15:21

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Horor (Hantu)
Lolos moderasi pada: 27 December 2016

Hahhh… oke aku langsung saja. Perkenalkan namaku Rachelia. Panggil saja Rachel. Begitulah caraku memperkenalkan diri di depan kelas. Ya, aku murid baru di kelas XI ini. Aku pindahan dari Jerman karena ayahku dipindah tugaskan ke Hongkong ini.

Aku langsung duduk di bangku kosong di paling depan, yang ditunjuk guru yang mendampingiku. Entah kenapa aku menjadi pusat perhatian setelah duduk bangku ini. Aku merasa ada keganjalan di bangku ini.

“Hai… salam kenal. Aku Tris.” Sapa perempuan tidak terlalu cantik yang duduk di sebelahku.
Tapi, aku orang yang tak suka banyak bicara. Bahkan aku tak punya teman yang mau diajak bicara. Semua menganggap aku aneh. Begitupun dengan saat ini. Saat ini aku sendiri di dalam kelas yang suram ini. karena, semuanya keluar untuk beristirahat.
Dan aku? Aku memang lebih suka menyendiri. Tris yang sedari tadi keluar masuk kelas dengan melontarkan berulang-ulang pertanyaan yang sama kepad ku. “apa kau tak bosan di dalam? Ayo keluar.” Sampai aku bosan mendengarnya. karena, aku tak pernah suka orang yang berusaha akrab. Dan…
“ah… kau bisa tolong aku. Di sini sempit. Dan aku tak bisa melihat. karena mataku. Mataku, telah dia congkel. Atau kau yang akan kucongkel matanya. Hahaha…”
Tiba-tiba ada suara yang bergema di telingaku, Siapa itu tadi?. Mataku menyisiri seluruh isi ruangan ini. Tapi tak kutemui siapapun di sini, kecuali aku. Dan, Kenapa dia minta tolong? Siapa yang telah mencongkel matanya? Ah… sial.
Tiba-tiba aku bergidik ngeri mendengar jeritan itu. Entah kenapa, kali ini aku merasa sedikit takut. karena, aku memang tak pernah percaya yang namanya hantu. Meskipun aku orang yang suka hal-hal yang berbau negatif. Tapi, sekilas tadi aku mendengar bisikan anak-anak bahwa bangku yang kududuki ini adalah bangku mata setan katanya. Dan baru sekarang ini, aku mengalami hal yang begitu nyata. Tidak, aku tidak mungkin mengkhayal. Jeritan itu sangat nyata. Jeritan itu selalu datang padaku.

Sudah dua hari aku mendengarnya, dan dengan kalimat yang sama. Dan, anehnya lagi pada jam yang sama suara itu terus muncul. Yaitu tepat pada jam 15:21. Dan aku ingin, pada hari ini. Aku harus menemukan jawaban dari semua pertanyaan yang sudah memenuhi otakku.
Sesekali aku melihat jam putih seram di atas papan tulis putih. Entah kenapa aku berulang kali melihatnya seakan-akan aku menantikan seseuatu. Ya! ya, memang benar, aku memang menanti sore itu. Dan paling penting, aku menantikan suara itu lagi. Tris dari tadi mengajakku keluar dari kelas yang suram ini. Tapi… aku harus tetap berada di kelas ini.
“Aku harus menunggu!” Itu kalimat yang kulontarkan pada temanku. Meskipun Tris tampaknya tak mengerti apa yang kubicarakan. Dia akhirnya pergi meninggalkanku juga.

Saat ini jam putih itu melotot padaku, seolah dia menunjukkan suara itu pasti datang. Dan hanya untukku. 15:11 aku melihat jam putih itu lagi saat aku menyadari aku harus ke kamar mandi sebentar.
15:18 saat aku kembali ke kelasku dan duduk di sebelah Tris yang melihatku seperti orang bingung. Dan dia datang. Bukan, bukan dia. Tapi dia, guru yang sekaligus kepala sekolah telah memasuki ruangan kelasku, mendahului suara aneh itu. Aku pun gelisah. Lalu…
“Ah… Rachel, ah.. ahkk kau belum tau kan aku selama ini berada di dekatmu. Sangat dekat. Aku ingin matamu Rachel. Aku ingin mengambilnya darimu. Mata yang indah. Dan, itu milikku. Aku akan membuatmu menyongkel matamu sendiri.”
Ya! seperti apa yang aku harapkan. Dia datang, Suara itu datang. Dan menyampaikan pesan mengerikan di telingaku. Mata? Kenapa? Apa maksudnya? Mengapa dia harus mengambil mataku. Siapa dia?.

Pulang dari sekolah. Aku memasuki kamarku yang gelap. Aku pun tak mempedulikan mama yang sedari tadi memanggilku. Di dalam kamar, aku mendekati cermin yang menempel di tembok sudut kamar. Kamarku bercat hitam, meski gelap, tapi aku menyukainya.
Dan sifat-sifat anehku itu yang membuatku tak punya teman. karena, memang tak ada yang mau berteman denganku, menurut mereka aku aneh. karena, aku suka menyendiri. Tapi, ya sudahlah, aku tak terlalu mementingkan hal yang seperti itu.

Aku terus memandang diriku dalam cermin, dan aku mendekatkan wajahku ke cermin, aku terus menatapnya. “Tapi, eh..tunggu dulu, kenapa? Aku, wajahku, mataku. Mataku hilang!. Mengapa?, siapa dia sebenarnya?”.
Ah.. tiba-tiba saja aku tersadar dari lamunan yang menyeramkan itu. Aku bersyukur bahwa tadi hanyalah khayalan. Tapi, mengerikan juga rasanya melihat lubang yang seharusnya terisi oleh pupil mata, berubah menjadi lubang hitam yang menyeramkan.

“Ah… Rachel itu aku, aku yang menggambarkan diriku dalam cermin barusan. Kamu ingin tau siapa aku?, dan kenapa aku ingin matamu?. Matamu indah Rachel, aku suka matamu, aku juga mempunyai mata seperti itu dulu, tapi telah dia ambil.”
Dan suara itu terdengar lagi. Aku kini masih di depan cermin, dan saat aku berbalik, kamu tau apa yang terjadi?. Dia!, hantu itu, pemilik suara itu, ada di depanku. Berani sekali dia menampakkan dirinya di depanku dengan wujud yang sangat menjijikkan. Biar kuberi tau padamu bagaimana wujudnya.
Dia tinggi, hitam, kulitnya meleleh, dan ada banyak ulat yang menjadi aksesorisnya. Tubuhnya mengeluarkan bau anyir dan busuk, wajahnya koyak, mulutnya lebar dan memuntahkan cairan kuning yang menjijikkan. Dan pada inti yang paling penting, dia, oh tidak. Matanya hilang!, tapi, anehnya wajahnya menggambarkan kesedihan. Aku berusaha tenang melihatnya. Meskipun aku saat ini merasakan perutku mulai mual.
Dia tersenyum melecehkan kepadaku. “Siapa kamu?” dan mengapa kamu menginginkan mataku. Aku memberanikan diri untuk bertanya.
Dia terus menatapku. “Aku hanya mencari perhatianmu Rachel, aku ingin basa basi denganmu”. Ah…apakah hantu ini tak tau kalau aku orang yang tak suka basa basi, aku menggerutu dalam hati. aku baru menyadari kalau sekarang aku sedang berbicara dengan hantu.
“Aku temanmu juga Rachel”, tiba-tiba dia mulai bicara.
“Aku juga satu kelas denganmu, bahkan, bangku yang kau duduki sekarang adalah bangkuku, Dan tempat aku dibunuh olehnya”, tiba-tiba wajahnya berubah menjadi makin menyeramkan dari sebelumnya. Aku masih terpaku dengan kondisiku yang masih berhadapan dengannya. Dan dia mulai melanjutkan ceritanya.
“Temanmu Tris, dialah yang menyebabkan aku begini. Dia mencongkel mataku, dan kau tau dia apakan bola mataku yang sudah dia congkel?” Aku tidak menjawab, karena aku memang tidak ingin menjawab pertanyaannya. Biarlah, kudengarkan saja.
“Lalu, dia injak bola mataku yang sudah dia congkel, aku meraung ke sakitan, dan sebelum itu dia mengikat tubuhku di bangkuku, dia menumpahkan air raksa yang panas pada tubuhku, semua kulitku meleleh, tapi, dia menertawakanku Dengan rasa tidak bersalah dia menginjak-injak tubuhku, saat itu aku berusha menjerit, tapi, tak ada gunanya, mulutku dia sumbat menggunakan kain. Aku dibanjiri darah, aku meronta-ronta tapi dia malah menendangku, dan untuk yang terakhir kalinya dia mencambuk tubuhku dengan sabuk hitam yang selalu dia gunakan. Sangat sakit Rachel, dan kamu tau mayatku dikuburkan di mana?, dia menyeretku ke belakang sekolah, dan dia menguburku di bawah pohon beringin itu”. Cukup!.
Kini, aku yang akan memulai bicara, sedari tadi aku menyadari yang ku ajak bicara adalah hantu yang biasanya ditakuti semua orang. Tapi, kini aku menyadari sesuatu, wajahnya, wajahnya berubah menjadi cantik, sangat cantik. Dan dia, matanya, aku mencoba mendekati hantu itu dan menyadari bahwa matanya persis seperti mataku, lentik, hitam.
“Itukah sebabnya?” Aku mulai mengajukan pertanyaan.
“Ya, benar Rachel mataku dan matamu sama, karena itu aku memilihmu.” Oh.. dia menjawab pertanyaanku dengan cepat.
“Tapi, apa sebabnya Tris membunuhmu?” Tiba-tiba aku penasaran.
“Tris, membenci diriku karena, aku, kepala sekolah..”
“Kenapa kepala sekolah?” Aku bertanya kenapa guru bermuka masam itu ikut dalam masalah ini.
“Ya, kepala sekolah memberikan perhatian lebih padaku, karena, aku selalu menjadi yang nomer satu di kelas. Dan kepala sekolah selalu mengatakan kalau mataku indah.”
“Oh, jadi karena itu guru yang sekaligus kepala sekolah itu selalu menatapku?”
“Ya, Rachel karena, dia merasakan ada diriku dalam dirimu.”
“Kapan kau dibunuh?, bagaimana bisa Tris menghilangkan jejakmu yang penuh dengan darah saat itu.”
“Pada awal liburan musim dingin, Tris mengirimiku sebuah pesan, dia memintaku menemuinya sore hari nanti di kelas, dengan alasan merayakan ulang tahunnya, saat aku di kelas, Tris dan tiga temannya mengikatku di tempat dudukku dan mereka mulai menyiksaku. Dan tepat pada jam 15:21 aku meninggal. Dan, karena itu aku bersuara padamu tepat pada jam yang sama di mana aku menghembuskan nafas terahirku. Dan, untuk menghilangkan bekas perbuatan keji yang mereka lakukan, mereka mengepel lantai dengan salju, sehinga lantai kelas Nampak bersih seperti biasanya.” Lalu orangtuamu?.
“Saat orangtuaku khawatir karena aku tidak pulang hingga larut malam, Tris mengirimi pesan singkat yang berisi bahwa aku telah kabur dari rumah dan takkan kembali pada orangtuaku melalui handphoneku yang Tris ambil sebelum dia membunuhku. Awalnya orangtuaku tak percaya. Tapi, Tris sangat pintar mengendalikan suasana, tris bilang penyebab aku kabur dari rumah adalah, aku tak tahan melihat ayah dan ibuku bertengkar, sehingga lambat laun, aku dinyatakan menghilang dengan kemauanku sendiri”. Dan sepertinya ceritanya berakhir sampai sini, karena, aku melihatnya, dia sudah menutup mulutnya.
Hah… kini aku mulai mengerti, cukup panjang dari tadi hantu ini bercerita. “Lalu apa tujuan mu kepadaku? Apa, kamu menyuruhku membalaskan dendammu kepada Tris?”.
“Oh… cukup!” Tiba-tiba hantu itu memotong perkataanku.
“Aku tak ingin balas dendam, aku hanya ingin kau menguburkanku dengan layak.” Aku lalu diam sejenak, memikirkan ini dan itu, aku tau aku harus membuat keputusan, atau hantu ini akan terus menganggu telingaku dengan suaranya yang meyeramkan.
“Oke! Aku akan menguburkanmu dengan layak, hanya itukah permintaanmu?” aku mencoba menyombongkan diri, padahal aku berharap hantu ini tidak akan meminta yang lain lagi.
“Ya! Kamu bisa kan?.” Hantu ini bertanya lagi.
“Kenapa tidak?” Aku makin berani untuk sombong.

Dan mungkin ibu menganggap aku sudah gila, karena, ibu sedari tadi mengetuk pintu kamarku yang sengaja kukunci. Dan aku hanya meyakinkan permintaan hantu tadi dengan anggukan mantap, dia akhirnya menghilang seperti hantu pada umumnya. Kubuka pintu. Lalu ibu bertanya ini dan itu tentang yang kulakukan di dalam kamar tadi, aku hanya tersenyum kecil dan meyakinkan ibuku bahwa tidak ada sesuatu yang perlu dikhawatirkan.

Tepat pada jam 18:51 aku keluar rumah dan menuju sekolah. Aku beralasan ingin mengambil barang yang tidak sengaja kutinggalkan tadi di sekolah pada ibuku. Aku hanya membawa lampu senter dan satu sekop berukuran besar. Sampai di belakang sekolah aku langsung menuju pohon beringin yang besar itu dan mencari gundukan tempat mayat hantu yang tidak kutau namanya itu berada.
Ya! Sampai saat saat ini aku tak tau nama hantu itu, bahkan aku memang tidak ingin tau. Aku menemukan gundukan itu, dan belum sempat aku gali, tiba-tiba…
“Rachel apa yang sedang kau lakukan?” Tiba-tiba Tris mengagetkanku.
“Kenapa dia ada di sini? Tau dari mana dia?” Aku terus melontarkan pertanyaan kepada diriku sendiri.
“Oh Rachel… apakah kau sudah tau tentang Rieka?”, Tris lalu bertanya tentang seseorang yang tak pernah aku tau.
“apa? Siapa Rieka? Oh apakah hantu itu?”, aku pun kembali berbicara sendiri dan menerka-nerka.
“Oh Rachel… Aku dengar dari ibumu, kalau kau berbicara sendiri di kamar, dan ibumu juga bilang kalau kau terus membicarakan tentang kuburan.” Tris nampaknya mulai mencurigai apa yang telah aku ketahui.
“Ibu, kenapa kau memberi tahu penjahat ini tentang segala hal?”, aku tiba-tiba menyalahkan ibu yang tidak mengerti apa-apa.
“Aku yakin kau telah tau Rachel.” Tiba-tiba muka tris menjadi seperti penyihir.
Aku hanya diam. Dan…
“Itu adalah perbuatanku, aku yang membunuh Rieka, dan aku akan membunuhmu juga”,
“ah… kenapa dia tiba-tiba langsung membuat keputusan?” Tris mendekatiku, di tangan kanannya dia memegang pisau kecil yang dia arahkan tepat ke mataku.
“Aku akan mencongkel matamu juga Rachel, kau memiliki mata yang sama dengan Rieka.” Tris mengancamku. Aku memang pemberani tapi aku tak tau belajar bela diri. Jadi saat ini aku tak bisa melawan Tris. Dia mengangkat tangannya, bersiap-siap untuk menancapkan pisau itu ke mataku.
Tiba-tiba, Tris jatuh karena dipukul oleh seseorang dari belakang. Dia pingsan, dan kau tau siapa yang menolongku?, dia, kepala sekolah yang bermuka masam, yang ikut dalam kisah menyeramkan ini. Tris lalu dibawa ke uks. Dan sementara dia harus ditahan di sana. Lalu saat ini aku harus berterima kasih padanya. Sebelum pak kepala sekolah ini bertanya ini dan itu, aku menjelaskan semua hal yang memang perlu aku jelaskan.

ADVERTISEMENT

Pagi harinya mobil ambulans dan polisi menyesakkan halaman sekolahku, di belakang sekolah dipenuhi banyak orang, kuburan Rieka ditemukan, lalu mayatnya dikuburkan dengan layak, keluarganya menangis dan selalu berterima kasih padaku, dan jujur saja aku bosan dengan ucapan terimakasih itu. Meskipun aku tetap berusaha tersenyum. Demi menyamankan hati mereka.

Aku menjadi buah bibir di sekolah, itu sudah biasa. Tris dan tiga temannya yang sampai saat ini tak kutau namanya dijebloskan dalam penjara. Mereka memang seharusnya mendapatkan hukuman itu.
Dan kejadian ini mulai membuatku lebih terbuka pada orang lain, aku mempunyai banyak teman. Sekarang aku mulai pandai bergaul, bibirku kini bisa mulai menganga karena tertawa. dan untuk pertama kalinya aku berterimakasih pada pengalaman ini yang menjadikanku wanita normal.

Terimakasih sudah membaca.

Cerpen Karangan: Nurur Rifqotul Maulidah
Facebook: Riffatulmaulida

Cerpen 15:21 merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Mimpi Yang Membawa Berkah

Oleh:
“Hai Wilson.” Suara wanita-wanita disekolah terdengar ditelinga gue. Gue sudah terbiasa disapa cewek-cewek yang cantik. Gue sebetulnya dinobatkan sebagai cowok tertampan disekolah. Dan yang pasti cewek-cewek disekolah ini pada

Misteri Hantu Lift

Oleh:
Keramaian lalu lintas di perkotaan sudah biasa terjadi, menjelang pagi, kemacetan selalu saja terjadi di kota yang begitu padat. Kota jakarta merupakan salah satu kota yang paling setia dengan

Jumpa Menebus Janji (Part 2)

Oleh:
Minggu 29, Juli 2022 Silvi tidak kuliah hari ini, aku gak tau kenapa dia gak masuk kuliah, padahal hari ini dia ada jadwal kelas. Aku memutuskan untuk pergi ke

Gadis di Balik Jendela

Oleh:
“Eh, apa itu.. di balik jendela rumah sana?” “Apakah itu seorang gadis?” Tuk… Tuk… Tuk… “Gadis itu ngetuk-ngetuk jendela, ya? Dia manggil kita?” “Kita datangi, yuk.” GEDOR DORR DORRR

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *