Pacaran Jangan Di Jalan

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Gokil, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 7 December 2016

Angin bertiup begitu kencang di sebuah sore, walaupun gue tahu itu awalan paragraph yang klise, tapi akhirnya gue pakai juga karena udah gak ada ide lagi, tak terasa gue udah mau naik aja ke kelas 2 SMA, sementara saudara gue yang namanya Nafisah udah mau naik ke kelas 3 SMA, Walaupun Nafisah itu mesantren tapi sekolahnya tetaplah SMA, selain itu dia juga termasuk murid cerdas di SMAnya.

Tak terasa hari libur tinggal empat hari lagi, gue bener-bener kenyang liburan, gimana enggak coba, pertama liburan akhir sekolah, sekolah sebentar, terus disambung sama libur lebaran, emang luar biasa pemerintah pada saat itu
Hari semakin mendekati akhir liburan, waktu liburan, gue cuma puas-puasin lihat-lihat youtube, ingat YOUTUBE, bukan ****TUBE, gue tulis di pencarian dengan kata kunci Stand Up Comedy Indonesia, gue putar satu persatu video-video yang ada di youtube itu, sampai ada sebuah video Stand Up Comedy yang panjangnya kira-kira 16 menit, terus gue puter, pada saat videonya mau habis, si komika nyeritain tentang tips agar tidak disalahkan jika sedang berkendara, sumpah, itu kocak banget, kalau gak salah nama komikanya Ahmad Kemal Palevi.

Setelah ngelihat video itu, gue terinspirasi untuk mempraktekannya sendiri, kalau-kalau gue nabrak mobil, motor, tapi jangan deh mendingan gue gak nabrak, soalnya paman gue pernah nabrak orang sampe meninggal, dan gue akan ceritain dilain cerita, kalau gue ceritain di sini entar luber kemana-mana, ini kan bukan novel.

Malam sabtu gue ditelepon sama uwa gue, uwa itu sebutan bagi kakaknya orangtua, uwa gue namanya Qadir, dia itu kakaknya ibu gue dan ayah dari saudara gue Nafisah, rupanya Wa Qadir ini meminta gue untuk nganterin Nafisah ke pesantrennya yang ada di daerah Kramat, karena Zaini sudah berangkat kuliah ke Yogyakarta, kebutulan besok gue emang lagi kosong, dan emang gue mah kosong aja tiap hari juga, gue langsung bersedia buat nganter Nafisah ke pesantren.

Wih besok gue mau nganterin Nafisah nih, ke pesantren cewek, mudah-mudahan ketemu jodoh, gumam gue, gue emang hobi banget ngekhayal, tapi bukan ngekhayal dalam tanda kutip, kalau khayalan gue ditulis itu bisa jadi 20 buku novel yang tebalnya 200 halaman, karena hanya di dunia khayalan sajalah semuanya sangat indah, dunia khayalan itu dunia yang tanpa ada rintangan yang menghadang.

Gue bangun tidur kesiangan, mungkin abis mengkhayal waktu malam, gue bangun tidur pukul 5 pagi, gue langsung cuci muka, ambil wudhu dan langsung shalat subuh, setelah itu gue mandi, tapi bukan mandi besar, soalnya waktu malem gak ngelonjor (Ngelamun Jorok), dan pagi itu sama seperti apa yang dilakukan oleh orang-orang normal lainnya.

Gue berangkat ke rumah Nafisah kira-kira pukul 8 pagi, menggunakan motor matic kesayangan gue yang gue beri nama Negara, gue bener-bener sayang sama Negara, tapi suatu saat Negara gue rusak, dan harus diperbaiki, katanya Negara gue itu rusaknya gara-gara jarang dirawat dengan baik.

Rumah gue sama Nafisah emang deket bisa nyampe kurang dari 5 menit, gue disana langsung bantu-bantu buat ngeberesin keperluan Nafisah untuk pesantren, kaya buku, tas, sepatu dan lain-lain,
“Teh Nafisah, kalau mesantren tuh enak gak sih?” Tanya gue
“Coba aja sendiri”
“Gak ah takut gak enak, oh iya, di pesantren bisa nonton Persib gak?”
“Ya enggak lah, ngaco, bawa handphone juga gak boleh”
“Yah gak seru, kyainya bukan bobotoh, jangan-jangan kyai nya The Jack yah?”
“Hus, ngaco kamu, ustadz-uastadz itu gak mikirin masalah duniawi, apalagi mikirin Persib, kan masih ada pekerjaan yang lebih bermanfaat daripada nonton Persib”

Pukul 10 pagi gue berangkat, sebelum berangkat, pulangnya disuruh ke rumah uwa gue dulu, baru jalan sekitar 1 km motor gue bannya bocor, untungnya bocornya di dekat tambal ban, gue tungguin lumayan lama sekitar setengah jam, setelah selesai, gue lupa gak bawa uang, terus gue pinjem sama Nafisah, terus gue kasih ke tukang tambal ban
“A, ga malu minjem uang sama pacar?” ujar si tukang tambal ban sok tahu
“woy bang, jangan sok tahu lo, dia itu saudara gue” ujar gue marah
“Ciee, si aa ditolak terus saudara-saudaraan”
“Woy kampret sembarangan aja lo ngomong, udah Teh Nafisah kita pergi, dasar tukang tambal ban gila”
“Makasih bang” ujar Nafisah
“Udah gak usah makasih segala” kata gue ketus
Setelah itu gue lanjutin perjalanan

Nafisah pesan kalau sama gue kalau jalanin motornya gak usah ngebut-ngebut, yang penting nyampe, dan semua itu gue turutin, gue ngejalanin motor yang biasanya 80 km/jam, kali ini cuma 40 km/jam, ketika itu gue cuma di pinggir aja, karena gue bukan raja jalanan kayak ibu-ibu yang lampu sennya gak dimatiin, atau angkutan umum yang selalu tiba-tiba berhenti mendadak, bisa dibayangkan jika ibu-ibu yang nyetir angkutan umum mungkin akan kacau jalanan, udah sen kanan, berhenti mendadak pula.

ADVERTISEMENT

Namun, namanya juga orang kampung, masih ada saja yang sennya sudah benar tapi tetap saja di teriakin, dan cuma di Indonesia suara itu lebih cepat dari cahaya, jika tidak percaya, coba kendaraan kalian paling depan, maka suara klakson kendaraan di belakang akan lebih cepat terdengar dibanding dari lampu merah ke lampu hijau, dan asal perlu diketahui, arti dari warna lampu merah di Indonesia ini berbeda dengan Negara lain, di Indonesia hijau artinya jalan, kuning artinya jalan, dan merah artinya berani, ya berani melanggar tata tertib lalu lintas.

Waktu gue lagi enak-enaknya, jalan di pinggir pelan-pelan, sambil melihat pemandangan gunung kuda yang sudah tidak ada pepohonan karena telah dijadikan tempat penambangan batu untuk dijadikan perhiasan rumah, batu nisan, vas bunga dan lain-lain, ketika itu terdengar teriakan berupa makian ke arah gue, “WOY KALAU DI JALAN JANGAN PACARAN MONYET”, gue langsung kaget
“itu si abang mabuk g*nja atau kebanyakan makan tape sih, oh jangan-jangan dia jomblo ngenes” ujar gue menggerutu
Gue yang udah dikatain pacaran sama saudara gue sebanyak dua kali, gue marah gue kejar tuk abang-abang gila, gue kebutin, pas ada di pinggirnya gue teriak “LO JUGA JANGAN PACARAN DI JALAN KAMPRET” dan kebetulan ketika itu, si abang-abang sedang membonceng nenek-nenek.

Sampai di Kramat, Nafisah mengatakan hanya diantar sampai bundaran di Kramat saja, karena sudah janjian dengan temannya, dan gue iyain aja walau agak kecewa, karena gak bisa lihat santri-santri cewek yang mungkin cantik dan solehah, usai mengantar Nafisah gue langsung ke rumah uwa gue, karena udah disuruh.

Cerpen Karangan: Ibnu Fadlillah
Blog: tidakadajudul12.blogspot.co.id

Cerpen Pacaran Jangan Di Jalan merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Bertempur (Part 2)

Oleh:
Pagi hari telah menjelang, sepeda yang tadi kukayuh telah terparkir, dengan segera kulangkahkan kaki menuju kelas. Duh apa yang terjadi? Gak biasanya ada perasaan deg-degan gini pas berangkat sekolah…

Tak Tersampaikan

Oleh:
“brisik” grutuku mendengar orang-orang di sebelah rumahku sedang melakukan pembangunan rumah. Bangunan tingkat dua sama seperti rumahku. Rumah itu sudah hampir jadi sekarang. Aku tak sabar menuggu rumah itu

Cinta di Sekolah

Oleh:
Dikala itu, aku bertemu denganmu di sekolah. Aku tidak sengaja bertemu, dikala itu kita sama sekali belum saling mengenal satu sama lain apalagi memulai pembicaraan secara langsung maupun di

Berpegang Teguh Pada Prinsip

Oleh:
Diera sekarang itu remaja sepertiku sangat identik dengan pacaran. Menurut sebagian besar dari remaja sekarang kalau nggak punya pacar itu nggak gaul lah, nggak lakulah apalah. Tapi menurutku buat

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

2 responses to “Pacaran Jangan Di Jalan”

  1. salsa says:

    gokil bangeeet WKWKWKCKCK

  2. nanda amalia says:

    Wauww, wakawaka, kwerwn tu

Leave a Reply to nanda amalia Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *