Mars (Part 1)

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Fantasi (Fiksi)
Lolos moderasi pada: 23 October 2018

Pagi itu Dyalan terbangun dalam keadaan yang sangat letih, sebab semalam dia harus pulang larut setelah menyelesaikan tugas skripsi bahasa indonesianya. Yang mengalahkan ketebalan KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA.

“Ngoammm.” Dyalan menguap sebisanya.

Dyalan mungkin belum memperhatikan keadaan pagi itu yang terasa sangat janggal. Sebab, kota Jakarta yang penuh hiruk pikuk seketika dalan semalam berubah menjadi sebuah tempat yang sunyi senyap. Gemuruh di langit terdengar begitu menakutkan. Kicauan burung-burung kecil di pagi hari pun tak terdengar menghias. Tapi Dyalan hanya mengganggapnya biasa.

Dyalan melangkah ke dalam kamar mandi bersama sehelai handuk dan beberapa peralatan mandi seperti odol, sikat gigi, sampo dan sabun.

Terdengar suara air yang menghantan lantai kamar mandi dengan deras. Setelah menyesaikan bersih-bersihnya di pagi minggu, Dyalan segera bersiap untuk jogging. Ya, kebiasaan rutin.

Di luar rumah, Dyalan sedikit merenggangkan tubuhnya sebagai pemanasan sekaligus permulaan sebelum jongging. Tapi, Dyalan langsung mengernyit ketika mendapati sekitarnya kosong plontong. Langit terlihat begitu mendung dengan gumpalan abu kelabu. Di sekitar Dyalan bahkan hanya nampak pepohonan yang disapu hembusan angin lembut.

“Ke mana semua orang?” Pikir Dyalan. Tapi sekali lagi Dyalan hanya mengganggapnya dengan ekpresi ‘bodo amat’.

Setelah merasa cukup dengan pemanasannya, Dyalan memasang ancang-ancang untuk berlari, dan kemudian Dyalan membawa kakinya melangkah cukup cepat di sepanjang jalanan perumahan di Jakarta. Benar-benar aneh, Dyalan seakan berada di sebuah kota mati. Dimana hanya ada dia dan kota yang kosong tanpa penghuni kecuali dirinya. “Ke mana sih semuanya?” Sekali lagi Dyalan bertanya hal yang sama pada dirinya.

Namun, gemuruh di langit menghentikan langakah Dyalan. Dyalan mengangkat kepalanya, tampak langit yang begitu kelabu. Tiba-tiba sesuatu yang bercahaya di atas sana diikuti sambaran kilat yang mengerikan muncul. Membuat Dyalan sedikit bergidik ngeri.

“Sepertinya akan hujan,” ujar Dyalan, “sebaiknya aku segera pulang saja. Hari ini aneh.” Dyalan akhirnya memutuskan untuk memutar arah kembali dan pulang.

ADVERTISEMENT

Di rumahnya, Dyalan sedang menyiapkan sebuah sandwich untuk dirinya bersama secangkir kopi hangat di pagi yang kelabu.

Dyalan kemudian duduk di depan tv-nya seraya menyantap sarapan paginya. Saat tv dinyalakan, tak tampak apapun di depan sana. Hanya titik-titik putih dan hitam seperti semut yang terlihat.

“Kenapa lagi sekarang?” Dyalan menggerutu kesal. Baru sekali ini Dyalan merasakan pagi minggu yang sangat mengesalkan.

Dyalan berdiri, meninggalkan sandwichnya. Dyalan memukul-mukul tv di depannya seraya berharap tv nya dapat normal kembali.

Setelah beberapa menit, tanpa ada perubahan, Dyalan menyerah. Dengan letih Dyalan kembali berjalan ke tempatnya semula. Mulutnya bisa saja sudah menelan sandwich barusan. Namun sesuatu kembali menghambat. Di layar Dyalan tiba-tiba muncul seseorang dengan kostum aneh. Matanya terlihat membulat dan hitam. Bagian wajah hingga kepalanya yang diperlihatkan oleh layar televisi menampakkan jika orang itu memakai kostum dengan pigmen kulit yang menjijikkan. “Tapi tunggu, hari ini bukan Halloween. Apa itu asli?” Pikir Dyalan.

Makhluk aneh dengan kostum berpigmen menjijikkan itu lalu tertawa terbahak, semenit kemudian dia berbicara dalam suara yang begitu menggetarkan dan membuat pendengarnya akan lari terbirit-birit.

“YA, APA YANG KAU SAKSIKAN SEKARANG MEMANG BENAR ADANYA. AKU ADALAH KOMANDAN BINTANG ZURG. MEWAKILI ATAS NAMA SELURUH BANGSA DURGS DARI MARS. MENYAMPAIKAN SALAM PEPERANGAN KEPADA KALIAN MAKHLUK BUMI YANG LEMAH.
BERSIAPLAH, BUMI AKAN DIHANCURKAN. INILAH PUNCAK KEPUNAHAN UMAT MANUSIA!!! HAHAHAHAHAAHHA!!!”

TIIIIIIINGGGGGGG

Titik-titik putih dan hitam bagaikan semut itu kembali muncul setelah makhluk aneh di tv tadi lenyap.

Dyalan terpaku di tempatnya. Rasanya seluruh tubuhnya mati rasa. Sandwich di tangannya terjatuh dan berhamburan di lantai. Waktu seakan berhenti, dan tiba-tiba cahaya terang muncul dari balik jendela. Asalnya dari langit. Cahaya terang berwarna kebiruan itu begitu menyilaukan. Rasa penasaran Dyalan mendorong raganya untuk sekedar mengecek apa sebenarnya cahaya terang itu.

Dyalan menutup kedua matanya dengan telapak tangannya, perlahan-lahan membukanya dan menyaksikan sesuatu yang begitu mengerikan di atas sana.

Sebuah piringan baja raksasa, melayang dan memancarkan sinar terang kebiruan itu.

“Apa itu?” Tanya Dyalan, “itu mengerikan.”

Cahaya itu jatuh dengan keras, tepat di atas tubuh Dyalan. Cahayanya semakin terang, perlahan memanas. Tubuh Dyalan terangkat, melayang menuju pusat dari sang cahaya. Piringan hitam itu.

Ketika telah tiba di dalam piringan hitam itu, Dyalan melebarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan yang dipenuhi dengan asap putih tipis.

“Di mana aku?” Tanya Dyalan. Dalam kebingungannya itu, tiba-tiba dua sosok makhluk aneh yang mirip dengan makhluk di tv tadi muncul. Mereka menggunakan baju zirah yang begitu kokoh.

Tampak makhluk itu berbisik kepada kawannya di samping, jika diperhatikan itu tidak terlihat seperti berbisik, tapi lebih mengarah pada pembicaraan normal. Yang membedakannya adalah bahasanya yang aneh dan tak Dyalan mengerti.

Setelah melakukan percakapan singkat dengan makhluk yang sama di sebelahnya. Makhluk itu mendekati Dyalan yang dalam keadaan setengah berbaring.

“Siapa namamu?” Tanya makhluk tanpa spesies yang tak dikenali itu.
“D… Dyalan!” Balas Dyalan terbata.
“Apa maumu sebenarnya?” Dyalan segera melanjutkan pembicaraan, tanpa membiarkan makhluk itu membuka mulut kembali.
“Baru saja aku mau menjelaskannya. Hmm, salam. Aku Zurg, komandan bintang. Mewakili atas nama seluruh bangsa Durgs dari Mars. Memberikan salam peperangan kepada umat manusia.”
“Kau mungkin sudah mengrnaliku.” Lanjut makhluk yang bernama Zurg itu.
“Kenapa kau menginginkan bumi?” Balas Dyalan tanpa ragu lagi.
“Karena bumi adalah sumbet kehidupan. Mars sudah tak dapat mencakupi kebutuhan akan hidup kami lagi. Jadi kami mencari planet terdekat dengan mars yang bisa mencakup kehidupan. Lalu kami menemukan bumi.”
“Kurasa kau satu-satunya manusia yang tersisa. Maksudku, lebih tepatnya kau yang belum berada dibawah pengaruh hipnotis kami?”
“Maksud kalian!?” Tanya Dyalan.
“Maksudku, kau satu-satunya manusia di bumi yang belum berada di bawah kekuatan hipnotis kami.” Dyalan mengernyit, “semua kapal bintang kami sudah menyebar ke seluruh pelosok bumi. Menangkap semua manusia dan menaruhnya di bawah hipnotis. Kini tingga dirimu.”
“Huh, apa kau pikir aku takut dengan hipnotis?”
“Oh, tidak. Tebakanmu tidak tepat wahai makhluk bumi. Hipnotis kami berbeda dengan hipnotis kalian. Baiklah, akan aku lakukan sekarang, padamu!”

Makhluk tadi menepuk kedua telapak tangannya, lalu seketika muncul sebuah papan berukuran besar. Dengan banyak tombol di atasnya, disertai sebuah tuas berpegangan karet, berwarna merah.

“A… Apa yang ingin kau lakukan?”
“Oh… Ini tidak akan sakit.”

Makhluk itu menekan beberapa tombol dengan lincah, setelah itu barulah dia menarik tuasnya.

Saat tuas itu terputar, sebuah alat mengerikan dan aneh muncul. Alat itu berputar pada bagian kepalanya, tajam dan runcing.

Bunyi dari alat itu memekakkan telinga sang pendengar, begitu pun dengan Dyalan.

Alat tadi perlahan namun pasti mendekat ke arah dada Dyalan, tepatnya jantungnya. Terus turun ke sana, tangan Zurg meraihnya. Menyobek baju Dyalan. Membiarkan alat itu bekerja. Namun belum sempat Zurg membiarkan alat itu kembali bekerja, ada sesuatu yang amat membuatnya tercengang.

BERSAMBUNG…

Cerpen Karangan: Dera_Zein
Blog / Facebook: Pian Pika

Cerpen Mars (Part 1) merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Delusi Mila

Oleh:
Kosong. Kutolehkan kepala ke belakang. Kira-kira sekitar 18 jam sudah tak kudapati sosok yang biasa menduduki bangku di balik punggungku tersebut. Kemana ia? Tak biasanya belum menampakkan diri hingga

Saiki and Magical Pencil

Oleh:
Namaku adalah Saiki aku hanya seorang murid SMA biasa. Di sore hari aku berjalan di jembatan sepi yang biasa kulewati selepas pulang sekolah di sore hari, aku sedang berjalan

Andai Ali Bupatinya

Oleh:
Cerita ini bermula dari kostan di pinggiran jalan kecil di Kota Jakarta, kostannya Ali. Ia terkantuk-kantuk setelah makan kenyang tadi sore di warung langganannya, warung nasi padang setengah masakan

Elly

Oleh:
“Dah, Elly!”. “Dah, Ani!”. Aku berjalan pulang ke rumah dengan gembira. Aku sungguh senang bisa selalu bersama sahabatku, Ani. Perkenalkan, aku Elly. Ani adalah sahabatku dulunya kami tetangga, tapi

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *