Raina!

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Horor (Hantu), Cerpen Misteri
Lolos moderasi pada: 1 July 2015

“Jangan!! ku mohon, jangan lakukan itu, Raina!!” pekik seorang perempuan
“matilah kau, Linda!!!” ucap perempuan lain yang tengah menghunuskan pisaunya di jantung perempuan itu

Aaaa… lagi-lagi aku bermimpi buruk. Linda? Raina? siapa mereka? Kenapa mereka selalu muncul dalam mimpiku. Ku tatap jam dinding di kamarku. Masih pukul 02.15. Aku tak dapat melanjutkan tidurku. Mimpiku tadi benar-benar membuatku frustasi. Siapa orang dalam mimpiku selama ini?

“hey, bengong mulu, kenapa Ta” ucap Sarah mengagetkanku
“lagi-lagi aku bermimpi hal itu lagi” jawabku tanpa semangat
“apa ada hubungannya sama kamu ya” tebak Sarah
“maksud kamu” tanyaku tidak mengerti.
“mungkin saja mimpi kamu ada hubungannya sama kamu. Nggak kamu tanyain keluarga kamu, soal wanita bernama Linda dan Raina itu” ucap Sarah
“entahlah” balasku
“huh, ke kantin yuk Ta” ajak Sarah
“iya” balasku

“mau pesan apa” tanya Sarah
“es jeruk aja Rah” balasku
“ok, tunggu ya” ucap Sarah dan berlalu
Aku masih memandangi sarah. Tiba-tiba saja bayangan perempuan seperti dalam mimpiku.
“Sarah!” pekikku. Sontak seisi kantin memandang ke arahku.
Sarah pun berbalik menghampiriku
“ada apa Ta” tanya Sarah
“kita pergi sekarang” ajakku
“kemana, kok kamu panik gini. Ada apa sih” tanya Sarah
“udah, nanti aku jelasin” balasku dan menarik lengan Sarah

“apa!” ucap Sarah tidak percaya
“iya Rah, tadi bayangan Raina ada di belakang kamu. Dia mandang aku penuh kebencian” ucapku panik
“sudah-sudah, tenangin diri kamu ya” ucap Sarah menenangkanku.
Aku semakin frustasi, Kenapa bayangan Raina muncul. karena aku bukanlah orang yang mempunyai indra keenam. Arrghh

“Ta, kok nggak dimakan” ujar nenekku
“aku udah kenyang nek” balasku dan hanya mengambil segelas susu. Aku hanya menemani nenekku makan malam. Aku tinggal dengan nenekku. Hidup kami pun berkecukupan. Ayahku sibuk dengan pekerjaannya. Ibuku, entahlah. aku tak tau ibuku dimana. Melihat wajahnya saja aku tidak pernah.

Malam ini aku tak dapat tidur. Aku takut mimpi itu muncul lagi. Aku hanya mendengarkan lagu di ponselku dengan headset. Tiba-tiba saja lagu yang ku putar mati dengan sendirinya. Terdengar tawa perempuan menggema di telingaku. Aku pun ketakutan.
“Siapa kamu” ucapku ketakutan. Tawa perempuan itu masih terdengar. Kemudian ku dengar suara perempuan lain menjerit. Aku semakin ketakutan dan merinding. Tiba-tiba lampu kamarku mati. Sontak aku menjerit. Nenek, dimanakah kau. Aku takut… pekikku dalam hati. Ku lihat bayangan putih di pojok kamarku. Ia berjalan ke arahku. Aku ingin lari, namun aku tak dapat bergerak. Ia semakin mendekat ke arahku. Bau amis darah tercium oleh hidungku. Aku ingin muntah rasanya. Ia terus mendekat. Aku bisa mengenali wajahnya. Sepertinya tak asing bagiku. Wajahnya penuh luka. Amis darah semakin menyegat
“Raina!” pekikku
Ia mencekikku. Aku berusaha meronta. Namun ia begitu kuat. Aku semakin kesulitan bernafas. Dan brukk..

Aku terjatuh dari tempat tidurku. Badanku terasa sakit. Aku bermimpi lagi. Namun leherku masih terasa sakit. Aku bergegas ke kamar mandi dan bersiap ke sekolah.

“nek, aku berangkat dulu” ucapku. Namun, tak ada jawaban dari beliau. Segera aku mengambil motorku dan menuju ke SMA Budi Luhur, tempatku menimba ilmu.

Aku terdiam di taman. Masih memikirkan kejadian semalam. Apakah itu mimpi atau nyata? aku dibuat gila oleh hal itu
“Renata” panggil seseorang. Akupun menoleh
“ya Dik” balasku
“sendirian disini” tanya Dika dan duduk di sampingku
“seperti yang kau lihat” balasku dan tersenyum ke arahnya
Dia Dika, ya mantan kekasihku. Kita putus hanya karena ia tergoda oleh temannya dulu yang katanya cantik bagai putri.
“Ta” panggilnya
“iya” balasku
“emm.. aku mau bicara sesuatu” ucapnya
“ngomong aja” ucapku
“ee”

ADVERTISEMENT

Krinngg… bel masuk berbunyi. Aku bergegas pergi
“udah masuk Dik, lanjut nanti ya” ucapku dan berlalu darinya

“darimana Ta” tanya Sarah
“biasa” balasku
“eh, tau nggak. Ada anak baru loh” ucapnya
“siapa” tanyaku
Belum lagi Sarah menjawab pertanyaanku, Bu Indah, wali kelasku masuk diiringi seorang anak perempuan
“astaghfirullah..” pekikku.
Seisi kelas melihat ke arahku.
“Renata, ada apa” tanya bu Indah
“ngg…nggak bu” balasku.
Teman-teman menyorakiku
“baiklah anak-anak, kalian mendapat teman baru. Silahkah perkenalkan namamu” ucap Bu Indah pada perempuan itu
“hai semuanya. Namaku Aisyira Putri Raina. Kalian boleh memanggilku Raina. Terima kasih” ucap perempuan itu
Tidak salah lagi. Itu Raina yang selalu muncul dalam mimpiku. Dia memandangku seakan penuh dendam. Aku pun menundukkan kepalaku.

“aku nggak bohong Rah, itu Raina yang selalu muncul dalam mimpiku” ucapku meyakinkan Sarah
“kita harus cari tau soal Raina Ta, ia memang agak mencurigakan tadi” ucap Sarah.
Tiba-tiba sepucuk surat jatuh di hadapanku. Sarah pun mengambilkannya
“dari siapa” tanyaku
“entahlah” balas Sarah dan membuka isi surat itu
“Mulai hari ini, hidupmu takkan tenang” ucap Sarah membaca isi surat itu
“tunggu, ini bukannya darah” ucapku
“i.. iya Ta” balas Sarah
“siapa yang ngirim ini!” ucapku agak emosi. Ku lihat sekeliling.
“Raina” ucapku melihatnya. Ia tersenyum licik padaku
“Rah, Raina yang ngirim. aku yakin itu” ucapku
“kita harus hati-hati Ta” ucap Sarah panik

“Aaaaaa..” teriakan seorang perempuan dari dalam toilet siswa. Semua orang pun berhamburan ingin melihatnya. Segera aku mengajak Sarah melihatnya juga

Ku lihat Dika yang penuh luka tikaman di dadanya.
“Dika!” pekikku
Aku tidak percaya. Dika meninggal secara tragis seperti ini. Aku mulai meneteskan air mata. Meskipun ia pernah menyakitiku. Dari lubuk hatiku masih ku simpan rasa untuknya.
“Ta, lihat deh Raina” ucap Sarah.
Aku memandang Raina. Senyum licik terpancar di bibirnya
“Raina! kau yang membunuh Dika kan. ayo ngaku” pekikku.
Ia memandangku tajam. Tapi secepatnya ia sembunyikan senyum liciknya itu.
“aa.. aku… aku nggak ngerti apa-apa Renata. Bahkan aku nggak kenal sama Dika. Kamu jangan fitnah aku” elaknya
“nggak usah bohong. Kamu kan tadi yang ngasih surat yang tulisannya dari darah” ucapku
“aku nggak ngerti maksud kamu Ta” elaknya dengan wajah memelas.
“Ta, jangan nuduh orang sembarangan” ucap salah satu siswi diikuti yang lainnya.
Aku pun emosi dibuatnya. Ia pandai mencari muka.

Tapi, senyum liciknya tak dapat ia sembunyikan dariku. Aku segera membantu mengurus mayat Dika

“Dika, kamu tenang disana” lirihku memandangi nisan Dika
“yang tabah Ta” ucap Sarah menguatkanku

Selesai dari makam Dika, kami pun pulang ke rumahku. Sarah berjanji akan menginap di rumahku kali ini.
Namun, apa yang ku lihat. Aku disambut bendera kuning di depan rumah. 2 orang manusia terbujur kaku dan berselimut kain putih. Aku tidak dapat menahan air mataku. Musibah bertubi-tubi menimpaku.
“ayah… nenek…” lirihku di tengah isakku
“kamu harus kuat Ta” ucap Sarah yang juga bersedih bersamaku

Ayah dan nenek ditemukan meninggal dengan tikaman di dada. Sama seperti Dika. Arghh, ada apa sebenarnya.
Ku lihat Raina berada di tengah-tengah ibu-ibu yang membacakan tahlil. Ia tersenyum licik padaku. Namun sekilas tak ku lihat lagi keberadaannya.

“aku nggak bisa terus-terusan seperti ini Rah. Satu per satu orang yang kusayang pergi secara tragis” isakku dalam pelukan Sarah
“apa ini ulah Raina” ucap Sarah
“aku juga berfikiran seperti itu Rah. Ia selalu muncul dengan senyum liciknya” balasku
Tiba-tiba saja lampu kamarku mati. Sontak aku dan Sarah ketakutan. Tidak ada siapa-siapa di rumah kecuali aku dan Sarah. Aku dan sarah berjalan keluar mengecek listriknya. Tiba-tiba saja lilin yang kami bawa mati dan lampu hidup seketika. Raina muncul di hadapan kita dengan pisau di tangan kanannya. Aku dan Sarah ketakutan. Ia mendekati kami dengan penuh kebencian.
“kalian akan mati!” ucapnya dan bersiap menghunus kami.
Kami segera berlari keluar.

“Sial! pintunya terkunci Rah” ucapku panik
“gimana ni Ta” balas Sarah tak kalah paniknya
“kalian takkan bisa keluar dari sini” ucap Raina
“mau kamu apa sih!” ucapku berteriak
Ia tertawa. Sungguh menyebalkan tawanya
“jawab! kau sudah membuatku kehilangan orang yang ku sayang” ucapku terisak
“Renata sayang… tidakkah kau mengenalku” ucap Raina
“tentu saja. Kau yang telah membunuh Dika, ayah, dan nenekku” balasku
“katakan apa mau kamu” tanya Sarah
“aku takkan tenang sebelum dendamku terbalas” ucap Raina dan dengan sigap menarik Sarah
“aa… lepaskan aku!” pekik Sarah
“diam kau bodoh!” ucap Raina
Sarah terus merintih. Aku tak tega melihatnya
“jangan sakiti dia! kau boleh membunuhku. Asal lepaskan dia. Dia tak tau apa-apa” teriakku
“kau yang tidak tau apa-apa!” balasnya sengit.
Ia pun mendorong Sarah hingga terjatuh.
“inilah saatnya” ucap Raina dengan senyum liciknya
“jangan! ku mohon!” ucapku
Raina pun mengangkat pisau di tangannya. Ia arahkan pisau itu ke arah Sarah

“Jangan!! ku mohon, jangan lakukan itu, Raina!!” pekik Sarah
“matilah kau, Linda!!!” ucap Raina yang tengah menghunuskan pisaunya di jantung Sarah

Deg’ itu seperti mimpiku. iya, aku yakin itu. Raina dan Linda. Bayangan silau menerpa mataku.
Dimana aku? sepertinya aku berada di taman kota
“Raina, berhenti mengikutiku” ujar seorang laki-laki.
Itu, ayahku. Raina tetap mengejar ayahku.
“Farhan, aku mohon. Jangan putuskan hubungan kita. Aku sangat mencintaimu” ucap Raina
“kamu egois Raina. aku nggak betah sama kamu” ucap ayah dan menggandeng seorang perempuan lain.
Sarah!
“Farhan.. aku akan balas dendam ke kamu dan Linda” teriak Raina. Namun ayah tidak menanggapinya.

“Linda, kau harus mati!” ucap Raina dan menusuk jantungnya. Linda pun meninggal seketika.
“Raina!” ucap ayah dan menusuk Raina dengan pisau yang ada di tubuh Linda
Raina pun meninggal di samping Linda. Ayah pun menyeret mayat Raina di sungai. Sementara, mayat Linda ia bawa pulang.

“sekarang giliranmu, Renata sayang” ucap Raina
“aku salah apa Raina.!” teriakku
“hahaha, apa perlu aku ceritakan dari awal” ucap Raina diiringi tawanya
“maksud kamu” tanyaku
“Kau lihat dia, dialah Linda” ucap Raina
“apa, ja.. jadi Sarah itu Linda” ucapku terbata-bata
“iya Renata sayang. Dialah ibu kamu. Aku membunuhnya sesaat kamu berumur 2 tahun. Tapi, ayahmu membunuhku. Dia tidak mau tanggung jawab atas mayatku” ucapnya penuh amarah
“aa.. apa” ucapku tidak percaya
“dan sekarang, giliranmu Renata” ucap Raina dan berjalan ke arahku.
Ia menatapku penuh kebencian. Semakin dekat, bau amis darah tercium. Ia mengarahkan pisau ke dadaku. Aku hanya bisa menjerit dan menutup mataku. Lama tak ada tusukan dari Raina. Aku beranikan membuka mata. Raina! ia tersungkur di depanku.
“Sarah!” ucapku
“Aku Linda, bukan Sarah” lirinya.
Ia tertatih ke arahku.
“maafin ibu sayang. Ibu nggak bisa jagain kamu” ucap Linda
“i.. ibu” ucapku dan memeluknya. Kurasakan hangat pelukan seorang ibu.
“kurang ajar!” pekik Raina.
“cepat Ta, kamu pergi dari sini” ucap Linda
“tapi.. ibu” ucapku
“biar aku hadapi dia” ucap Linda
Aku segera membuka pintu yang tidak terkunci seperti tadi. Aku berlari keluar. Ku dengar jeritan ibu
“ibuu..” lirihku
Raina muncul dan ke arahku. Ia mengejarku. Ku lemparkan sebuah kayu tajam ke arahnya. Kayu itu mengenai perutnya. Segera aku berlari sebisaku. Ku lihat cahaya mobil tak jauh dariku. Ia menuju ke arahku
“Aaaaa…”

Aku terbangun dari tidurku. Ku lihat sekeliling. Ini kamarku
“Renata, kamu sudah bangun” tanya ayahku yang tengah berada di pintu.
“ayah” teriakku dan memeluknya.

Kami pun menuju ruang makan.
“nenek..” panggilku.
“eh. cucu nenek sudah bangun. Yuk sarapan. Nanti kamu telat” ajak nenek
Ternyata aku bermimpi. Ayah dan nenek masih hidup.

“Renata..” panggil seseorang di depan rumah. Aku pun menghampirinya
“Dika” ucapku
Dika juga masih hidup.
“berangkat bareng yuk” ajaknya
Aku pun menerima ajakannya.

Sesampai di sekolah aku segera mencari-cari Sarah. Kemana ia? apa ia sebenarnya hanyalah anganku.

Aku pun terdiam di taman sekolah. Merenungkan kejadian atau bahkan mimpi yang baru saja ku alami. Sepucuk surat jatuh di hadapanku.

Renata,
Sayang, kamu berhasil melawan Raina. Ibu bangga sama kamu. Maafkan ibu, yang harus ninggalin kamu saat kamu belum tau apa-apa. Jaga ayah sama nenek baik-baik. Jangan merepotkan mereka. Ibu rindu kamu sayang

Linda/Sarah

Apa! jadi kejadian itu benar-benar ada. Sarah, aku pasti akan merindukanmu.
Bel berbunyi. Aku kembali ke kelas. Aku menuju bangkuku.

“Renata, darimana saja” tanya Fiola
“taman Fio” balasku dan menduduki bangkuku
“eh, ada guru baru loh” tambah Fiola
Belum lagi aku bertanya masukkan pak kepsek diikuti seorang guru perempuan. Ia memandang ke arahku.

Ya Tuhan! Raina!

Cerpen Karangan: Ulla
Facebook: Tahnia Maula

Cerpen Raina! merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Ai dan Gadis Misterus

Oleh:
Ai memakai jaket tebalnya. “Mau kemana Ai?” Tanya Papa. “Ah, aku hanya ingin ke rumah Merry saja, kok, Pa.” Papa menggeleng, “Tidak boleh Ai. Rumah Merry jauh. Lagipula salju

Gadis Tribute Hall

Oleh:
Semakin ku membuka mata, rasa sakit itu semakin menjadi-jadi. Kakiku seperti akan meledak. Ku merasa berjam-jam lamanya aku tidak sadarkan diri dalam posisi berdiri dengan tali tambang yang melilitku

Rumah Angker

Oleh:
Hening malam itu begitu mencengang nama saya Natan yang sering pulang malam lewat di depat rumah itu, suasana begitu misterius keadaan bagai malam tiada habisnya dengan waktu yang terus

Indigo

Oleh:
Indra keenam adalah dimana seseorang bisa melihat makhluk halus, bisa mengetahui masa depan, hal-hal yang tak diduga dan bisa membaca pikiran orang lain. Itulah yang ku alami selama ini.

Danau Terlarang

Oleh:
Tengah malam di suatu hutan tempat sekelompok orang desa melakukan eksekusi seorang anak gadis kecil yang dianggap membawa sial mereka menempatkan gadis itu didalam peti lalu menguncinya lalu melemparkan

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

5 responses to “Raina!”

  1. adellia pujaningtyas says:

    Bagus ceritanya, seram dan keren buat yang kayak gini lagi ya!!.Aku dukung kamu ulla!!!

  2. Amin says:

    Ceritanya bagus, tapi sepertinya kurang penghayatan, seperti terburu” gitu. .

  3. Febrinda Galuh Kirana says:

    OMG Bagus bangett…. Bahasanya gampang dicerna 😀 Terus berkarya yaaa

  4. Kenaiki Suzune Ahinna says:

    bagus , cukup serem …
    Ganbatte deh bwat cerpen x yah
    sebener x seh buat yg kedua x 2 yah biar lebih nyambung

  5. Muelovers says:

    Boleh! Ceritanya bagus banget! Keren dan serem! Aku suka!

Leave a Reply to adellia pujaningtyas Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *