Cuma Dia

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam), Cerpen Galau, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 7 October 2014

“SELURUH ANGGOTA PADUAN SUARA DIHARAP BERKUMPUL DI LAPANGAN SEKARANG” begitu kata suara speaker yang terdengar nyaring di setiap pojok tiang penampang gedung sekolahan yang tak terlalu besar ini. Dengan malas aku bangkit dari tempatku berleyeh-leyeh sambil menghabiskan sisa waktu istirahat yang tinggal beberapa menit lagi.
“Faraaa! Ayo cepetaaaan! Yang lain udah pada ngumpul tuh!” Teriak seorang laki-laki bertubuh tambun yang terlihat sibuk sana sini sembari mengatur microphone. “Iya jiii, sabar napaaa” aku menjawab dengan nada agak senewen.

Begitu tiba di hadapannya, Aji langsung menarik tanganku dan menyeretku menuju barisan murid di pinggiran lapangan yang membentuk formasi 4 saf dan mendorongku baris di saf terdepan yang tiap saf nya terisi 10 orang. Tak lama, alunan suara terdengar dari keyboard yang dimainkan oleh seorang guru. kemudian diikuti suara vokal murid-murid paduan suara yang mengalun beriringan dengan nada keyboard. “Terpuuujilah wahaaaiii engkau ibu bapak guruuuu” aku hanya mangap-mangap membuka mulut dan enggan mengeluarkan suara, membiarkan mulutku membuntuti artikulasi lirik lagu hymne guru yang dinyanyikan teman-temanku. Benar-benar terasa malas rasanya berdiri saat ini. Apa lagi di kelas sedang ada ulangan matematika dan aku dengan terpaksa harus ikut berlatih sebagai paduan suara yang bertugas mengisi acara perpisahan kelas 9. Yang perpisahan angkatan siapa, yang harus repot sampai satu sekolah. Pikirku dengan geram.

Selesai berlatih satu lagu hymne guru, mc acara memanggil beberapa murid kelas 9 untuk maju ke tengah lapangan. Dengan embel-embel ‘siswa terbaik’, mereka dengan bangga berjalan beriringan mengangkat dagu mereka agar terlihat hebat namun terkesan menyombongkan diri. Ada satu murid yang berbaris paling belakang, yang mana lainnya mengangkat dagu namun ia hanya menunduk, sambil sesekali menendang kerikil yang ia lewati. Langkahnya biasa, perangainya pun biasa. Seorang laki laki bertubuh jangkung, berkulit sawo matang, dengan rambut cepak sedikit berantakan, mata sipit, hidung mancung, sama seperti manusia normal lain dan tak terlalu menonjol di antara murid yang ada, namun entah mengapa keberadaannya memunculkan sensasi tak biasa padaku. Aku menatapnya lekat, seakan enggan mengalihkan pandangan, sampai akhirnya ia sadar telah diperhatikan dan menoleh ke arahku, membalas tatapanku. Sekejap aku merasa tubuhku kaku. Entah apa yang terjadi tapi rasa kaku itu menjalari tubuh hingga ke pipi, membuatnya berubah menjadi merah. Oh tidak, aku salah tingkah.

Semenjak kejadian itu, entah mengapa aku sering menangkap basah diriku sendiri sedang memikirkannya. Walaupun ia sudah lulus dan kami tak pernah lagi bertemu setelah itu. kecuali saat ia datang untuk reuni. Aku sangat ingin bisa bertemu dengannya lagi. Dan aku berharap bisa masuk sekolah yang sama dengannya saat lulus nanti. Perbedaan angkatan di antara kami membuatku sangat takut, takut mengakui kalau aku diam-diam suka padanya. Meskipun kami hanya berbeda 1 tingkat, tetap saja, dia seniorku dan aku juniornya.

Selang waktu berjalan, akhirnya aku lulus. Dengan nilai yang memuaskan dan mencukupi untuk masuk sekolah yang sama dengannya. Lama tak melihatnya ternyata tidak juga membuatku bisa melupakannya. Melupakan tatapan matanya yang selalu membuatku salah tingkah tiap kali mengingatnya. Aku memberanikan diriku untuk bisa lebih dekat dengannya. Dengan coba ‘mengkode’ lewat jejaring sosial, sampai dengan tidak malunya meminta nomor handphone dia pada temannya.

Jatuh cinta memang membuat orang jadi hilang urat malu. Tapi lama kelamaan, semakin aku memperlihatkan perasaanku padanya, dia semakin tak tersentuh. Pribadinya yang tertutup, semakin menampakkan respon yang seolah akan terus tertutup. Aku tau selama ini aku hanya mencoba mendapatkan perhatiannya, tanpa berani mengatakan langsung padanya. Aku sadar diri, sangat amat sadar diri. Aku hanya junior, seorang perempuan. Tak selayaknya menyatakan semuanya di awal. Kemudian aku menyerah.

Aku mencoba membuka hatiku untuk yang lain. Aku mencoba menjalin hubungan dengan orang yang menyatakan perasaan padaku. Namun hubungan itu tak berlangsung lama. Aku kembali memikirkan tentang dia. Berkali-kali aku mencoba untuk membuka hati, tetap saja selalu berakhir dengan cepat. Rupanya hati ini telah memilih dan tak ingin dipaksa berlabuh ke tempat lain. Sampai pada akhirnya, seseorang datang dan membuatku nyaman. membuatku bisa teralihkan dari pikiran tentang seniorku itu. Namun ternyata, itu pun tak berlangsung lama. orang itu meninggalkanku dan kembali pada cinta lamanya. Kemudian aku kembali terpuruk dalam lamunan dan hayalan tentang dia yang semu. Sampai saat ini, detik ini, aku masih memendam rasa pada seniorku bertahun-tahun. Mencoba menyerah tapi sama saja. Mencoba membuka Hati untuk yang lain tapi tak bisa. Hanya dia. Cuma dia. Yang membuatku menunggu, berharap, menyukai, sampai sejauh ini.

Cerpen Karangan: Aurina Anindya Nawang Safitri
Facebook: Aurina Safitri

Cerpen Cuma Dia merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Persahabatan Vs Cinta

Oleh:
Tepat pukul setengah dua siang, bel pulang sekolah berbunyi. Walaupun bel telah berbunyi tanda sudah berakhir jam pelajaran, tetapi kami tidak diperbolehkan pulang karena kami harus ikut belajar tambahan

Cinta Dalam Diam

Oleh:
Hai, namaku Azhar. Aku adalah mahasiswa ngetop di Fakultas Ekonomi, alasan ngetopku bukan karena wajahku yang tampan tapi karena IP ku yang selalu 4,0 di setiap semesternya. Bagaimana tidak

Anak Bangsa

Oleh:
Rasa kesal di hati membuatku geram. Seperti kata guru seniku bahwa Angklung LAGI LAGI diklaim negara tetangga. Apa-Apaan mereka itu!. Seperti tidak ada kebudayaan Hai, namaku Ara. Aku adalah

Maaf Jangan Ditiru

Oleh:
Persahabatan 2 anak ini sudah cukup lama mereka jalankan, sebut saja Cetar dan Membahana, sekarang mereka duduk di bangku kelas 9, waktu itu adalah pemberitahuan jadwal pelajaran, mereka pun

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *