Simpul Waktu

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Fantasi (Fiksi), Cerpen Misteri
Lolos moderasi pada: 26 March 2016

Kalau saja dulu… kenapa aku tidak melakukan itu saja dulu. Itulah yang aku selalu pikirkan, penyesalan. Kenapa? Karena banyak masalah semenjak aku ada di SMA ini. Rasanya aku ingin sekali kembali ke SMP. Sekali saja waktu itu terulang. Aku bisa mengubah hal-hal untuk mencegahku terjerumus dalam masalah seperti sekarang ini. Aku sedang berjalan sepulang sekolah sambil bergumam tentang masalahku. Aku memang berjalan pulang sendiri. Tanpa teman. Teman-teman di kelasku menjauhiku. Namun aku sudah terbiasa. Jadi aku tetap berjalan menyusuri jalanan ini. Sore hari yang melelahkan, ah.. mungkin karena lelah aku jadi mengeluh seperti ini.

Sore itu aku melihatnya lagi, seekor kucing yang akhir-akhir ini selalu terlihat muncul di beranda rumah kosong itu, entah mengapa dia selalu berada di tempat yang sama saat aku melihatnya dalam perjalanan pulang, aku menoleh ke belakang karena terdengar suara sirine dari arah belakang, tidak ada apa apa. Saat ku lihat kembali kucing itu, tiba-tiba ia berlari ke arahku, aku terkejut, dia seperti akan mencakarku. Aku melompat menjauh menghindarinya, tiba-tiba terdengar suara rem berdecit, setelah aku menyadari ternyata aku sudah berada di tengah jalan, untung saja, betapa bodohnya aku, aku hampir tertabrak mobil pemadam kebakaran. Jantungku berdebar-debar, pengemudi mobil itu pun melanjutkan perjalanannya, aku pun juga berjalan pulang dengan perasaan malu dan tegang. Ah… Mana tadi kucing sialan yang mengagetkanku?! aku tidak melihatnya lagi.

Belum lama aku berjalan, aku melihat beberapa orang berkerumun membicarakan sesuatu di jalan yang biasanya sepi ini. Aku sempat mendengarkan sedikit samar pembicaraannya saat melintas di dekat mereka. Aku tidak yakin dan tidak terlalu peduli, tetapi saat aku melihat salah seorang menunjuk ke suatu arah, aku baru menyadari, Hah?! sejak kapan aku tidak menyadari ada asap tebal membumbung di sana? Tunggu, bukankah itu arah rumahku?! Aku seakan menjadi yang paling lambat mengerti tentang situasi di sini, aku pun langsung berlari menuju rumahku. Banyak mobil pemadam berhenti di depan pintu masuk gang rumahku, sepertinya mereka terlalu besar untuk bisa masuk ke dalam. Banyak orang berjejal di sana, aku pun menerobos masuk ke gang rumahku. Perasaanku tidak karuan, entah kesialan apa ini, rasanya mau copot jantungku.

Tidak… Sepertinya dugaanku benar rumahku terbakar hebat, bukankah keluargaku ada di dalam? Apakah mereka sudah keluar? tidak, aku tidak melihatnya tadi di luar. Aku mendengar petugas pemadam yang berkata kepada rekannya, “Masih ada orang di dalam, kita harus prioritaskan rumah ini,” Ini bohong, kan? Aku sampai tidak bisa bertanya kepada petugas itu, bibirku terasa bergetar, pikiranku hanya tertuju pada keluargaku. Ibu? Kau masih di dalam?

Tanpa berpikir sama sekali aku langsung berlari memasuki rumah yang penuh dengan kobaran api, sepertinya petugas itu memanggilku tetapi aku tidak mendengarnya, mungkin karena pikiranku hanya tertuju pada keluargaku. Di dalam terasa sangat panas dan sesak, aku menuju ruang tengah, susahnya bukan main, rasanya tubuh ini sudah ingin menyerah. Aku tidak bisa bernapas, pandanganku kabur, ternyata aku sudah terbaring di lantai, bukannya tadi aku sedang berlari? Aku tidak bisa menggerakkan tubuhku, sepertinya ini akhir hidupku, menyedihkan sekali. Bahkan aku belum selesai dengan masalahku. Tanpa ku sadari aku sudah terpejam.

“Kak! Kak!” sepertinya suara adikku. “Huh?!”
“Loh, malah ketiduran, gimana sih? Ini gimana Kak caranya?” jelas itu suara adikku.
Apa ini? Sepertinya aku baru saja terbangun dari tidur di sofa, apakah tadi cuma mimpi? Terasa begitu nyata, ah… mungkin karena aku kelelahan di hari yang menyebalkan ini. Tapi apa yang sedang ku lakukan sekarang? Adikku berteriak lagi.

“Kak? Belum bangun ya? Kok cuma bengong gitu? Gimana soal ini? Besok tugas ini harus dikumpulkan ke Bu Ety, Kakak tahu kan Bu Ety itu gimana kalau soal tugas?” Hah? Bu Ety? Bukannya itu guru SD nya adikku? “Tugas apa Dik? Bukannya sudah nggak ketemu Bu Ety lagi? Memangnya sekarang Bu Ety pindah mengajar SMP?”
“Bicara apa sih Kakak? Lagi ngelantur ya? Bu Ety enggak mengajar SMP-lah, kan dia guru SD-ku, gimana sih?” Loh? Tunggu, sekarang kapan? Aku berdiri tersentak, adikku sedikit takut, mungkin karena ekspresi wajahku. Aku melihat sekeliling, seperti orang kebingungan. Sudah ku pastikan, setelah melihat HP dan yang lainnya, sepertinya aku kembali ke masa lalu.

Sepertinya aku kembali ke waktu aku kelas 2 SMP, aku tidak percaya. Apakah aku sudah mati? Kebakaran itu nyata kan? Tunggu, bukankah ini yang ku inginkan? Penyesalanku selama ini dan aku kembali ke masa SMP ini, bukankan ini keluhanku tadi saat berjalan pulang? Ini adalah kesempatanku! Akan ku perbaiki semua hal yang seharusnya ku lakukan, aku sangat senang, aku pun kembali ke adikku dan meminta maaf untuk tadi. “Tadi sepertinya Kakak terbawa mimpi aneh haha,” Telah beberapa hari berlalu, ku jalani saat-saat ini dengan mudah, kejadian yang terjadi pun sama seperti yang ada di ingatanku dulu meski agak kabur karena sudah beberapa tahun. Pelajaran pun sangat mudah karena hanya pelajaran SMP, sepertinya aku bisa menjadi ranking 1 di sini haha, tapi akan aneh jika itu ku lakukan.

Tak terasa semenjak berulangnya waktu itu, aku memperbaiki kesalahan yang ku buat. Kini, aku bahagia. Siap menjalani semuanya untuk yang kedua kalinya. Suatu hari, cewek yang ku suka memberiku sebuah kado. Karena penasaran, aku segera membukanya. Isinya adalah sebuah jam tangan. Wah.. Dengan senang hati aku memakainya. Hari-hari pun berlalu, aku semakin bahagia atas perputaran waktu ini. Besok adalah hari Ujian kenaikan kelas, aku tidak belajar karena tentu aku sudah SMA segalanya mudah di sini, lagi pula kalau nilaiku mencolok jadi aneh nantinya, aku tidur lebih awal.

“Kak?” terdengar samar. “Akhirnya dia membuka matanya,” Mataku terasa berat untuk melihat apa yang sedang terjadi, apakah karena aku tidur terlalu banyak? Ah masa. Tubuhku lemas, sepertinya ada banyak orang di kamarku. Tunggu, lampu kamarku bukan seperti itu, ini di kamar kan? Aku bertanya, tetapi mulutku susah mengeluarkan suara.
“Ini dimana? Apa yang terjadi?” Mataku sekarang lebih terbuka lebar, apakah ini di rumah sakit? Apa yang terjadi?
“Kau mengalami kecelakaan Nak,” kata ibuku pelan. Syukurlah kau sudah sadar, istirahat dulu Nak,” Sepertinya semua keluargaku ada di sini, kecelakaan? Kapan? Otakku terlalu lemas untuk berpikir, kemudian aku tertidur lagi.

ADVERTISEMENT

Beberapa hari berlalu, sepertinya kondisi tubuhku sudah cukup baik, aku bertanya kepada Ibuku, “Apa yang terjadi padaku Bu? Kecelakaan kapan?” Ibuku pun menjelaskan, “Kemarin Kamis sore saat pulang sekolah kamu tertabrak mobil pemadam kebakaran yang sedang terburu-buru, lukamu cukup parah, kamu pingsan hingga 3 hari, tapi sepertinya sekarang sudah cukup baik ya, syukurlah tidak sampai cidera otak, mungkin lusa kamu sudah bisa pulang ke rumah,” Mendengar penjelasan Ibuku aku tidak mengatakan sepatah kata pun, aku hanya bisa memegang kepalaku sambil memikirkan apa yang sebenarnya terjadi, hanya mimpi? Lalu bagaimana dengan perputaran waktu itu? Tunggu, mobil pemadam kebakaran? Rumahku?! Tapi sepertinya semua anggota keluarga ada di sini.

Aah… Aku menghela napas. Tidak usah terlalu dipikirkan, mungkin otakku sedang rusak karena kecelakaan ini. Dua hari kemudian aku diperbolehkan pulang, ternyata rumahku baik-baik saja. Haha mimpi yang mengerikan dan aneh pikirku, mungkin aku terlalu banyak menonton film. Keesokan harinya pun aku sudah berangkat sekolah, sepertinya teman-teman mencemaskanku, ternyata mereka tidak seburuk yang ku kira, kenapa ya dulu aku berpikir mereka menjauhiku. Saat jam olah raga aku belum boleh mengikutinya, jadi aku hanya duduk sambil melihat-lihat, sepertinya mimpi yang kemarin itu menyadarkanku bahwa kehidupanku yang sekarang ini pun tidaklah terlalu buruk. Setelah beberapa saat salah satu temanku menghampiriku, dia bertanya.

“Kurang berapa menit lagi jam olah raganya Feb?”
“Aku tidak tahu, kenapa bertanya kepadaku?” jawabku agak bingung.
“Lah, kan kamu pakai jam tangan,”
“Jam tangan?” Aku kebingungan, loh, aku punya jam tangan. Aku melihat jam yang tak ku sadari ada di tanganku. Tunggu, ini kan, jam tangan hadiah yang ada di mimpiku. Ini nyata?

Cerpen Karangan: Naufal Irfan
Blog: www.gtaind.com
Pelajar SMA yang hobi menonton anime dan bermain game, serta pendiri web GTAind.

Cerpen Simpul Waktu merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


All of Her

Oleh:
Gelapnya malam membuat bulu kudukku meremang. Apalagi di sini sama sekali tak ada pemukiman penduduk. Hanya ada hamparan ladang gandum yang sangat luas. Kota terdekat dari sini hanyalah Bomont

Peringatan Terakhir (Part 2)

Oleh:
Belum selesai semuanya, Jahal terbangun di tempat yang tidak bisa ia duga. Ini adalah tempat yang tak bisa ia kenali. Padahal sebelumnya ia berada di atas cadas dengan mata

Ohh Ternyata Kamu

Oleh:
“Woy.. Lagi mikirin apa sih kamu?” tanya sahabatku Riana. saat melihatku hanya terdiam seribu bahasa sendiri pula. “Seseorang” Tak kusadari kata ini terlontar begitu saja dari bibirku, yang akan

Misteri Sebuah Kelas

Oleh:
Kelas 9A adalah kelas unggulan yang menjadi panutan dari semua kelas. Anak anak dari kelas 9A adalah anak anak pandai walaupun 99,9 % dari mereka adalah anak yang suka

Pulau Yang Menakutkan

Oleh:
Namaku Paul. Umurku 20 tahun. Aku berkerja di kantor papaku. Ayahku seorang pengusaha. Ibuku seorang ibu rumah tangga. Aku memiliki satu kakak dan satu adik. Saat kuliah aku mengambil

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *