The Gap

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Horor (Hantu), Cerpen Misteri
Lolos moderasi pada: 5 August 2019

Apa kalian pernah memperhatikan celah ventilasi kamar kalian pada saat ingin pergi tidur? Atau celah ventilasi kamar mandi kalian pada saat kalian sedang keramas? Atau bahkan celah yang terbentuk pada saat gorden kamar kalian tertiup kipas angin atau angin dari AC?

Ada pengalaman menarik yang akan kuceritakan pada kalian.

Sekedar informasi, aku tinggal sendirian. Orangtuaku tinggal di luar kota, adikku ikut kedua orangtua dan kakakku sudah menikah dan tinggal dengan istrinya. Aku menempati rumah yang cukup besar, dengan tanah sebesar 165 m2. Kamar yang aku tempati mengahadap keluar, dengan dua buah jendela yang cukup besar, satu menghadap ke kolam ikan yang kosong, dan satu lagi ke halaman.

Rumahku juga memiliki dua buah pohon besar yaitu pohon Jambu dan mangga yang sudah tidak berbuah lagi. Dikatakan bahwa pemilik rumah yang sebelumnya sangat menyukai pepohonan meskipun pada akhirnya ia kewalahan dengan sampah daun yang setiap hari menumpuk dan mengganggu tetangga.

Kejadian ini bermula ketika aku pulang kerja. Pada saat memasukkan sepeda motor ke halaman, aku mendengar suara seperti benda jatuh dari pohon mangga yang tidak berbuah tersebut.
Pada saat aku berusaha mencari apa yang jatuh, aku tidak menemukan apapun. Karena sering menonton film horror, aku tahu bahwa aku tidak seharusnya melihat ke atas, jadi aku langsung masuk tanpa melihat ke atas.

Karena kelelahan, aku langsung lupa dengan kejadian tersebut. Setelah mandi dan makan, aku langsung merebahkan diri di kasurku. Tak lama kemudian, ibuku menelepon.

“Alex, kamu sudah makan?”
“Sudah mah. Sekarang sudah malam, mama belum tidur?”
“Belum. Mama sedang tidak bisa tidur. Alex di rumah sama siapa?”
“Sendirian lah. Mana mungkin aku berani bawa perempuan kesini. Lagipula besok kan kerja, jadi teman laki-laki pun tidak mungkin menginap.”
“Oh.. Itu suara apa? Kamu sedang main game?”
“Suara apa sih mah? Alex sedang tiduran, tidak pegang game apapun.”
“Suaranya terdengan seperti orang sedang berbisik.”
“Jangan menakuti Alex ah. Sudah ya mah, Alex mau tidur.”
“Yeh, mama tidak menakuti kamu kok Lex. Ya sudah, biar besok tidak kesiangan.”
Kata-kata ibuku memang sedikit membuatku merinding. Tapi karena kelelahan, akhirnya aku tertidur juga.

Malam berganti pagi dan gelap berganti terang. Malam itu tidak terjadi apa-apa.

Keesokan harinya, aku pulang tepat waktu pada pukul lima sore. Karena jarak rumah dengan kantor yang tidak terlalu jauh, hanya 30 menit, jadi aku sudah sampai rumah pada saat langit masih cerah dan orang-orang masih banyak yang berada di luar. Karena memang aku orang yang cukup malas mandi, maka aku putuskan untuk makan malam dan menunda mandiku sampai waktu yang tidak aku tentukan. Setelah makan, tidak ada kejadian aneh sampai tepat pada pukul sembilan, ibuku kembali menelepon.

“Alex, kamu sudah makan?”
“Sudah mah. Mama sedang apa di sana?”
“Mama sudah mau tidur. Alex kamu benar tidak bawa teman ke rumah?”
“Alex tidak bawa teman mah! Kenapa lagi? Dengar suara lagi?”
“Malah sekarang lebih kencang dari kemarin. Tapi masih belum jelas. Biar mama rekam coba.”
“Hadeh sudah lah. Itu pasti karena signal handphone mama yang jelek di sana. Sudah deh. Malam mah.”
“Iya malam Alex. Jangan tidur terlalu malam ya.”
“Iya.”

ADVERTISEMENT

Setelah telepon ditutup, aku memutuskan untuk mandi. Pada saat keramas, aku merasa ada yang memperhatikanku. Setelah membilas semua shampoo yang menutupi wajah dan rambutku, aku memberanikan diri untuk melihat ke ventilasi.

Jelas tidak ada apa-apa di sana.

Setelah selesai mandi dan menggunakan pakaian tidur, aku langsung menuju ke kamar untuk tidur.

Malam berganti pagi dan gelap berganti terang.
Pada saat bangun, aku merasa sangat kesakitan di bagian pergelangan tanganku. Terasa seperti benda berat menindih tanganku.
Hari itu aku tetap masuk ke kantor dan bekerja seperti biasanya.
Malam itu aku bisa merasa cukup tenang karena besok adalah hari sabtu dan aku bisa terbangun semalaman untuk bermain game dan mengobrol dengan teman-temanku secara online.

Setelah sampai rumah, aku langsung mandi dan makan malam lalu menyalakan komputerku untuk bermain game.
Fyi, meja komputerku menghadap ke jendela yang menghadap ke halaman. Jadi pada saat aku bermain komputer, aku akan membelakangi jendela tersebut.

Malam itu, aku bermain bersama teman-temanku seperti biasa. Sebut saja mereka Franken, Juanda, Rizaldi, dan Stephen. Kami semua menggunakan salah satu aplikasi untuk melakukan video call. Itu sudah menjadi kebiasaan kami sebelum bermain game.
Pada saat semua sudah online, ada keanehan yang terjadi pada komputerku. Berikut pembicaraan kami malam itu.

Rizaldi: Alex, Kok aku tidak dapat melihatmu sih? Webcam-mu lupa dinyalakan kah?
Franken: Itu karena Alex itu bodoh jadi dia tidak mengerti cara menggunakan webcam.
Juanda: Memang Alex ini payah. Pantas saja kuliahnya selesai pada saat sudah semester 14! Hahaha…
Alex: Hei, kalian jangan bercanda yang macam-macam! Aku sudah menyalakan webcam dan aku bisa lihat kalian.
Stephen: Tapi kami tidak bisa lihat kamu Alex!
Alex: Coba screenshot komputer kalian. Aku mau lihat hitam bagaimana sih..
Rizaldi: Eh tunggu, itu layarmu sudah menya- WHAT THE F**K ALEX!
Juanda: ALEX KAMU JANGAN BERCANDA BEGITU!
Franken: KAMU TIDAK LUCU ALEX SUMPAH!
Stephen: JANGAN TAKUTI KAMI BEGITU DONG ALEX!
Alex: HEI GUYS, RELAX LAH! MEMANG ADA APA!
Juanda: ITU DIBELAKANGMU! DI SELA-SELA JENDELA!
Alex: Huh?

Makhluk itu mengintip dari sela-sela jendela.

Makhluk itu terlihat menyerupai orang, tapi dengan mata, hidung, dan mulut yang mengeluarkan darah. Mulutnya dihiasi senyuman lebar sambil menganga, senyuman yang sangat lebar, seperti dari telinga kiri, sampai ke telinga kanan.
Aku terpaku saat melihat makhluk itu.
Samar-samar aku mendengar suara dari makhluk tersebut.

“Akhirnya kamu melihat ke jendela…”
Setelah makhluk aneh itu mengatakan hal tersebut, aku langsung berusaha lari tapi entah apa yang terjadi, tiba-tiba tubuhku tertimpa sesuatu.
Makhluk tersebut berada tepat di atas tubuhku, dengan wajahnya yang dekat sekali dengan wajahku.

“Gantikan aku…”

Setelah itu semuanya gelap.

“Maaf pak, boleh tanya, apa benar rumah ini mau dijual dengan harga yang sangat murah?”
“Iya betul dik. Rumah ini mau dijual dengan sangat murah. Tapi bapak sarankan lebih baik adik urungkan niat adik untuk beli rumah ini.”
“Memangnya kenapa pak? Rumah ini bagus. Ada kolamnya juga.”
“Bapak akan berikan kamu sebuah foto yang diambil sekitar setahun yang lalu dan rekaman telepon antara penghuni rumah yang dulu dengan ibunya yang berada di luar kota.”
“Lho? Bapak kok bisa punya rekaman telepon antara si penghuni rumah yang lama dengan ibunya?”
“Ini adalah permintaan dari ibunya penghuni rumah yang dahulu. Supaya tidak ada lagi orang yang jadi korban. Ibunya sekarang sudah tidak tinggal di sini lagi. Rumah ini bersikeras dijual oleh ayahnya si penghuni yang dahulu karena ayahnya tidak percaya hal-hal mistis seperti ini. Padahal sudah jelas ada buktinya.”

Berikut adalah pembicaraan yang ada di telepon. Meskipun terdengar samar-samar, aku dapat mendengar suara bisikan dengan suara yang sangat mengerikan.

“Alex, kamu sudah makan?”
“Lihat ke Jendela….”
“Sudah mah. Mama sedang apa di sana?”
“Ketika kamu melihatku, kamu akan menggantikanku di sini…”
“Mama sudah mau tidur. Alex kamu benar tidak bawa teman ke rumah?”
“Alex tidak bawa teman mah? Kenapa lagi? Dengar suara lagi?”
“Sebagai penunggu rumah ini…”
“Malah sekarang lebih kencang dari kemarin. Tapi masih belum jelas. Biar mama rekam coba.”
“Hadeh sudah lah. Itu pasti karena signal handphone mama yang jelek disana. Sudah deh. Malam mah.”
“Kekekekekkekekekek…”
“Iya malam Alex. Jangan tidur terlalu malam ya.”
“Iya.”

Di dalam foto tersebut terdapat foto rumah ini, dengan bayangan seorang manusia, mungkin bukan manusia, yang mengintip dari jendela, dengan darah yang mengucur dari mata, hidung, dan mulutnya. Senyumnya yang sinis dan lebar menghiasi wajah makhluk itu.

-End-

Cerpen Karangan: Mee_Ayam
Facebook: facebook.com/profile.php?id=100010908880806
Sebelumnya saya menulis cerita berjudul Vanished dengan nama penulis Death21, tapi karena nama yang terkesan terlalu “Vulgar”, maka saya ganti dengan nickname game saya yaitu Mee_Ayam.
Enjoy Guys!

Cerpen The Gap merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Nenek Penunggu Sumur Tua

Oleh:
Minggu malam ini kami bertolak dari surabaya menuju kota jember, seperti biasa, kami akan merenovasi sebuah bangunan yang nantinya akan dibuat sebagai toko ban motor, cuma yang tidak biasa

Maaf

Oleh:
Namaku Anggita, kini aku duduk di bangku SMK, kini aku sudah dewasa. Entah mengapa aku baru merasakan penyesalan sekarang, setelah bertemu salah seorang anak kecil (anak indigo) yang berbicara

Misteri Tangisan Malam

Oleh:
Romy membuka pintu rumah dengan lelah. Ransel yang ia gendong seolah terasa ingin menelannya. Berat sekali. Ketika Romy hendak berjalan, ia tercengang kaget hampir menabrak seseorang. Gadis itu langsung

Nightmare

Oleh:
Beni adalah siswa SMA Merah Putih. Dia sangat populer dan dijuluki sebagai Beni’s Male Number One. Walaupun kenyataannya begitu, dia tidak pernah merasa sombong ataupun bersikap semena-mena. Itulah sebabnya

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

2 responses to “The Gap”

  1. moderator says:

    Ngemoderasi cerpen ini pas malem malem, dan makasih karena uda lumayan bikin bulu kuduk saya berdiri… ^_^

    ~ Mod N

  2. Alifia nabila syifa says:

    Untung bacanya malam takbiran idul adha, jadi gk terlalu ngeri:)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *