Putri Sofia

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Dongeng (Cerita Rakyat), Cerpen Fantasi (Fiksi)
Lolos moderasi pada: 8 September 2016

Alkisah, hiduplah seorang putri raja dari Kerajaan Berlian. Dinamakan demikian karena kerajaan tersebut kaya akan tambang berlian. Sebagian besar penduduknya pun mencari nafkah dari menambang berlian dan dijual ke negeri tetangga, seperti negeri Emas, negeri Perak, dan negeri Timah. Seluruh rakyat negeri Berlian amat mencintai putri raja mereka, Putri Sofia. Putri Sofia cantik jelita dan berhati lembut. Kebaikan dan kecantikan Putri Sofia pun sampai ke telinga-telinga pangeran dari negeri lain.

Suatu hari, Pangeran Julian dari negeri Emas menyatakan keinginannya pada ayahnya, untuk meminang Putri Sofia.
“Ayah, aku ingin meminang Putri Sofia dari kerajaan Berlian,” Kata Pangeran Julian di sela-sela latihan memanahnya.
“Hmm, Ayah tahu, kau pasti sudah mendengar mengenai kebaikan dan kecantikannya kan?” Tanya Sang Raja. Pangeran Julian mengangguk yakin.
“Aku sangat mengidamkan calon istri seperti itu Ayah,”
“Tapi kau belum pernah melihatnya. Bagaimana kalau dia cacat?” Tanya Sang Raja menguji putranya.
“Ah, dia tidak mungkin cacat. Aku sangat yakin Putri Sofia adalah sosok yang sangat sempurna!” Kata Pangeran Julian sembari mengarahkan anak panahnya ke buah apel yang ditancapkan ke sebatang pohon besar berjarak 50 meter dari mereka berdiri. Tepat sasaran!
“Seandainya dia cacat, apakah kau masih ingin menikahinya?” Tanya Ayahnya lagi. Pangeran Julian hanya terdiam. Dalam hati ia menginginkan calon istri yang sempurna, bukan yang cacat. Jika Putri Sofia cacat, maka ia akan mundur dan mencari putri raja dari kerajaan lain yang lebih baik dari putri Sofia.

Sementara itu pangeran Adam dari Kerajaan Perak pun diam-diam tertarik pada Putri Sofia, yang menurut kabar yang ia dengar, cantik jelita dan berhati lembut. Namun ia hanya memendam keinginannya dan berkata dalam hati, “Putri Sofia sangat cantik baik fisik dan hatinya, namun aku hanya Pangeran yang berasal dari kerajaan biasa, tidak sekaya kerajaan Putri Sofia, tentu aku tak pantas bersanding dengannya,” Kata Pangeran Adam dengan rendah hati.
“Apakah kau tidak menginginkan Putri Sofia?” Tanya Sang Raja pada Pangeran Adam yang sedang latihan berkuda bersama ayahnya. Pangeran Adam sangat mahir berkuda.
“Tentu aku menginginkannya Ayah, tapi masih banyak pangeran dari negeri lain yang jauh lebih baik dariku,” Kata Pangeran Adam.
“Kau tampan dan pintar. Kau juga rendah hati, kau sangat pantas untuk Putri Sofia,” Kata Sang Raja membesarkan hati putranya. Namun Pangeran Adam diam saja dan berusaha melupakan keinginannya untuk bersanding dengan Putri Sofia.

Di negeri Timah, Pangeran Kevin yang suka bermalas-malasan pun mengutarakan keinginannya pada ayahnya untuk memperistri Putri Sofia.
“Kau tak pantas untuknya. Kau sangat pemalas. Aku bahkan tak ingin kau menggantikanku memimpin kerajaan ini,” Kata Sang Raja pada putera semata wayangnya. Pangeran Kevin terbelalak.
“Aku janji akan berubah Ayah. Ayolah, aku ini anakmu satu-satunya. Penuhilah keinginanku.” Rayu Pangeran Kevin.

Sepertinya hari yang ditunggu-tunggu oleh pangeran-pangeran di berbagai negeri pun tiba. Raja negeri Berlian hendak mencarikan calon suami untuk Putrinya yang tercinta.
“Syaratnya, Pangeran itu tak hanya tampan secara fisik saja, tapi juga pintar dan berhati tulus,” Kata Putri Sofia pada Ayahnya.
Raja negeri Berlian pun menyampaikan undangan pada pangeran-pangeran di seluruh negeri yang merasa dirinya tampan, pintar dan berhati tulus untuk datang ke kompetisi pencarian jodoh di negeri Berlian. Karena hampir semua Pangeran telah mendengar mengenai Putri Sofia, mereka datang berbondong-bondong ke negeri Berlian hendak berlomba memenangkan hati Putri Sofia.
Istana negeri Berlian sangat megah, karena negeri Berlian adalah negeri yang paling kaya dari semua negeri yang pernah ada. Tembok besar yang mengelilingi istana itu dihiasi butiran-butiran berlian yang berkilat-kilat tertimpa matahari. Kastilnya pun sangat besar dan megah berdiri di tengah-tengah danau yang luas seakan-akan istana itu mengapung di atas air. Jalan-jalan di negeri itu dikelilingi pepohonan dan bunga-bunga yang sangat indah seperti di negeri dongeng. Untuk menuju istana, semua pangeran harus menggunakan perahu megah untuk menyebrangi danau.

“Selamat datang Pangeran dari seluruh penjuru negeri,” Sapa juru bicara Raja saat keseratus pangeran itu telah berada di ruang tamu istana yang luas dan indah. “Pasti kalian semua datang dengan harapan besar ingin memenangkan hati Putri Sofia. negeri kami sangat menghargai kedatangan pangeran-pangeran yang terhormat. Tapi Putri Sofia hanya akan memilih satu orang di antara kalian, yang tampan, pintar dan berhati tulus.”
“Akulah orangnya,” Gumam Pangeran Julian. “Aku tampan, pintar, dan tulus.”
“Pasti aku yang menang,” Kata Pangeran Kevin. “Aku sesuai yang diinginkan Putri Sofia.”
Hampir semua pangeran menyatakan dirinya sebagai yang diinginkan Putri Sofia. Seleksi pertama, ke 100 pangeran itu harus mengerjakan 100 soal pengetahuan dan teka-teki untuk menilai kecerdasan mereka. 50 Pangeran dengan nilai terendah harus pulang ke negerinya.
“Soal ini sangat mudah,” Kata Pangeran dari negeri besi. “Aku tak perlu berpikir banyak untuk menyelesaikannya.
“Ini soal termudah yang pernah aku kerjakan,” Kata Pangeran Kevin sambil memainkan pena bulu angsanya. “Akulah yang akan memperoleh nilai tertinggi.”
“Huh, semua pangeran di sini berlagak pintar, “ Kata Pangeran Julian pada Pangeran Adam yang duduk di sebelahnya. “Mereka semua pura-pura menganggap soal ini mudah. Padahal aku telah melihat puluhan kening yang berkerut!” Pangeran Adam hanya menanggapi ucapan Pangeran Julian dengan tersenyum. Pangeran Julian sadar bila Pangeran Adam yang sedari tadi ia ajak bicara tidak lagi mengerjakan soalnya. Tentu orang ini sangat bodoh, pikir pangeran Julian.
“Kenapa kau tidak mengerjakan? Apakah terlalu susah?” Tanyanya dan ia mengintip sejenak ke perkamen rekannya itu dan langsung kaget setelah mengetahui keseratus soal itu telah berhasil dipecahkan seluruhnya oleh Pangeran Adam.
“Kau ternyata jenius, Pangeran Perak!” Seru Pangeran Julian terpukau. Semula ia menyangka saingannya itu bodoh karena jarang sekali berbicara. Ia buru-buru menyelesaikan soalnya yang baru tiba di nomor 70.

Akhirnya tersingkirlah ke-50 pangeran dengan nilai terendah, termasuk pangeran dari kerajaan besi. Pangeran dari negeri emas, perak dan timah termasuk yang lulus. Bahkan juru bicara istana mengumumkan 1 orang di antara ke-50 pangeran itu bisa memecahkan 100 soal dengan tepat.
“Selamat kepada Pangeran Adam, dari negeri Perak. Kau satu-satunya orang yang berhasil memecahkan semua soal ini. Kau terbukti jenius, tapi itu belum cukup. Kesempatan masih terbuka lebar bagi yang gagal. Masih ada 2 ujian yang harus kalian lalui lagi.” Diam-diam Putri Sofia mengintip ke-50 pangeran itu. Pandangannya tertuju pada Pangeran Adam. Pemuda itu tinggi dan tampan. Ia juga jenius karena berhasil memecahkan soal kerajaan yang susah. Tapi Putri Sofia belum tahu seperti apa kepribadian Pangeran Adam yang sesungguhnya.

Saatnya istirahat. Keesokan harinya mereka harus bersiap menghadapi tantangan selanjutnya yang akan menyingkirkan 40 orang dari mereka. Masing-masing pangeran itu diberikan kamar istana yang indah dan nyaman, bahkan jauh lebih nyaman dari kamar di istana mereka.
“Permisi yang mulia…” Terdengar suara seorang wanita di balik pintu kamar pangeran Julian.
“Masuk.”
“Ijinkan hamba membersihkan kamar ini sebelum anda tidur, yang mulia,” Ucap pelayan itu.
“Baiklah. Hey, omong-omong, kenapa Putri Sofia tidak pernah menampakkan diri?” Tanya pangeran Julian.
“Ehm…” Sesaat pelayan kerajaan itu ragu. “Maaf pangeran, sebaiknya Anda pulang saja ke negeri anda dan carilah putri lain untuk menjadi istri anda.” Ucap pelayan itu.
“Ada apa ini sebenarnya?” Pangeran Julian kaget mendengar ucapan pelayan itu.
“Putri Sofia…”
“Ada apa dengan Putri Sofia?”
“Ia cacat, yang mulia.” Mendengar ini, Pangeran Julian seakan disambar petir. “Putri Sofia memang cantik dan baik hati, sebelum ia terjatuh ke jurang sebulan yang lalu. Saat ini, Putri Sofia hanya memiliki satu kaki. Wajahnya pun rusak sebelah akibat kecelakaan itu.”
“Apa?! Oh tidak…”
“Sebaiknya anda pulang, yang mulia. Carilah…”
“Tidak! Aku tidak akan pulang. Aku akan memenangkan semua kompetisi ini. Seluruh negeri akan mengingatku sebagai pangeran terbaik sejagad.”
“Lalu bagaimana dengan Putri Sofia, yang mulia?”
“Setelah menang aku akan pulang ke negeriku. Aku tidak akan menikahi orang cacat itu… hey! Kau akan tutup mulut kan? Tutup mulut dari semua yang telah kuucapkan?” Pelayan itu mengangguk.
“Jika kau membocorkannya, hidupmu tak akan pernah bahagia lagi!” Ancam Pangeran Julian kasar.
“Yang mulia tak perlu khawatir. Ini hanya antar kita berdua,” Ucap pelayan itu.

Pagi tiba. Setelah sarapan, 50 pangeran dari negeri berbeda itu segera bersiap mengukuti kompetesi selanjutnya. Namun tampaknya banyak di antara mereka yang tak sesemangat kemarin.
“Sebenarnya aku ingin pulang saja ke negeriku,” Kata pangeran Kevin.
“Yah, bodoh sekali kita menyusahkan diri merebutkan seorang putri raja yang cacat,” Ucap seorang pangeran dari negeri laut. “Tapi biarlah, aku ingin terkenal sebagai pangeran yang memenangkan kompetisi ini!”
“Jadi kalian semua sudah tahu kalau putri Sofia itu cacat?” Bisik Pangeran Julian. Pangeran-pangeran itu mengangguk. “Dari mana kalian tahu?”
“Seorang pelayan yang mengatakannya,” Ucap seorang pangeran. Pangeran Julian heran. Ada apa ini? Kenapa semua pelayan di kerajaan ini berkhianat?
“Seperti apapun keadaan fisik Putri Sofia, itu tidak penting,” Ucap suara seorang pangeran. Semua mata memandang ke arahnya. Ternyata suara Pangeran Adam yang biasanya selalu diam. “Kebersihan dan kebaikan hati jauh lebih penting.”
“Hey orang bodoh,” Maki pangeran Kevin. “Aku yakin kau sebetulnya tak ingin menikah dengan orang cacat, iya kan?!”
“Aku ingin menikah dengan putri yang berhati lembut dan bersih, tak peduli seperti apa fisiknya,” Ucap Pangeran Adam.
“Mudah saja kau berucap begitu,” Kata pangeran dari kerajaan Elang. “Kau belum pernah melihatnya secara langsung kan?” Pangeran Adam tak berminat lagi berdebat dengan rekan-rekannya. Ia memilih kembali diam.

“Baiklah, sebelumnya, perkenalkan. Aku adalah instruktur berkuda Putri Sofia. “Ucap seorang gadis cantik berseragam penunggang kuda lengkap dengan helm di kepalanya. Rambutnya yang panjang menyembul di belakang dari helm itu. Sebagian wajahya tersembunyi di balik helm yang ia kenakan. Semua pangeran menghentikan aktivitas mereka dan memperhatikan gadis itu.
“Telah kami sediakan untuk yang mulia kuda-kuda untuk berlomba. Silakan kenakan helm yang mulia dan pilih seekor kuda yang menurut yang mulia paling baik.” Ucap instruktur itu. Hampir semua pangeran terpukau melihat gaya anggunnya.
“Sayang dia bukan putri raja!” Gumam salah seorang pangeran. Yang lain mengangguk setuju.
“Kita akan mengarungi tebing dan jalanan yang penuh rintangan. yang mulia hanya perlu sedikit lebih cepat dariku untuk memenangkan kompetisi ini.” Katanya. “Lakukan sekarang!” Perintahnya tegas karena sebagian besar pangeran hanya melamun sambil menatap ke arahnya. Dengan kaget, pangeran-pangeran itu pun melaksanakan perintah sang instruktur.

ADVERTISEMENT

Perlombaan ini terasa amat berat karena medan yang curam dan terjal. Banyak kuda-kuda mereka yang enggan melanjutkan perjalanan hingga terpaksa mereka turun dan menuntun kuda mereka. Instruktur berkuda Putri Sofia memimpin jauh di depan. Ia sangat mahir menunggang kudanya menaiki jalanan yang menanjak. Medan keras sepertinya tak jadi soal untuknya. Ia tertawa melihat pangeran-pangeran manja itu mulai menyerah satu-persatu.

“Kalah pun tak akan rugi bagiku!” Ucap seorang pangeran yang langsung putar balik ke arah istana. Ia menyerah. Rupanya jejaknya diikuti oleh banyak pangeran lainnya.

Pangeran Adam berusaha keras menaklukan medan yang tak bersahabat itu. Ia beruntung karena ia sudah berada 20 meter di belakang gadis instruktur berkuda itu. Namun di tengah perjalanan ia mendengar teriakan salah sorang pangeran yang rupanya terperosok jatuh ke jurang. Pangeran Adam segera mengehentikan langkah kudanya dan berlari ke arah suara.
“Jangan pedulikan suara itu! Kau sudah hampir menang!” Teriak sang instruktur. Namun Pangeran Adam tak menghiraukannya.
“Tolong aku..” Kata Pangeran Kevin yang kini hanya berpegangan ke tangkai dahan pohon yang mulai rapuh. Dengan sigap Pangeran Adam menarik tangannya.
“Terima kasih, hampir saja aku mati sia-sia demi orang cacat itu,” Ucap Pangeran Kevin setelah ia berhasil memanjat ke tempat yang aman.
“Tutup mulutmu atau aku akan melemparkanmu ke jurang lagi,” Ancam Pangeran Adam kesal. Pangeran Kevin terdiam takut dan pura-pura menyeka darah yang menetes-netes dari lengannya. Pangeran Adam merobek paksa lengan bajunya dan mengikat luka itu kuat-kuat.
“Kau sudah hampir menang kawan. Kenapa kau mau menolongku?” Pangeran Adam tak menjawab. “Apa benar kau masih menginginkan Putri Sofia?” Tanya Pangeran Kevin.
“Ya. Aku menginginkannya.”
“Meski ia…?”
“Meski ia cacat fisik, tapi hatinya tidak cacat sepertimu. Jadi aku tetap menginginkannya. Aku tak mau buang waktu lagi di sini,” Pangeran Adam bergegas menuju kudanya diikuti oleh Pangeran Kevin yang tidak lagi banyak bicara.

Katika kedua pangeran itu sampai di puncak bukit, sudah ada instruktur berkuda dan Pangeran Julian di sana.
“Haha, akhirnya aku bisa mengalahkanmu. Lihat, bajumu sampai robek. Sedangkan aku? Tak sehelai rambut pun yang berkurang.” Pangeran Julian berucap puas. “Kenapa kau mau menolong si bodoh itu? Ah, nampaknya aku yang lebih jenius darimu, Pangeran Perak.”
Raut wajah Pangeran Adam menunjukkan seolah-olah ia tidak mendengar semua omong kosong Pangeran Julian.
“Hanya 3 dari 50? Wow, tampaknya ini pertandingan yang terakhir.” Ucap gadis itu sambil tertawa. Wajahnya celingukkan ke mana-mana. “Aku tak tahu bagaimana bocah-bocah manja itu bisa memimpin kerajaan mereka nantinya!”

Tibalah hari terakhir kompetisi yang paling menentukan. Ketiga pangeran beserta pegawai kerajaan berdiri di tepi danau dengan alat lukis lengkap. Karena tugas mereka selanjutnya adalah melukis wajah Putri Sofia. Ketiga pangeran bingung hendak melukis seperti apa. Mereka belum pernah bertemu Putri Sofia.
“Perlu diketahui, pemenang dari kompetisi terakhir ini akan menandatangani keputusan mutlak untuk menikah dengan Putri Sofia.” Mendengar ucapan juru bicara kerajaan ini, Pangeran Julian merasa isi perutnya bergolak. Oh tidak, ia harus kalah. Ia tidak boleh menang! Bagaimana mungkin ia mau menikahi seorang putri yang berkaki satu dan berwajah buruk rupa? Pangeran Kevin pun berniat melukis asal saja supaya ia kalah.
“Yang mulia tidak perlu khawatir. Anda hanya perlu melukis Putri Sofia sebagaimana yang ada di benak Anda.” Suasana kemudian hening saat ketiga pangeran itu berusaha keras melukis orang yang belum pernah mereka temui. Pangeran Adam tersenyum memandangi lukisannya yang hampir jadi. Ia menggambarkan sesuai yang ada di benaknya sebelum ia tahu perihal kecacatan Putri Sofia. Seorang putri raja yang sempurna.

Waktu habis. Sang instruktur berkuda Putri Sofia ikut hadir menyaksikan hasil lukisan ketiga pangeran itu. Semua menggambarkan putri yang berkaki satu dengan bekas luka di wajah jelitanya. Semua, kecuali lukisan Pangeran Adam. Lukisannya menggambarkan seorang Putri yang cantik sempurna tanpa cacat sedikitpun.
“Hey, kenapa instruktur itu ada di sini? Apa dia juga instruktur lukis Putri Sofia?” Bisik Pangeran Kevin pada Pangeran Adam. Instruktur berkuda itu menggunakan seragam prajurit yang biasa dikenakan laki-laki.
“Ia memang cantik dan serba bisa. Tapi ia sangat sombong melebihi kaum bangsawan! Kukira ia tidak memiliki darah biru!” Ucap Pangeran Julian sambil melipat kedua lengannya dan memandang sebal ke arah instruktur itu.

Tak lama kemudian, instruktur itu menghampiri mereka satu persatu. “Hmm, bisa kau jelaskan mengapa kau menggambarkan Putri Sofia seperti ini?” Tanya sang instruktur pada Pangeran Kevin.
“Yah, yang kudengar Putri Sofia cacat. Ia berkaki satu dan wajahnya berbekas luka.” Jawab Pangeran Kevin jujur.
“Dari kerajaan mana kau berasal?”
“Kerajaan Timah.” Jawab Pangeran Kevin. Sang instruktur berlalu ke Pangeran Julian.
“Bisa jelaskan lukisan ini?” Tanyanya ketika ia melihat lukisan buruk rupa itu.
“Aku melukis seperti apa yang seharusnya kulukis,” Ucap Pangeran Julian dengan malas.
“Maksudmu?”
“Putri Sofia cacat, dan seperti inilah gambaran yang pantas untuknya.” Instruktur itu mengamati baik-baik lukisan Pangeran Julian yang menggambarkan Putri raja cacat dan berwajah buruk rupa. Tidak seperti lukisan pangeran Kevin yang menggambarkan bekas luka di wajah jelita, wajah Putri Sofia di lukisan ini jauh lebih buruk.
“Kau menghina putri kesayangan kami!” Kecam instruktur itu.
“Ini kenyataan, bukan hinaan! Coba kau perlihatkan Putri Sofia di depanku! Aku yakin lukisankulah yang paling mirip!” Sesaat sang instruktur hendak menghajar Pangeran Julian karena kelancangannya. Namun ia menahan diri. Ia segera menuju ke lukisan Pangeran Adam.
Gadis itu terpukau. Lukisan yang satu ini berbeda dengan dua lukisan sebelumnya. Putri Sofia di lukisan ini amat cantik jelita, sempurna tanpa cacat.
“Mengapa… mengapa kau melukis seperti.. seperti ini?” Tanya sang instruktur terbata-bata. Ia amat terpukau dengan lukisan itu.
“Aku belum pernah bertemu dengan Putri Sofia. Sedikitpun aku tak tahu seperti apa rupanya. Namun sebelum aku tiba di kerajaan ini, di benakku Putri Sofia adalah Putri yang cantik jelita dan berhati lembut bak bidadari. Bila kemudian ada kabar yang mengatakan ia cacat, bagiku itu tak akan banyak mempengaruhi kebaikan hatinya. Ia tetaplah Putri Sofia yang sempurna seperti ketika aku belum mengetahu kecacatannya,” Kata Pangeran Adam jujur. Pangeran Julian dan Pangeran Kevin kehabisan kata-kata memandangnya.
“Kau.. kau… dari mana kau berasal?” Tanya sang instruktur terpukau.
“Aku Pangeran Adam dari Kerajaan Perak…?” Pangeran Adam bingung hendak memanggil apa orang di depannya karena ia tak tahu namanya. “Maaf nona instruktur, nama anda adalah…?”
“Oh, ya, Kenalkan. Aku… adalah Putri Sofia.” Ucap gadis itu. Ia melepas topi yang menutupi sebagian wajahnya. Tiba-tiba saja udara seakan hilang karena ketiga pangeran itu tak sanggup bernafas karena kaget luar biasa. Di hadapan mereka bukan lagi nona instruktur yang galak dan sombong, melainkan Putri Sofia yang setelah melepas topinya, mulai terpancar kecantikan dan keanggunannya. Wajahnya sejernih air dan seindah pualam. Rambutnya yang kemerahan tergerai panjang. Wajah Pangeran Julian merah karena malu mengingat semua kebodohannya selama ini.

“Mengapa kau membohongi kami lewat kabar kecacatanmu, Tuan Putri?” Tanya Pangeran Kevin.
“Kelak seandainya terjadi sesuatu yang menyebabkan aku cacat, aku akan tahu apakah suamiku akan meninggalkanku atau tidak.”
“Tapi… tapi kenapa anda berbuat demikian, yang mulia?” Tanya Pangeran Adam masih takjub.
“Karena dengan begini, aku bisa membedakan siapa di antara kalian yang sombong, tamak, dan… dan berhati tulus.“ Ucap Putri Sofia sambil memandangi wajah tampan Pangeran Adam.
Pangeran Julian dan Pangeran Kevin mengutuk diri mereka sendiri karena tidak tulus dan mengharapkan ketenaran sewaktu datang ke istana Kerajaan Berlian. Mereka sadar, bahwa mereka telah memanen apa yang mereka tanam, kesombongan berbuahkan kekalahan.

Yah, akhirnya seperti dongeng anak-anak, Kerajaan Berlian bersatu dengan Kerajaan Perak menjadi Kerajaan ‘Perlian’ singkatan dari perak dan berlian. Raja mereka kini, Raja Adam, raja arif bijaksana, hidup bersama istrinya yang jelita dan berhati lembut, Ratu Sofia.

Cerpen Karangan: Dayu Swasti Kharisma
Facebook: Dayu Swasti Kharisma

Cerpen Putri Sofia merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Tanduk Rusa Jantan

Oleh:
Entah aku sedang berada di mana. Yang ku lihat hanyalah ilalang setinggi pinggangku dan beberapa pohon raksasa di ujung utara. Aku berjalan sendirian dengan mengenakan baju terusan selutut berwarna

Sunyi (Part 2)

Oleh: ,
“Memangnya kenapa kamu?” Tanya perempuan itu dengan polos, Mateo hanya bisa terdiam. “Aku baik-baik saja.” Dia berbohong, his hands started to get clammy and his body started to sweat.

Hutan Misteri (Part 2)

Oleh:
“Mereka sebuah pohon!!” Aries menggaruk kepalanya, wajahnya dipenuhi kebingungan. “Tapi bagaimana bisa mereka mempunyai tangan dan kaki? Bahkan mata dan mulut layaknya manusia” Untuk sesaat kami sibuk dengan pikiran

Indra Ke Enam

Oleh:
Sebisa bisanya mataku terbelalak, langkah gontaiku mengitari setiap sudut ruangan di dalam rumah. Ketertarikanku terhadap tidur di tengah malam membuatku terbiasa. Jelas saja, hari ini, aku kembali begadang. Menonton

Cahaya Penyelamat

Oleh:
Penghujung malam kali ini. Di atas balkon dengan beralaskan kursi yang kususun memanjang. Aku terbaring sendirian. Hanya sendiri menikmati sepi, menatapi langit malam berhiaskan bulan emas yang tinggal separuh.

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

2 responses to “Putri Sofia”

  1. Sayaa sukaa banget! suka sama konsep ceritanya, pembungkusannya, walaupun ceritanya ketebak (yang jadi suaminya siapa), tapi saya bener2 menikmatiya, karena pembungkusannya yang menarik.lope lope! tetep semangat ya berkarya 🙂 banyak belajar juga dari cerpen ini..

  2. Dayu Swasti Kharisma says:

    Makasiih…cerpen ini saya buat sekitar 8 tahun lalu wkt masih kuliah. Sekarang sdh jarang bikin cerpen meskipun itu hobi saya krn butuh wkt lama utk menyelesaikannya. Ayo terus berkarya 🙂

Leave a Reply to Pradipta Alamsah Rp. Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *