Prinsip

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Islami, Cerpen Cinta Romantis, Cerpen Galau
Lolos moderasi pada: 13 October 2017

Aku mencintainya, sangat mencintainya. “Walau sepihak”, tandasku pada hati yang seenaknya menciptakan rasa itu.
Ditambah hujan dari mataku enggan sepakat untuk tak nampak di hadapan orang lain.

Guess where i am! Bus, tepatnya di kursi ke 4 di belakang supir sebuah bus malam. Aku menangis seperti gadis dungu yang tak tahu waktu. Sebabnya? Aku yakin dengan membaca paragraf awal tadi kalian akan mengerti. Yup! Pria. Cinta sepihak pada seseorang nun jauh di sana.

Arda namanya. Satu kota kelahiran denganku. Hanya saja sekarang kami merantau di dua kota yang berbeda. Kira-kira umurnya dua atau tiga tahun diatasku.

Beberapa tahun lalu, aku lupa waktu pastinya, tapi aku ingat tempatnya di rumah sahabatku. Aku melihatnya dengan pakaian muslim sejati. Baju koko dan sarung, lengkap dengan peci hitam yang menambah seribu pesonanya jadi berlipat lagi. Hendak sembahyang Jum’at kiranya. Aku terpana tapi cinta itu belum terbaca pemindai hati.

Cinta itu bergejolak 6 bulan lalu ketika ia memulai percakapan denganku di dunia maya. Kami berkenalan dan dia sedikit tak percaya bahwa aku tetangga jauhnya. Terang kukatakan bahwa aku merasa pernah melihatnya dengan seragam peribadatannya. “Senangnya melihat pria berpakaian seperti itu, shaleh, kontras dengan remaja zaman sekarang”, dia hanya mengiyakan dan berkata jika dia tak sebaik itu.

Waktu bergulir, mulai ada rindu yang berkecamuk kala tak ada pesan darinya. Khawatir menyertai. Dan sadarlah aku jika cinta tengah bersemayam di sudut sanubari.
Ia pernah bertanya perihal kesendirianku di tengah-tengah kehidupan modern. Yang mana biasanya remaja sebaya kami ribut tentang kekasih dan roman picisan. Kubalikan pertanyaan itu padanya yang sama kutahu juga sendiri. “Yah, aku hanya belum menemukan seseorang yang tepat”, jawabnya. Aku tersenyum dan mengetik balasan, “Aku pun demikian. Dan aku percaya, Tuhan punya yang terbaik bagiku. Aku siap taaruf empat atau lima tahun lagi”.

Hmm, mungkin kalian berfikir aku seorang fanatik pada agama. Tidak, kalian salah jika berfikir demikian. Bahkan berhijab pun aku masih belum siap. Masih mengulur-ulur waktu menunggu hidayah. Tapi untuk urusan pasangan atau menjalin kasih di luar aturan agama aku segan. Meski kuakui aku pernah mencobanya dan tak menemukan manfaat apapun.

Hujan turun dengan derasnya malam itu, ketika aku memikirkan sesuatu. Aku memang mengharapkan Arda tapi jika ia memintaku menjadi kekasihnya aku akan tetap pada prinsipku. Yah, meski ia pernah memanggilku dengan kata “sayang”, yang seketika membuatku melayang.

Awalnya ia bertanya kapan aku pulang, ia berencana mengajakku pulang ke kampung halaman bersama tahun baru nanti. Kebetulan rencana kami cocok, maka kami tentukan waktu dan tempat janjian serta bus mana yang kami pilih. “31 Desember, bus Mawar pukul 7 malam, aku yang akan menemuimu, sayang”.
Sayang, ya sayangnya, I worry the planning would be undone. Akhir-akhir ini aku menjauhinya, sebagai saran dari seorang kawan.

“Arda itu pembual, kalau memang ada cinta untukmu, ia takkan membuat status semacam itu!”, kata-kata ini terngiang-ngiang sepanjang waktu. Begitupula status-status yang ditulisnya di dunia maya.
“Tak sabar menanti waktu temu”
“Rindu berbincang denganmu”,
“Hey, where are you? Sorry if my presence is bothering you?” dan status terakhir adalah status yang membuatku menangis di bus malam ini, 31 Desember tepat waktu janjian. Dan status itu berbunyi, “I will always love you”, aku yakini dia tengah jatuh cinta pada seorang gadis di sana. Itulah mengapa kawanku memintaku menjauhinya. Huft! Aku menurutinya berharap perih ini segera hilang.

ADVERTISEMENT

Aku menghapus airmataku dan memandang jauh ke luar jendela. Bus masih enggan melaju, mungkin karena hujan tak banyak yang rela berebut kursi penumpang. Harusnya di sampingku ada Arda sekarang. Hatiku menangis mengingatnya.
Maafkan aku, Tuhan. Tak seharusnya aku jatuh cinta padanya. Dia punya sejuta hak untuk mencintai gadis lain.

Beberapa menit sebelum sang supir menjalankan bus, seseorang duduk di sampingku, entah pria atau wanita, tua atau muda, earphone yang menggangtung di telingaku dan memutar Moonlight Sonata dengan lembut membuatku malas menghiraukannya. Volume standar memudahkanku mendengar kondektur yang menginstruksikan keamanan barang bawaan dalam perjalanan.

“Kau tak menungguku?”, orang di sampingku entah bertanya pada siapa. Dari suaranya kuketahui dia seorang pria.
Aku terkejut ketika tiba-tiba sebuah tangan meremas jemari tangan kiriku. Sontak akupun menoleh ke arah pemilik tangan itu.

Deg!
Ada yang menetes dari sudut irisku tanpa mampu kutahan lagi.
“A… Arda?”, ia tersenyum menatapku.
“Antarkan aku kepada orangtuamu. Akan kukhitbah kamu besok. Jika kamu masih butuh waktu aku siap menunggu empat atau lima tahun lagi”.

Cerpen Karangan: Roselyn

Cerpen Prinsip merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Cinta Rasa Ice Cream

Oleh:
“Datanglah kemari, aku menunggumu disini” Samar-samar kuintip layar handphone yang semalaman kutimbun dalam bantal, kurogoh dalam penat, dalam kantuk yang masih menyisakan mimpi dan kecewa semalam. Kubaca pesanmu sekali

Aku Bisa Apa?

Oleh:
Semacam ingin pergi tapi serasa ditahan, ingin bertahan tapi serasa dibuang. Bulan nampak redup, bintang pun seakan tertunduk sedih. Angin malam nampaknya sedang tidak bersahabat, berhembus seakan tanpa tujuan,

Oedipus Complex (Part 2)

Oleh:
Jadwal pertemuanku dengan Kean diatur seminggu dua kali itu berarti aku memiliki waktu 5 minggu untuk mengenalnya lebih dalam. Konsultasi pertama berlangsung buruk, Kean terus protes dengan pertanyaan yang

Berakhir Pada Rumput, Ilalang

Oleh:
Pohon-pohon rindang yang berdaun ikal dan pohon sakura yang indah tumbuh subur di kepala citra. Tanaman pemberontak seperti rumput juga ilalang bahkan tumbuh di tempat yang sama memenuhi lahan

Don’t Walk Away

Oleh:
Walau hanya dapat mengagumi pria itu, yang telah mempunyai kekasih. Tak dapat membuatku berhenti untuk memperhatikan dan selalu peduli padanya. Dia yang membuat ku bodoh untuk terus bertahan dengan

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *