Takut Gelap

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Horor (Hantu)
Lolos moderasi pada: 15 March 2017

Pada malam itu suasana sunyi seperti biasa, ketika aku pulang kuliah dan melihat satu komplek perumahan tempat aku tinggal terjadi pemadaman listrik. Aku yang saat itu lelah langsung bergegas menuju rumah, sampai di sana aku mulai mengeluarkan hp dari sakuku lalu menyalakan senter kemudian berjalan menuju kamarku untuk mengganti pakaian. Dari dalam kamarku terdengar suara ibuku sedang menyiapkan makan malam, dan aku langsung bergegas ke ruang makan yang letaknya tidak jauh dari kamarku untuk makan malam.

Saat itu ruang makan hanya diterangi oleh lilin jadi suasana makan malam itu agak sedikit membuatku tidak selera karena keadaan gelap yang memang aku takuti sejak kecil. Selesai makan aku pun ke luar untuk mencari udara segar, di luar hanya ada kendaraan yang sesekali lewat menerangi jalan komplek.
Ketika itu dari belakang ayah memanggilku, “Din, ayah sama ibu mau ke supermarket sebentar, kamu jaga rumah dulu ya…” katanya dengan suara santai, Aku mengangguk dengan perasaan agak berat.

Setelah ayah dan ibu pergi aku kembali masuk ke dalam rumah dan berjalan menuju kamar, dalam kamar aku menyalakan laptopku untuk mendengarkan musik dan memeriksa tugas-tugasku yang telah kukerjakan kemarin. Di kamar yang sunyi, hanya paparan sinar dari layar laptop yang menerangiku, terdengar suara pintu depan rumahku terbuka, aku hanya diam dan berpikir itu orangtuaku yang baru saja pulang dari supermarket. Saat itu aku memanggil ayahku dari dalam kamar, “Yah.. pak RT udah lapor ke petugas PLN? mati lampunya udah satu jam ini..”, tanyaku dengan suara agak keras. “Sudah…” ayahku menjawab dengan suara berat. Aku pun melanjutkan memeriksa tugas kuliahku.

Tak berapa lama, ibu memanggilku “Din… Ibu beli makanan kesukaan kamu nih…” katanya dengan suara agak nyaring. Aku sejenak menghentikan pekerjaaku dan menjawab dengan semangat “Oke.. sebentar lagi selesai bu…” kataku bersemangat. Aku bergegas menyelesaikan pemeriksaan tugasku lalu aku ke luar kamar dan berjalan sambil membawa hp untuk senter menuju ruang makan.

Ketika sampai di ruang makan tiba-tiba senter di hp ku mati, “yah… pake mati…” teriakku kaget, “baterainya habis mungkin” kata ayahku dengan suara berat, “ayah ada di sini juga? aku kira ayah di ruang tamu…” kataku sambil meraba-raba kursi untuk duduk dekat meja makan. “lilin yang tadi nyala di sini mana bu?” kataku heran, “Mati.. udah habis lilinnya…” ibuku menjawab. “emang tadi nggak beli di supermarket?” tanyaku, “Enggak… ayah lupa, nanti juga nyala lampunya?” kata ayahku menegaskan dengan suara berat dan agak serak.

Entah hanya perasaanku saja atau memang lilin itu sudah habis, tapi sejak aku makan waktu pulang kuliah tadi, lilin itu masih ada tiga buah dan masih bisa bertahan sampai dua jam. Aku tetap berpikir positif dan tidak mau mengada-ada. “Ini makanan kesukaan kamu…” kata ibuku sambil memberikan makanan kepadaku, sambil mengambil makan yang diberikan oleh ibuku aku meraba-raba tangan ibuku yang saat itu terasa dingin dan kaku, “Bu.. ibu abis megang es ya kok tangannya dingin banget? apa hawa AC supermarketnya masih nempel di tangan ibu?” tanyaku sambil bergurau, ibuku hanya diam tidak merespon.

Tak lama berselang aku mendengar suara orang mengetuk pintu depan rumahku, aku bergegas menuju pintu depan, tapi tiba-tiba ibu memanggilku dari ruang makan “Din, jangan dibuka itu Cuma orang iseng aja”. Kata ibuku dengan nada agak keras, aku penasaran lalu aku membuka jendela dan mengintip dari dalam. Aku kaget bukan main ketika melihat kedua orangtuaku yang baru saja pulang dari supermarket berada di depan pintu sambil melihat ke jendela dan berkata “ini ayah din, cepat buka pintunya”. Badanku lemas seketika, aku menoleh kebelakang dan melihat ke arah ruang makan dalam keadaan rumah yang masih gelap gulita saat itu aku melihat sosok bayangan tinggi berambut panjang dengan wajah yang samar-samar mendekatiku dan aku teriak sambil membuka pintu, aku langsung ke belakang ayahku yang berdiri tepat di depan pintu rumah.

“Kenapa kamu din?” ayahku bertanya heran bercampur kaget. “Aku lihat hantu yah.. badannya tinggi rambutnya panjang” kataku sambil memegang erat tangan ayahku. “Hantu? mungkin itu Cuma perasaan kamu.. kamu kan emang takut sama gelap..” Kata ayahku dengan santai. “Bener yah.. aku bicara sama mereka tadi di ruang makan, suara mereka mirip sama ayah dan ibu” kataku menegaskan. “Ya sudah.. sekarang kamu ikutin ayah baca ayat kursi dan surat Al-Ikhlas tiga kali” katanya lagi dengan tenang.

Beberapa detik setelah membaca ayat-ayat tersebut listrik komplek perumahan kami kembali menyala, aku dan orangtuaku bergegas masuk ke dalam rumah, lalu aku dan ayah berjalan menuju ruang makan dan melihat ada sebuah piring di meja dan sebuah lilin yang masih menyala. Padahal tadi waktu aku sedang makan tidak ada lilin yang menyala dan makanan yang aku makan juga tidak habis, tapi piring di meja itu bersih seperti habis dicuci. “lalu makanan yang aku makan tadi apa?” tanyaku dalam hati. “Astaghfirullah aku belum sholat Isya” kataku pelan. “Nah mending sholat Isya dulu sana dari pada mikirin yang macem-macem” tambah ibuku. “iya bu laksanakan!” kataku sambil tertawa kecil.

TAMAT

ADVERTISEMENT

Cerpen Karangan: Revi Muhamad Rafiq
Facebook: facebook.com/revi.araviq

Cerpen Takut Gelap merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Knock Knock

Oleh:
Ini merupakan malam yang amat mengerikan bagi Michael dan yang lain. Mereka terpaksa terkurung di rumah dengan Edward, psikopat yang mengincar nyawa mereka. Derap langkah kaki terdengar. Rinto membungkam

My Little Doll

Oleh:
Hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke 17, semua sahabat dan keluargaku memberi hadiah padaku, aku sangat senang mendapat kado dari mereka semua. Di antara semua kado yang

Karena Diundang

Oleh:
Aku menutup kedua mataku. Tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi setelah ini. Apa aku masih akan tetap hidup? Ya, Tuhan. Apa aku bodoh bertanya seperti ini? Billy mendelikkan

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

One response to “Takut Gelap”

  1. meirose says:

    ngeri juga sih..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *