Meratapi Nasib
Cerpen Karangan: XiuzeenKategori: Cerpen Galau
Lolos moderasi pada: 28 April 2022
Siang ini aku melamun, dengan pikiran yang penuh dan hati yang sesak. Sebentar lagi lebaran, tapi THR aku gak dapet, uang gajian baru turun akhir bulan. Aku sedih, ngeliat orang lain pada udah beli baju lebaran, udah belanja ini itu, beberapa orang juga dapet bingkisan lebaran dari tempat kerja mereka.
Sementara aku? Aku belum mendapatkan apapun, aku sedih, banget. Keuanganku menipis, bukan aku gak percaya rezeki itu dari mana aja. Tapi aku benar-benar lagi down melihat orang-orang yang beruntung. Terbesit sedikit penyesalan dan sekilas berandai-andai.
“Andai aja aku masih kerja di tempat yang dulu. Tanggal segini, aku pasti udah dapat bingkisan lebaran, uang THR dan libur pun aku dapat sampai seminggu.”
Jujur aja, ditempat kerjaku yang sekarang semuanya tampak abu-abu. Tidak jelas akan dapat apa nanti lebaran, kata kakak senior aja libur lebaran cuma 2 hari. Sedih gak sih? Aku gak mau merasa sedih, tapi ya beginilah nasibku.
Segala cara udah aku coba buat memenangkan diriku. “Mungkin, semua ini akan ada hikmahnya nanti. Atau mungkin, memang aku yang banyak dosa sampai mendapat nasib yang kurang beruntung seperti ini.” Dan akhirnya aku kembali negatif thinking saking terlalu overthinking.
Deru napas yang gelisah dan sesak ini gak bisa menghilang meski aku udah berulang kali memberitahu pada diriku. “Ini semua pilihanku, maka aku akan menikmatinya. Walau gak suka, tapi aku akan mencoba menerima. Aku bisa.”
Hatiku mengatakan, aku gak bisa menerima semua ini.
“Ya Allah, boleh aku meminta?
Aku tau betul bagaimana diriku.
Egois, gak mau susah, gak mau mengalah dan segala macam kekurangan lainnya.
Aku merasa akulah yang paling buruk.
Aku gak masalah kalau aku gak beruntung dalam urusan cinta, tapi aku berharap, aku benar-benar beruntung masalah ekonomi dan keuangan. Aku memikirkan keluargaku, bagaimana ayahku, ibuku, dan adik-adikku?
Aku tulang punggung keluarga, aku bekerja untuk membahagiakan mereka. Aku gak peduli kalau aku susah, biar aku saja yang merasakan susah. Keluargaku harus bahagia, aku akan berusaha lebih keras lagi.
Berikan aku uang untuk membeli kebutuhan lebaran. Berikan aku uang lebih untuk memberikan kebahagian lewat amplop saat lebaran. Jangan biarkan aku gak pegang uang saat lebaran. Aku tersiksa, aku gak bisa hidup begitu. Aku mau cari uang yang halal, aku gak akan melenceng atau berbuat menyimpang demi uang. Tapi tolong mudahkan rezekiku ya Allah, lancarkan. Aamiin.”
Sekali lagi aku tekankan, aku gak mikirin masalah cinta. Walaupun aku ingin menikah dan memiliki seseorang yang menyayangiku, tapi saat ini keluargaku adalah segalanya dalam duniaku. Tolong jangan hancurkan duniaku ya Allah.
Mengapa nasibku jadi seperti ini?
Menyedihkan sekali. Kadang aku benci diriku sendiri, tapi aku tetap ingin mencintai diriku agar tidak jatuh terlalu jauh. Sedih berlarut juga tidak baik, aku tidak stress atau depresi.
Aku hanya overthinking meratapi nasibku.
Aku hanya overthinking memikirkan kebahagiaan keluargaku.
Bahagia keluargaku, bahagiaku juga.
Entah itu prinsipku atau mungkin sudah menjadi tujuan hidupku sekarang.
Tamat
Cerpen Karangan: Xiuzeen
Instagram: @Xiuzeen_
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 28 April 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com
Cerpen Meratapi Nasib merupakan cerita pendek karangan Xiuzeen, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Aku Hanya Bisa Menunggu
Oleh: Oena KAku enggak tau kenapa bisa senyaman ini bila di dekatmu. Hati ini senang, menyatu dengan detak-detuk cepat jantung yang berirama. Mata ini pun tenang tidak lelah mencari sosok mu
Aku, Kalian, Kita
Oleh: Sipa Mashiro“Cepat sekali, ya…” Tanpa sengaja aku menggumamkan sesuatu di tengah lamunanku. Suasana kelas yang sunyi membuatku berpikir akan sesuatu. Ini bukanlah tentang betapa cepatnya laju angin hingga menyeret awan
Aku dan Jarak
Oleh: Yenti Siti NuryamanJarak? Aku menyebutnya bukan penghalang. Melainkan penghubung. Sesuatu seperti penguat atau bahkan bisa jadi suatu penghambat. Semua itu tergantung bagaimana jarak berpihak. Aku menjalani hubungan jarak jauh ini selama
Love 1 Month (Part 2)
Oleh: Wigi TyaPernah suatu ketika saat aku makan bareng bersama Lia dan Nikma di kantin sekolah. Nikma menanyakan satu hal yang sering dia tanyakan padaku, dan bahkan dia juga menanyakannya pada
Apa itu Cinta?
Oleh: Amalia TussyahadaAku melamun di atas rerumputan kering di bawah sinar sang rembulan, memikirkan kata yang sering ku dengar namun tak pernah ku rasakan baahkan aku tak mengerti apa maksud dari
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Ini aroma aromanya kaya curhatan gitu ya Xiu… hihi ^_^ Semangat!!!
~ Mod N