Gang Apel

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Fantasi (Fiksi), Cerpen Horor (Hantu), Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 18 September 2014

Kriiing… Jam weker di kamarku berbunyi nyaring saat menunjukan pukul 05:35 “Sudah pagi? Cepat sekali waktu berlalu” kataku dalam hati, Aku langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. 20 Menit kemudian Aku sudah hampir siap untuk berangkat sekolah, “Aldi, makan pagi sudah siap” ibuku memberitahu “Iya bu sebentar lagi” aku menjawab.

Setelah perut terasa kenyang, barulah aku berangkat sekolah temanku Adi sudah menunggu di depan pagar rumahku, “kamu lama banget sih? Kamu kan tau kalau hari ini kita harus berangkat pagi agar kita tidak terlambat lagi” kata Adi “Maaf, lagian kamu juga sih, udah ada di depan rumahku kenapa nggak manggil?” aku membalasnya, “ah… sudah yuk kita berangkat sambil menyusul teman kita yang lain” Balas Adi, lalu kami langsung bergegas menuju Rumah Alfian. “hey… ayo cepat kalian lama sekali kita hampir terlambat lagi nih” kata Aldo “iya nih katanya mau berangkat pagi, kalo kaya gini sama aja kaya kemarin” lanjut Alfian “iya maaf lagian nih Aldi keluarnya lama banget” balas Adi “sudahlah sebaiknya sekarang kita cepat berangkat sekarang” jawabku “ya udah yuk” lanjut Alfian.
Lalu kami berempat langsung berangkat menuju sekolah, dengan langkah yang tergesa gesa kami sudah berjalan 100 meter dari tempat pertemuan tadi, namun tiba-tiba langkah kami terhenti setelah kami melihat tanda yang bertuliskan “gang Apel” gang ini memang gang yang paling ditakuti di desa sindang jaya, bukan karena penduduk yang mendiami gang tersebut namun kisah dan ceritanya yang membuat bulu kuduk merinding saat memasuki gang ini. “Hey teman-teman bagaimana kalau kita masuk ke Gang ini saja agar lebih cepat” kata Adi “apa? Masuk gang ini? Lebih baik aku terlambat dan di hukum pak Edy dari pada masuk ke gang ini” aku menjawabnya “iya nih Adi, emang kamu tidak tau cerita yang selama ini beredar tentang gang ini?” lanjut Alfian “ya dari pada kita terlambat” kata Adi “haduh Adi! Mendingan aku ketemu pak Edy dari pada harus ketemu setan di sana” Kata Aldo “iya betul tuh!” Aku dan Alfian berkata hampir bersamaan.
“ya sudah kalau kalian berkata seperti itu ayo kita gunakan jalan memutar” kata Adi “nah gitu dong, yuk berangkat! Eh tunggu tali sepatuku lepas nih.” Pada saat aku memperbaiki tali sepatuku tidak sengaja aku menengok ke arah gang itu, Anehnya aku seperti melihat sesosok bayangan putih berambut panjang di salah satu rumah kosong di gang itu. “aneh, apa itu? Hiy…serem! Hey teman-teman tunggu aku” kemudian aku langsung berlari menyusul teman-temanku.

15 Menit kemudian barulah kami sampai di sekolah, dengan jantung yang berdebar kami mencoba masuk dengan langkah perlahan berharap tidak di ketahui pak Edy guru wali kelas kami, yang tiba-tiba plak… pak Edy memukul pundakku dan Alfian, kami sangat terkejut melihat pak Edy tiba-tiba berada di belakang kami. “dari mana kalian? Sudah jam berapa ini? Kalian terlambat lagi! Apa kalian ingat janji kalian kemarin?” marah pak Edy, “iya maaf pak tadi kami memakai jalan memutar untuk sampai ke sekolah” Jawabku “banyak alasan memangnya tidak ada jalan lain!” lanjut pak Edy “Ada sih pak tapi jalan itu angker pak kami takut pergi kesana” jawabku “kalian takut apa? setan? sekarang sudah bukan jamannya percaya hal seperti itu” pak Edy makin marah “tapi ini beneran pak kami nggak bohong, jalan itu emang serem banget” Kata Aldo “Sudah cukup! sekarang kalian berdiri disini sambil hormat bendera sampai jam istirahat!” Pak Edy berkata dengan nada yang tinggi.

Kami berdiri di lapangan upacara sambil menghormat bendera merah putih dengan rasa malu karena dilihat oleh kelas lain yang sedang praktek olah raga, “waduh untung cuacanya agak mendung, jadi nggak terlalu panas nih” Alfian mulai berbicara “iya sih, tapi malu juga nih ada kelas yang liatin kita tuh!” Aldo melanjutkan “Lagian kalian sih diajak pake jalan yang cepta malah nggak mau, jadi kayak gini nih akibatnya” Adi menimpali “memangnya kamu berani Di, masuk gang itu sendirian?” tanyaku “ngga tau sih tapi gang itu ngga terlihat nyeremin tadi” jawab Adi “Nggak nyeremin apanya orang tadi aku lihat bayangan putih disana, hiy… serem tau” lanjutku, “hah? bayangan putih? yang bener Al?” tanya Aldo “iya bener! Tadi pas aku benerin tali sepatu ngga sengaja aku melihat gang itu dan tiba-tiba ada bayangan putih di sana” jawabku “masa sih? perasaan tadi nggak ada apa-apa deh” Lanjut Adi, baru saja sebentar kami berbincang pak Edy sudah mengijinkan kami masuk ke kelas, katanya sih mau ulangan. “Huh… akhirnya bisa masuk kelas juga” kata Aldo “ya…. walaupun begitu tetap saja kita masih harus berangkat pagi besok” Lanjut Adi “Iya betul tuh!” Tambah Alfian “Baiklah sekarang begini, Besok kita harus kita harus beragkat pukul 06:00, siapapun yang terlambat di antara kita sudah tinggalkan saja, bagaimana?” Aku berkata sambil mulai berjalan menuju kelas diikuti ketiga temanku, “OK!” Aldo, Alfian, dan Adi secara bersamaan, Akhirnya kami semua menuju kelas dan mengikuti ulangan tersebut.

Akhirnya bel istirahat berbunyi tanda pelajaran jam pertama usai begitu pula dengan berakhirnya waktu pelaksanaan ulangan ini, di dalam kelas kami enggan pergi ke kantin karena tidak ada di antara kami yang perutnya mulai lapar, kami hanya duduk dan secara tidak sengaja kami mendengar percakapan Aneh dua orang teman kami yang lain di kelas, yakni Reno dan Fadil. “eh Dil, kamu tau nggak katanya Raka teman kita dia kemarin masuk ke gang Apel dan sampai sekarang Dia belum pulang” Reno mengatakannya dengan raut muka yang serius “hah? yang bener? pantas saja dia tidak masuk hari ini” Fadil merespon dengan penasaran “iya, katanya Orangtua dan warga di sekitarnya sudah mencarinya ke dalam gang itu dan mereka hanya menemukan topi yang di pakai Raka saat dia memasuki gang itu” Lanjut Reno “Hiy… kok aku jadi makin takut sih mendengar cerita ini” Kata Fadil “Dan katanya sih Raka menjadi tumbal penunggu Gang itu Dil” lanjut Reno “ah… sudah cukup aku tidak mau dengar lagi” Fadil mengatakannya sambil menutup telinga, lalu kami menghampiri mereka dan mulai mengajukan pertanyaan “Apa kalian bilang? Raka jadi tumbal Gang Apel?” Tanyaku dengan penasaran “Iya katanya sih begitu” Jawab Reno “memangnya kamu tau dari mana Reno?” Tanya Fadil “rumahku kan dekat dengan rumah fadil, jadi aku mendapat berita ini dari para warga yang ikut mencari Raka di sana” Jawab Reno. “hmm… sepertinya ini menjadi kasus yang harus dipecahkan” Alfian mengatakannya dengan gaya yang sok serius

“nah, aku punya ide bagaimana kalau kita sehabis pulang sekolah, Kita cari Raka di Gang itu, Bagaimana?” Kata Adi “apa kamu gila? Raka saja yang terkenal pemberani sampai hilang di sana apalagi kita yang penakut, nanti kita malah dimakan setan disana Hiy…” Fadil menimpali “Iya bener juga si Fadil, kalau kita harus masuk ke gang itu, resikonya terlalu berbahaya” lanjut Reno “ayolah lagi pula kita Ada Enam orang, kalau Hantu itu datang tinggal kita serbu aja bareng-bareng, iya kan?” Kata Adi “tapi apakah Orangtua Raka sudah menghubungi pihak kepolisian tentang hal ini? siapa tau saja Raka diculik disana” Kata ku “sudah, tapi hasilnya tetap NOL aparat kepolisian tidak menemukan petunjuk apapun selain topi yang ditemukan sebelumnya, mereka hanya menemukan bekas sobekan kecil dari baju Raka” Kata Reno “aduh… gimana sih, itu namanya mereka menemukan petunjuk” Timpal Alfian.
“Ya sudah, ayo kita juga ikut mencari Raka di Gang itu, sebelum itu kita harus membawa senjat dulu seperti pemukul, pisau atau yang lainnya, setelah itu kita berkumpul di rumah Alfian untuk mematangkan Rencana kita, Bagaimana?” Aku berkata dengan serius “nah, begitu dong! satu orang sudah ikut denganku, bagaimana dengan yang lain?” Kata Adi “baiklah Aku juga ikut” Kata Reno “OK Aku juga” Potong Alfian “ayo kalian berdua mau ikut tidak?” Lanjut Adi “baik kami ikut sajalah” Kata Aldo, sementara Fadil hanya menganggukan kepalanya.

Sementara kami sedang berkumpul tiba-tiba sebuah pengumuman yang membuat murid-murid Bersuka ria Terdengar “Pengumuman! Dikarenakan para dewan Guru akan melaksanakan rapat di luar sekolah untuk mempersiapkan Ujian Semester pertama, Maka Untuk hari ini para siswa dan siswi untuk melanjutkan belajar di rumah, Terima kasih” pengumuman itu disambut kata Horee… Dari semua kelas begitu pula kelas kami, setelah kami semua keluar dari sekolah kami berenam langsung pulang menuju rumah masing-masing, di tengah perjalanan Aku memulai pembicaraan “huuh… aku sebel deh sama pak Edy, masih saja menghukumku, kalau tau akan pulang secepat ini, mending aku tidak berangkat saja Tadi”, “iya bener juga tuh udah harus berdiri di lapangan upacara, diliatin siswi lagi, jadi malu deh” lanjut Aldo “lagian kalian sering sekali terlambat, kenapa sih?” tanya Fadil “karena kami selalu menggunakan jalan memutar untuk sampai ke sekolah, jadinya sering terlambat” jawabku.

Setelah kami sampai di persimpangan kami berpisah dengan Reno dan Fadil karena rumah mereka berbeda arah dengan rumah kami, lalu kami melanjutkan perjalanan dan hati ini mulai dihantui rasa penasaran setelah kami kembali melihat tanda yang bertuliskan “Gang Apel” kami semua menatap kedalam gang yang mengerikan itu, dari yang kami lihat, hanya rumpukan dedaunan kering dan suasana yang gelap dan negatif lah yang kami lihat di sana meskipun dari jarak 5 meter sebelum kami memasuki Gerbang kengerian itu, Tapi yang dari tadi menjadi fikiranku adalah kenapa Raka berani sekali memesuki Gang ini hanya sendirian saja? apakah mungkin dia telah dirasuki salah satu penunggu di gang ini dan di luar kesadarannya berjalan memasuki Gang ini? pertanyaan-pertanyaan sepeti itu terus bermunculan di kepalaku rasa penasaran ini membuatku ingin sekali secepatnya memasuki Gang itu walaupun terlihat menyeramkan walau dilihat dari kejauhan.

Tiba-tiba ada seorang penduduk yang sedang lewat di jalan ini, dan melihat kami yang sedang mengamati Gang itu, “Hey kalian! apa yang kalian lakukan di sana? jangan coba masuk kesana, berbahaya” kata penduduk yang tidak kuketahiu namanya itu “tidak pak kami hanya melihat saja” Kata Adi “apapun yang kalian lakukan jangan coba memasuki gang berhantu itu, nanti nasib kalian akan sama seperti anak yang beberapa hari lalu memaksa untuk memesuki gerbang ituan dan akhirnya dia Hilang” setelah berbicara demikian Orang itu langsung pergi, lalu kami berempat melanjutkan perjalanan kami menuju rumah masing-masing.

Tidak lama kemudian Aku sudah sampai di rumahku, Aku mencari ibuku dengan maksud berpamitan sebelum mungkin aku tidak akan kembali lagi, tapi aku tidak bisa menemukan ibuku dimanapun aku hanya menemukan secarik kertas di atas meja makan yang bertuliskan “Aldi, ibu mau pergi ke rumah nenek, karena katanya nenek sedang sakit disana, ibu mungkin akan pulang sore nanti, ibu sudah menyiapkan makan malamu di dapur, jaga Rumah baik-baik ya, salam manis dari ibu” Setelah membaca kertas itu, rasanya aku jadi ragu untuk pergi karena aku tidak bisa pergi tanpa seizin dari orangtuaku, Akhirnya setelah beberapa lama berfikir aku memutuskan untuk membuat surat untuk ibu yang berisi izin kalau aku mau pergi ke gang Apel, bodoh memang tetapi lebih baik ketimbang aku harus pergi tanpa harus meninggalkan jejak apapun.

ADVERTISEMENT

Kemudian, aku pergi ke belakang rumah, tepatnya ke gudang untuk mencari peralatan yang berguna sebagai senjata yang ampuh untuk setidaknya mempertahankan diri dari setan, setelah kulihat-lihat ternyata ada banyak peralatan yang bisa kujadikan senjata, seperti pisau, gergaji, pemukul baseball, bahkan ada sebuah pedang yang tak kusangka ada di dalam gudang di belakang rumahku, “wah… ada pedang nih, sepertinya ini senjata yang sangat ampuh untuk mengalahkan para hantu itu, apalagi pedang ini memiliki corak seperti tulisan arab di sisinya, akan kubawa pedang ini saja”, Lalu aku memasang pengikat di kedua ujung penutup atau wadah pedang itu untuk kucantelkan di punggungku, setelah aku mendapatkan senjata yang ampuh dan tajam, aku melihat-lihat lagi di sekeliling gudang ini, dan ternyata ada sebilah pisau yang berbentuk bagus sekali, kuambil pisau itu dan aku memutuskan untuk membawanya, ya… sebagai senjata tambahan saja, pikirku.

Setelah semua dirasa siap, aku langsung pergi dan menutup seluruh Rumah rapat-rapat agar tak ada orang jahil yang masuk kerumahku, kemudian dengan gaya seperti pendekar pedang aku berlari menuju Rumah Alfian seperti yang dijanjikan, dan ternyata aku setelah aku sampai, teman-temanku yang lain sudah menungguku, tapi Aneh penampilan mereka membuatku merasa Seperti ada di jaman dulu, penampilan Mereka sangat aneh, contohnya Alfian dia memakai kalung bawang putih dan memakai baju serba hitam dan mengenakan pengikat kepala, kayak mbah dukun saja. Ada lagi Adi, dia membawa Tongkat dari bambu kuning untuk dijadikan senjatanya, “Adi kamu kok bambu kuning di jadikan senjata? Ada-ada saja” kataku “menurut kepercayaan keluargaku, bambu kuning itu dapat mengusir setan, itulah sebabnya aku membawa tongkat bambu kuning ini” kata Adi “loh Aldi, kamu bawa apaan tuh? pedang ya?” Aldo bertanya “Iya dong nih” Sring… ku cabut pedang itu dari wadahnya dan cring… cahaya memancar dari pedang itu karena terkena sinar matahari “woow… keren tuh ampuh buat nebas kepala setan” kata Adi “ya sudah, ayo semuanya berkumupul jadi begini rencananya…” Kami mulai berunding untuk merencanakan matang-matang dan agar semuanya baik-baik saja dan pulang dengan selamat.

Setelah semua persiapan dirasa matang kami semua sudah siap untuk berangkat, dan dengan diiringi Doa, kami pun mulai melangkah mendekati Gang Apel, Semakin dekat kami dengan gang apel, semakin berdebar pula jantung kami, ditambah lagi tidak ada orang yang lewat di jalan ini, sampai akhirnya kami sampai di depan Gang tersebut. Sambil menelan ludah Adi Ada di depan dan melangkah masuk ke dalam gang ini pertama kali sedangkan aku ada di belakangnya, Anehnya pada saat kakiku menyentuh permukaan di Gang itu, angin berhembus secara tiba-tiba, langkah demi langkah kami tapaki gang ini, semakin memasuki gang ini suasana semakin bertambah seram dan menakutkan, Aku menengok ke belakang dan kulihat teman-temanku masih ada di belakangku.

Setelah 5 Menit menyusuri Gang ini, tidak ada hal yang aneh yang terjadi, hanya suara desis angin dan dedaunan yang jatuh yang terdengar, Di sekeliling kami terdapat banyak sekali Rumah yang sudah lama di tinggalkan dan di tumbuhi semak belukar, menambah suasana gang ini tambah seram, di tambah lagi pepohonan besar yang rindang yang tumbuh di seluruh sisi jalan gang ini, menutupi sinar matahari hingga membuat tempat ini terkesan gelap. Tiba-tiba ada suara Aneh yang mengejutkan kami, suara cekikikan itu tiba-tiba terdengat namun entah dari mana datangnya “Eh teman-teman kalian dengar itu?” kata Faldi “iya, suara apaan tuh?” Aldo melanjutkan “tenang, ayo semuanya siapkan senjata kalian, kurasa makhluk di sini mulai mengganggu” kata Adi. Kami menuruti kata adi dan aku langsung mengeluarkan Pedangku Dan tiba-tiba BLUK, BLUK, BLUK Ada suara Aneh di belakang kami pada saat kami menoleh ke belakang, betapa terkejutnya kami melihat sesosok pocong dengan kain kafan berlumuran darah ada di belakang kami “A… a… a… Pocong…” kami semua lari sekuat tenaga, namun bukannya berlari keluar dari gang itu, lami malah berlari semakin jauh memasuki Gang tersebut.

Semakin jauh kami berlari semakin gelap pula gang ini, akhirnya kami berhenti karena kelelahan, “Huh… parah Ada Pocong lagi di sana” kata Faldi “iya belum menemukan petunjuk apapun sudah kayak gini” Aldo melanjutkan “A… A… A… A” tiba-tiba suara jeritan perempuan terdengar dari atas “Apa lagi itu? mendingan kita kembali saja yuk!” ajak Roni “Kau gila ya! kalau kita kembali kita nanti bertemu pocong itu lagi” belum selesai bicara tiba sesosok Wanit berambut panjang dan berpakaian putih Terbang ke arah kami, Dia mengeluarkan suara “Hi… hi… hi…” kami tersentak kaget dan aku mencoba menusukan pedang ini ke arahnya Namun dia menembus seluruh badanku.

Namun Makhluk itu malah mengincar Aldo lalu membawanya terbang “A… tidak tolong aku…” Aldo berteriak “Aldooo…” lalu KRAK tubuh Aldo tertembus batang pohon yang besar dan BRUK! tidak beberapa lama kemudian dia terjatuh dan seketika itu memejamkan matanya, “Tidak…! Aldo…” teriak Alfian “Awas! makhluk itu akan kembali menyerang kita ayo Lari…!” kami berlari secepat tenaga namun “Hi… hi… hi… hi” BRAK Dia menabrak tubuh Alfian Dan Krak!!! tubuhnya menancap di sebuah pagar di salah satu rumah di gang ini “Alfiaaan…! kurang ajar kau Alahuakabar” aku menancapkan Pedang ini ke perutnya dan seketika itu dia makhluk itu menghilang. “Alfian! Bertahanlah aku akan menurunkanmu” Kataku “sudahlah Ayo kita harus segera keluar dari Gang ini” Adi berleri sambil menggenggam erat Tanganku, kami terus berlari menyusuri Gang ini berharap bisa menemukan jalan keluar atau setidaknya menemukan bantuan, Namun bukannya menemukan bantuan kami malah kembali menjumpai makhluk Aneh, kali ini makhluk itu tinggi besar berbulu dan hitam, matanya berwarna merah menyala, kukunya tajam seperti pedang miliku “Astaghfirullah! Makhluk apa itu?” Roni berteriak “grrr…” “awas di akan menyerangmu Adi” namun terlambat KRAK makhluk itu menusuk tubuh Adi dengan kukunya dan BRAK Dia melemparnya ke sebuah rumah dan seketika itu juga Adi sudah Tiada, “Tidaak” Faldi berteriak “grrr…” “Roni Awas!” TRANG!!! dengan gesit roni menahan serangan makhluk itu dengan perisai besi yang Dibawanya sebelumnya, “Ayo semuanya Lari!” terial Roni, kami semua berlari menjauhi makhluk itu, sampai akhirnya makhluk itu tidak terlihat lagi walaupun dia sempat mengejar kami.

Akhirnya harapan hidup mulai kami temukan jalan keluar dari Gang ini sudah terlihat di ujung jalan ini, Bruk! “aduh… hey tunggu aku” Ternyata Roni tersangkut Akar pohon besar “Ayo cepatlah Roni kau lihat? jalan keluar kita sudah dekat” teriak Faldi, namun tiba tiba sebatang kayu yang tajam menghujam perut Roni KRAK!!! ” A… a… a… a” Roni berteriak kemudian lemas tak berdaya “Roniii…!!!” Faldi berteriak sekuat tenaga, “Ayo Faldi kita harus keluar secepatnya… Faldi Apa kau mendengarku?” aku mencoba menggoyangkan tubuhnya namun dia tetap membelakangiku “Ayolah Faldi jangan bercanda” namun tiba-tiba Faldi berbalik menatapku dengan tatapan yang belum pernah kulihat sebelumnya. Dia mengambil Sebilah pisau si sakunya dan mengatakan “Mati… matilah… matilah… matilah siapapun yang memasuki Gang ini…” Suaranya Juga berubah, dia semakin mendekatiku sambil menodongkan Pisau itu ke arahku, “Faldi apa yang kau lakukan? hentikan!” Namun kata-kataku tidak dihiraukannya, dia akhirnya menyerangku namu aku berhasil menghindar “Faldi hentikan!!!” teriaku padanya namun entah dengan kekuatan apa Dia terbang dan menyerangku Dan CREB !!!… Aku secara tidak sengaja menusuknya dengan pedangku, tanganku berlumuran darahnya, Aku sangat ketakutan, “A.. a.. aku te.. telah membunuh Faldi!” kataku, Namun aku segera bangkit dan mencoba berjalan dengan semua kekuatanku yang tersisa menuju Jalan keluar dari gang ini, Tanganku bergetar, kakiku lemas, dan jantungku berdebar kencang, “Hi… hi… hi” makhluk yang tadi membunuh Aldo kini kembali ingin menyerangku dan BRAK!!! Tubuhku melayang untuk beberapa saat dan BRUK!!! Aku membentur tembok lalu Pingsan Seketika.

Setelah tersadar, Aku mencoba membuka mata ini, sedikit demi sedikit ku buka mataku dan Ternyata aku sudah ada di rumah Sakit, kulihat Ibu, Ayah, Kakak dan semua keluargaku mengerumuniku, “Aldi, kamu sudah bangun nak… syukurlah” ibuku memeluku sambil menangis, “tapi teman-temanku…” “ya mereka semua sudah meninggal dunia” setelah Ayahku mengatakan itu Aku jadi mendapatkan Pengalaman Yang tidak akan pernah Aku lupakan Seumur Hidupku.

SELESAI

Cerpen Karangan: Acep Dudu
Facebook: Acep Dudu

Cerpen Gang Apel merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


MyCerpen 1: Terakhir Kuingat Namamu

Oleh:
Namaku Ajang, sekarang ini aku berada dikelas 10 SMK. Aku sangat senang belajar disekolah kejuruan ini, gak pernah terpikir kalau aku akan melanjutkan sekolah lagi. Biaya sekolah yang mahal,

Aku, Dia dan Waffle Cokelat

Oleh:
Hari ini adalah hari pembagian kelas di sekolah baruku. Tak terasa aku yang dulunya berseragam putih biru sekarang menjadi putih abu-abu. Kini aku harus bertemu dengan suasana baru yang

Antara Aku, Kau, Dan Mahameru (Part 2)

Oleh:
“Reva, ya Pak?” Suara ketua tim pencarian mengagetkan lamunanku, “sepertinya ada yang harus kita bicarakan.” “Ya pak, kami dari tim SAR baru selesai melakukan rapat, dan sekarang kami putuskan

Semoga Bukan Hanya Rasaku Saja (Part 1)

Oleh:
Suasana kelas yang perlahan mulai penuh, dihiasi wajah–wajah ceria dan wangi khas pagi hari yang menyegarkan. Namun berbalik dengan itu semua, Ran, dengan raut muka gelisah, sesekali memandangi pintu,

Bandung In Love

Oleh:
Semenjak kejadian itu aku tak pernah menangis lagi, hanya tersenyum yang bisa aku lakukan. Saat itu aku sedang duduk di taman bunga di kampus indahku, ya ITB. “Hai Lili?”

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

10 responses to “Gang Apel”

  1. Shandez Darlene says:

    Bagus, good job

  2. cinta cahaya says:

    Keren !! Kalau di buat film, bagus bgt nih.

  3. oliver says:

    keren abiss!!!

  4. Yanti Afganisme says:

    ceritanya kok nggantung, latar blakang gangnya ndk ada..
    tapi ceritanya udah bagus kok..
    semangat…

  5. cinta marimar says:

    good bgt, serem deh bikin yg lebih menakjubkan ya salam manisssss

  6. difa aprilia says:

    Keren banget!!!

  7. rully rasyanda says:

    bagus bgttt… bikin lagi yg lebih bikin merinding yach…

  8. Insan kamil says:

    Wah,keren. Bikin penasaran

  9. Rara says:

    baru baca awal cerita udah ktawan endingnya, hmm tapi keren kok, runtut ceritanya

Leave a Reply to cinta cahaya Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *