Sebuah Panggilan
Cerpen Karangan: Rana MaheswariKategori: Cerpen Horor (Hantu), Cerpen Misteri
Lolos moderasi pada: 21 January 2016
Suara dentuman sepatu kets terdengar di sepanjang lorong yang sudah semakin sepi. Langit sudah semakin gelap. Matahari pun telah digantikan dengan kehadiran bulan. Langkah kaki itu semakin cepat hingga terhenti di depan sebuah gerbang yang cukup besar. Nathan mengeluarkan handphone-nya dan segera menekan tanda panggil. Suaranya samar ditutupi pintu gerbang yang ia buka perlahan.
“Halo? Than? Ada apa?” Tanya suara di ujung sana, Kevin.
“Gue baru pulang dari kampus, Vin. Lo lagi sibuk nggak?”
“Baru pulang? Lo abis ngapain?”
“Ya gitu, tugas numpuk. Lo bisa jemput gue nggak? Lo kan tahu mobil gue lagi di bengkel. Dan jam segini kendaraan udah nggak ada yang lewat.”
“Bisa, bisa. Lo tunggu di halte depan kampus lo, ya.”
“Oke, gue tunggu.” Nathan menutup panggilannya lalu kembali melanjutkan perjalanannya. Langkahnya lebih pelan dari sebelumnya ketika dia berlari dari perpustakaan menuju gerbang kampusnya. Kini ia hanya menunggu kedatangan Kevin yang akan menjemputnya. Mata sayu itu perlahan tertutup. Dari raut wajahnya dapat disimpulkan bahwa ia sangat kelelahan. Tugas yang banyak sangat melelahkan ternyata.
Drttt.. Drrrtt..
Nathan hampir saja tertidur jika ia tidak merasakan getaran dari handphone-nya. Matanya mengerjap beberapa kali lalu mulai membuka lock handphone-nya. Awalnya Nathan kira itu pesan dari Kevin atau operator. Ternyata bukan. Satu panggilan tidak terjawab. Ia ingat bahwa handphone-nya disilent, jadi ketika ada panggilan handphone itu hanya bergetar. Pikirannya kembali beralih ke nomor yang menghubunginya. Nomor itu tanpa nama. Ia membaca nomor itu berulang kali. Siapa tahu ia ingat nomor itu milik siapa. Nathan menyerah. Ia akan menekan tanda hapus untuk menghapus panggilan itu. Tapi niatannya berubah ketika nomor itu kembali menghubunginya. Tanpa kecurigaan sedikit pun, ia mengangkat panggilan itu.
“Halo?”
Beberapa detik terlewati namun hanya ada suara deru napas di sana. Orang itu tidak berkata apa pun. Napasnya memburu seperti baru saja mengikuti lomba lari maraton. “Halo? Ini siapa sih?” Nathan berdecak kesal. Matanya hanya mengabsen jalanan di depannya yang terlihat hampa. “Diam di sana..” Suara itu terdengar seperti ancaman di telinga Nathan. “Tetap di sana..” Suara itu kembali bicara. “Apa maksudmu?” Deru napas itu berubah menjadi tawa. Ia tertawa. “Apa-apaan ini? Sudah cukup. Tidak ada yang bisa dipermainkan lagi.” Nathan membentak suara di ujung sana.
Tawa itu terdengar lagi lalu bergantian dengan deru napas yang tiada jelasnya. “Ada.” Nathan mengernyitkan dahinya. Ini tidak lucu. “Kau ingin bermain? Carilah aku di sekitarmu.” Bersamaan dengan akhir kalimat itu, panggilan itu terputus. Tapi tunggu, Nathan ingat kata terakhir orang itu. Sangat tidak mungkin ada seseorang di sekitarnya terlebih lagi jalanan ini sangatlah sepi. Sebenarnya tempat apa ini? Matanya mengabsen seluruh pemandangan di depannya. Hanya ada jalanan kosong dengan semak belukar yang terlihat berantakan di pinggir jalan. Dan sebuah pohon besar di sisi jalan dan juga dipenuhi semak belukar. Ia terbiasa dengan pemandangan ini dan menurutnya tidak ada yang perlu ditakuti.
Suara dedaunan beradu kasar terdengar jelas oleh Nathan. Mata yang kini lembap itu menemukan sebuah objek di antara semak belukar. Tapi itu sulit terlihat karena di sana sangatlah gelap. Tidak, tidak mungkin. Objek itu berjalan. Itu seseorang. Apa itu orang yang baru saja menghubunginya? Tak bisa dipungkiri, kali ini Nathan sangat ketakutan. Handphone Nathan kembali berdering. Nomor itu lagi. Kali ini sudah tidak bisa dianggap main-main lagi. Dengan kasarnya Nathan mengangkat panggilan itu.
“Sudah cukup!”
“Bukan. Aku hanya ingin menyampaikan bahwa aku di belakangmu.”
Nomor itu terputus. Jangtung Nathan berdegup lebih kencang. Dengan sekuat keberaniannya ia menoleh ke belakangnya. Nihil. Tidak ada apa pun di belakangnya. Nathan bernapas lega kini. Namun ketika ia kembali menghadap ke depan, seorang pria berjubah hitam berdiri di depannya dengan tangan yang mengacung membawa sebilah pisau yang tajam sambil berkata.
“Aku di sini,”
Cerpen Karangan: Rana Maheswari
Facebook: Rana Maheswari
Cerpen Sebuah Panggilan merupakan cerita pendek karangan Rana Maheswari, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Peristiwa Pohon Jambu (Part 2)
Oleh: Rifdatur RusdahTidak sampai di situ, penemuan mayat lain kusaksikan tiga bulan setelahnya. Saat aku tengah mengerjakan tugas kuliahku, mungkin sekitar pukul 1 dini hari, tiba-tiba suara ledakkan terdengar dari jauh.
Mencari Sebuah Kebenaran
Oleh: Christine Early NurjanaSeperti biasa, aku dan ketiga sahabatku yaitu putra, faisal dan jasmine selalu menaiki becak mini setiap kali kita ingin pergi kemanapun, atau hanya sekedar jalan-jalan melihat keindahan alun-alun kota.
Selendang Bukan Milik Nenek
Oleh: Febi NarilaSinta adalah seorang wanita berumur 20 tahun. Ani adalah sahabat terbaik menurut Sinta. Sinta dan Ani selalu bersama saat apapun, tak ada rahasia yang memisahkan mereka, tetapi Ani mempunyai
Deadly Murders (The School Is No Longer Safe)
Oleh: Daniel LieSekolah 26 adalah sekolah terbaik di kota ini. Tapi siapa sangka, ada pembunuhan mengerikan. Seorang murid Rusia dibunuh. Namanya Igor Dolohov. Detektif James, detektif berpengalaman, datang ke sana. Sebetulnya
Suara Misterius di Pagi Buta
Oleh: Kharis El GrabagyKisah ini berawal di pagi buta. Ketika itu aku masih nyantri di pondok Kliwon. Suasana masih gelap dan sepi waktu itu.Udara dingin yang menyeruak masuk dari ventilasi asrama serasa
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Hm,, deg degan pas baca…
Good
bagus gan . Ngerinya dapat