Bagz, kali ini tangis bahagia.
“Bagz..” Terdengar suara pelan.
“Isla? Kau sadar?”
“Di mana ini Bagz? Kupikir aku akan berada di rumah sakit.”
“Kau sedang berada di markas kami Isla, BAPH.”
“Hm.. Jadi benar kau seorang agen? Cowok ingusan yang hobi sekali menangis sepertimu? Haha.” Goda Isla.
“Kau ini..” Bagz tersenyum.
“Ya, aku itu?” Timpal Isla menantang.
“Gadis dingin! Oh ya, kenalkan sahabat sekaligus masterku, Edo.”
Master Edo dan Isla berjabat tangan.
“Salam kenal.”
“Salam kenal. Mau kah gadis manis yang dicintai sahabat sekaligus anak didikku ini menjadi anak angkatku?” Mata Bagz dan Isla membelalak pipi mereka memerah.
“Aku telah hidup hampir setengah abad, tapi aku tak memiliki keluarga. Mau kah Isla menjadi anak angkatku?”
“Tentu Master, terima kasih.” Kini giliran Isla yang menangis.
“Kau juga cengeng, wlek.” Bagz menjulurkan lidahnya diiringi tawa mereka bertiga.
“Bolehkah aku menjadi calon menantumu sobat? Hehehe.” Ujar Bagz.
“Apa sih kamu ini! Aku masih berumur enam belas tahun, masih lama tau.” Mereka pun tertawa kembali. Kini Isla percaya bahwa hidup tidak melulu soal kesedihan. Selalu ada perputaran dan setiap manusia tidak akan selalu berada di bawah.

Cerpen Karangan: B. Putri H.
Maaf kalau belepotan, masih belajar. 😀

Cerpen Deathka Soul merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Pesan untuk Sarah

Oleh:
Malam itu, aku mencoba melupakan apa yang terjadi tiga hari terakhir ini. Tapi aku tak bisa melakukannya. Pesan-pesan bertinta merah serta mawar putih yang tak lupa dikirim selalu aku

Vern Si Penyihir Cerdik

Oleh:
Vern, itulah namaku. Aku berusia 14 tahun, Aku bersekolah di magic school. Di sana kami diajari ratusan bahkan ribuan mantra sihir dan disana aku mempunyai seorang sahabat bernama Fhife.

Diriku

Oleh:
Berawal ketika matahari terbit begitu menyilaukan, aku terpekur di depan cermin dengan sisir di tangan. Terdiam membisu mengamati bayangan yang kian tua dan tumbuh. Teringat olehku kejadian seminggu yang

Memecahkan Misteri (Part 2)

Oleh:
Lanel, si murid baru nan misterius, mengalahkan kehebatan semua orang pandai di kelasku. Itu membuat kami curiga lalu kami mulai melakukan penyelidikan. Dan kami temukan antena, dua buah baterai

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *