Surat Untuk Kekasih

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Galau, Cerpen Patah Hati, Cerpen Pengorbanan
Lolos moderasi pada: 8 June 2013

Minggu 17.00

Kau tentu masih ingat Putri Angin-angin itu? Gadis kecil dengan pipi chubby, bermata sipit dengan rambut keritingnya yang kerap bilang kalau kau adalah Pangeran kodok yang beruntung mendapatkan cinta Putri angin-angin. Seperti itulah Aku menyanggah perasaanku sendiri.

Bagaimana caranya menolak cinta masa lalu? Kehadiranmu membuatku dilema di sepanjang hari-hariku pasca pertemuan kita. Melalui salah satu jejaring sosial itulah kau datang dengan segudang cerita yang masih jelas menghiasi kanvas masa lalu. Seperti sudah direncanakan oleh Tuhan. Di sudut masjid terminal Purabaya Aku bertemu denganmu. Aku tak akan bisa mengenalimu jika kau tidak menyapaku terlebih dulu. Aku tersentak kaget. Kau menyalami dan tersenyum padaku. Senyuman yang tak bisa ku ingat lagi kapan terakhir kali kau tersenyum untukku. Laki-laki yang dulu pernah ku benci kini ada dihadapanku. Wajah manis dengan warna kulit sawo matang, rambutmu yang cepak hitam lebat, serta lirikan nakalmu masih saja kau pamerkan dengan indahnya. Dengan lugunya kau bertanya tentang keadaanku. Oh… Rangga… Hatiku berdetak kencang ketika didekatmu. Kerinduanku akan sosokmu 8 tahun silam seperti magnet yang membuatku ikut hanyut dalam drama romantis perjumpaan kita. Ingin rasanya Aku memelukmu dan bilang “Putri angin-angin merindukanmu pangeran kodok”, namun Aku tak punya SIM (Surat Ijin Memeluk) sebagai bukti kerinduanku pada laki-laki yang terlihat sempurna dimataku. Benci dan cintaku berada di antara surga dan neraka. Andai kau tahu bagaimana rasa sakit dan bahagia ini sebagai oleh-oleh yang kau bawa semakin membuat Aku lemah sebagai wanita. “Akhirnya kita bertemu kembali”. Kata-katamu bagaikan syair tembang kenangan yang kau nyanyikan untuk melepaskan keraguan ini.

Dalam senda gurau dan tawa riang di teras masjid itu, tak sedikit pertanyaan yang kau lontarkan yang membuat kuping panas dan dahiku berkerut. Kenapa kau juga belum menikah? Barangkali kau pilih-pilih? Atau kau sedang menunggu Aku?. Uh… seperti wartawan saja yang sedang menjalankan tugas dan harus di tuntut untuk mendapatkan info. “Menurutmu apakah tak ada laki-laki yang suka kepadaku?”

Bukannya Aku tidak mau untuk menikah, sebelum bertemu denganmu saat itu Aku sudah tidak bisa mengenal apa itu cinta hingga tak sekali ataupun dua kali upaya mereka untuk merebut cintaku menjadi ajang perlombaan yang menghasilkan seorang pemenang. Tapi Aku tahu bukanlah hal gampang untuk bisa mencari cinta seperti cintaku padamu. Kenyataannya Aku selalu gagal dalam bercinta. Tak sedikit dari mereka yang mengataiku wanita bodoh, kuper, lugu dan terlalu percaya. Aku sendiri sudah tidak bisa membedakan mana laki-laki yang berniat baik dan mana laki-laki yang berniat jahat. Kau selalu memperlakukan Aku sebagai terdakwa yang terus-menerus disalahkan, hanya karena segala perbedaan hidup kita yang tak bisa sejalan. Sementara kau, begitu nyerocosnya membicarakan kebahagianmu kerena sebentar lagi kau mau menikah, meminang gadis impianmu. Hingga kini mungkin kau tak pernah tahu kalau Aku menyimpan harap setelah kehadiranmu. Saat kau mencium bibirku dan berkata “masih saja seperti yang dulu, kau selalu diam jika ku cium bibirmu”. Bisa kau bayangkan betapa sulitnya Aku berdamai dengan rasa cintaku yang melanggar semua pikiranmu tentang Aku. Namun Aku tak peduli karena yang Aku tahu hanya mencintaimu dan berusaha menyenangkan hatimu. Dan sekarang? Mungkin semuanya sudah tidak berarti apa-apa buatmu. Bahkan untuk mengulang kisah dulupun rasanya hatimu tak terpanggil lagi.

Namun, secara tiba-tiba wajahmu berubah. Wajah yang sumringah kini nampak menjadi dongkol, lemas, dan bingung. Kau mengira Akulah penyebab dari semua kesialanmu hari itu. Entah apa yang ada dipikiranmu?. Dompet berisi ATM, KTP dan surat-surat penting lainnya, tiket perjalanan, dan sebuah agenda kecil yang sangat berharga buatmu harus tertinggal di pondokan rumahmu. “Seandainya kau tidak menyuruhku cepat-cepat datang, mungkin Aku masih bisa bernafas lega” begitu tudinganmu padaku. Kata-kata itu seakan meremukkan persendian-persendianku. Entah bagaimana saat itu Aku berusaha menutupinya. “Mungkin karena ketidakberuntungan kita, hingga kau harus buru-buru kembali dan meninggalkan Aku”. Dan benar, Akupun tak bisa membantumu dalam mengahadapi problema kesialanmu saat itu.

Dulu Aku pernah berikrar dan meminta padaNYA bakal memperjuangkan cinta kita meski banyak perbedaan, rintangan yang tak tentu arah. Namun keteguhan hati dan rasa sayangmu tidak lebih tipis dari kertas karbon yang membuatku bertekuk lutut dan takluk dengan keputusanmu untuk mengakhiri hubungan kita. Setelah perpisahan kita Aku bagai beterai yang sudah karatan dan tidak berfungsi lagi. Kau tak peduli lagi pada serpihan-serpihan perasaanku. Ah… mungkin inilah sebuah kutukan atas kesalahanku karena telah memilihmu dan meninggalkannya yang setia hingga 1 tahun lamanya.

Salahku apa? Disinilah kebencianku padamu. Saking gembiranya Aku menyambut kedatanganmu untuk kedua kalinya, tak sedikit kau berikan air mata kesedihan untukku. Bahkan Aku relakan waktuku untuk bisa bersamamu meski harus wira wiri dengan letih dan rasa capek menggerogoti tubuhku. Bukan senyum dan kata maafmu. Tapi wajah kusam, mangkel, cuek dan terima kasih yang cukup buatmu untuk pelampiasan waktu dan pengorbananmu untuk pertemuan kita.

Batinku. Dari pada Aku harus melihat semua wajah sedihmu dan obrolan yang tak jelas, lebih baik tak usah kau datang kekotaku ini. Buang-buang waktu saja.

Kini Aku tak mengharapkan lagi pertemuan kita. Bila Tuhan menakdirkan kita bertemu itupun kita sudah menempuh jalan sendiri-sendiri. Kau menikah dengan gadis impianmu dan Aku menikah dengan laki-laki yang sangat Aku cintai bukan seperti kau tentunya. Tak ada lagi cerita tentang Putri Angin-angin yang kesepian di saat malam-malamnya, dengan cinta kasih pangeran kodok yang senantiasa menemani. Tak ada lagi pipi merona dan malu-malu saat kau mencium bibirku. Kepergianmu tanpa syarat seakan menjadi jawaban kalau kau adalah laki-laki pengecut yang takut untuk mempertahankan Aku. Tentu sekarang kau sudah bahagia disana, bersama kekasihmu. “Demi Allah, Aku tidak ingin hubungan di antara kita di dunia ini akan berubah menjadi permusuhan pada hari kiamat nanti”. Sekarang Aku ikhlas dan sudah memaafkanmu. Karena, Aku Mencintaimu dengan hatiku. Yang tersisa hanyalah Aku wanita kesepian dari waktu ke waktu hingga akhirnya Aku akan menjadi wanita seutuhnya.

ADVERTISEMENT

“Kedatanganmu saat itu adalah kenangan terakhir di sepanjang perjalananku di kota ini”.

Surabaya, 2011

Cerpen Karangan: Ika Fitriani
Facebook: prinses_fi15[-at-]yahoo.co.id

Cerpen Surat Untuk Kekasih merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Dua Hati Yang Terpilih

Oleh:
Mentari telah pergi meninggalkan pagi, hanya rembulan yang menghiasi langit kelam malam. Sunyi, sepi namun ku tetap di sini menatap langit dari balik jendela bilik. Lama kutatap rembulan malam

Karma Berlaku

Oleh:
Sebercanda itukah karma menghakimiku?. Berawal dari masa yang menurut orang banyak hal-hal indah yang takkan kita lupa sampai tua nanti, yaa.. Masa itu adalah masa-masa sma, saat itu aku

Di Ambang Ramadhan

Oleh:
Allahhu akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar Hari ini terakhir ramadhan, esok sudah tiba lebaran. Gema takbir berkumandang di seluruh penjuru desa. Tak beda dengan masjid yang satu ini, aku

Lautan Biru

Oleh:
Kutatap selembar foto kecil usang yang berada di tanganku. Melihat foto ini seakan aku tidak ingin melepasnya dari tanganku. Sebuah foto enam orang anak remaja perempuan dengan gaya foto

Pesan Untuk Dirimu Yang Mungkin Ada

Oleh:
Aku sering memimpikan sebuah mimpi yang sama berulang kali. Namun, ada sebuah mimpi yang terus menggangguku. Aku pernah mengutarakan gejolak aneh yang kurasakan mulai dari mimpi itu sendiri hingga

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *