Tubuhmu Membiru

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Fantasi (Fiksi), Cerpen Horor (Hantu), Cerpen Thriller (Aksi)
Lolos moderasi pada: 18 July 2018

4 November, 3025
Suara-suara itu masih terdengar. Tidak sedikitpun membuat lamunanku buyar, justru membangkitkan hasratku yang besar, bergemuruh bagai suara tuntutan yang harus dibayar.

Aku berdiri di sini, di tepi jurang sambil memandang ke bawah. Melihat dia yang terbujur kaku dengan tubuh membiru, aku yakin dalam hitungan menit tubuh itu akan segera terkoyak, tak berwujud dan mengeluarkan darah yang banyak.

Beberapa jam sebelumnya, aku melihat dia tengah memandang hamparan hijau di hadapannya seperti yang aku lakukan saat ini. Rambutnya yang tergerai tersibak oleh angin. Pandangan matanya kosong, raganya tak bertenaga dan pikirannya melayang jauh entah ke mana. Tubuhnya tenang tapi tidak dengan jiwanya. Jantungnya berdegub kencang saat semakin lama suara itu semakin banyak, terdengar riuh dan bergemuruh.

Pikirannya kalut. Wajahnya sempat terlihat frustasi dengan kedua tangannya menutup telinga dan matanya terpejam. Mungkin jengah mendengar suara-suara itu, suara raungan dan decakkan yang terkadang ditambah suara erangan. Tidak sepertiku, dia begitu lemah bahkan untuk melawan dirinya sendiri.

Kulihat dia menghirup nafas dalam, membuka matanya perlahan untuk mencari ketenangan. Wanita itu menoleh memandangku. Tertegun beberapa saat, tatapan matanya berubah nanar dan senyum tipis tersungging di bibirnya. Aku terkejut saat dia melepaskan tubuhnya menuju pelukan bumi, merentangkan tangan seolah bumi siap menangkapnya saat tiba. Tubuhnya terbang bebas, melayang ringan jauh di udara, mengubur suara raungan dengan mencari suara yang paling sunyi, berharap dia dapat menghentikan waktu dan memutarnya. Tidak lama suara benturan terdengan jelas di telingaku, suara seonggok daging yang menghantam benda keras. Aku berjalan menuju tepi jurang dan melihat dirinya terbujur kaku dengan tubuh bersimbah darah.

Raungan itu tidak akan terjadi jika kegagalan tak pernah hadir. Kegagalan dalam sebuah eksperimen mengantarkan kami pada jurang bencana. Melakukan hal yang sangat fatal dengan mencoba menantang Tuhan, kami menjalankan eksperimen menghidupkan orang mati yang pernah dilakukan kepada seekor anjing tahun 1940 dan 2005. Namun yang terjadi adalah timbulnya makhluk-makhluk aneh yang lama-kelamaan semakin bertambah. Bermula hanya sepasang, makhluk itu menyerang manusia untuk dimatikan dan dihidupkan kembali dengan jiwa yang berbeda.

Pada mulanya sepasang manusia kami bunuh, darahnya dikuras dan diganti dengan oksigen dan larutan saline yang mengandung gula. Tiga jam kemudian kami mentransfusikan darah ke tubuh mereka. Setelah semua selesai, kami menyuntikan cairan stimulan ke dalam tubuh diikuti sengatan listrik. Tidak ada hal janggal pada hari pertama, mereka bangun kemudian membisu dan tatapan matanya kosong. Mereka lebih banyak tertidur dibanding terbangun, tidak ada aktivitas lain yang mereka lakukan selain duduk dan memandang nanar ke arah tembok. Seminggu kemudian kami kembali menyuntikan cairan stimulan dalam jumlah banyak agar jantung mereka lebih cepat bekerja. Kami memantau gerak-geriknya dalam sebuah monitor. Hasilnya cukup mengejutkan karena mereka mulai mampu mengelurkan suara dan bergerak, bahkan mereka sempat berjalan-jalan di sekitar ruangan.

Namun hal janggal terjadi saat kami memberinya makan. Seluruh makanan yang diberikan tidak sekalipun di sentuhnya. Mereka lebih memilih menggigit bungkusnya kemudian membuangnya begitu saja. Masih tetap bungkam dan sesekali meraung. Lima hari kemudian mereka tidak tertangkap layar monitor. Berbagai panggilan diserukan agar mereka muncul. Namun yang terjadi tetap sama, mereka tidak tampak. Hal ini menimbulkan spekulasi jika mereka kabur. Maka, kami meminta salah satu petugas untuk mengecek ke dalam ruangan.

Alangkah terkejutnya saat sang petugas membuka pintu ruangan dan terlihat di layar monitor hal yang menakutkan, sepasang manusia itu muncul dan langsung menyergap. Mereka mencabik dan menggigit tubuhnya, mengeluarkan usus dan beberapa organ dalam. Semua petugas berlarian menyelamatkan diri, begitupun kami. Dalam sekejap sepasang manusia itu kabur dan menyerang siapa saja yang mereka lihat, menggigit dan mencabik dengan buas dan mata beringas. Semakin lama makhluk itu semakin bertambah dan terus berlari mengejar kami.

ADVERTISEMENT

Semua petugas kabur demi menyelamatkan diri, namun sepertinya itu sia-sia karena makhluk itu lebih cepat mengejar. Beberapa kali kami diserang, makhkuk itu sempat mencakar lenganku sebelum akhirnya berhasil kabur dan menemukan tempat ini.

Aku masih memperhatikan tubuhnya yang semakin lama semakin terkoyak, darah segar mengalir melalui kepala dan perutnya. Aku pun tersenyum melihat pemandangan itu, suara-suara semakin bergaung dan aku pun melompat. Terbang melayang seperti yang dia lakukan. Berbeda dengannya, aku berhasil mendarat tepat di samping tubuh wanita itu bersama para makhluk mengerikan lainnya.

“Bersama.” Ucapku. Aku pun tersenyum sebelum akhirnya mengikuti apa yang mereka lakukan, mencabik dan mengeluarkan isi perutnya dan menikmatinya.

SELESAI

Cerpen Karangan: Tina Wiarsih
Blog: sangatbencicacing.blogspot.com

Cerpen Tubuhmu Membiru merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Bayangan Yang Hilang

Oleh:
Cahaya gelap kebiruan menembus kaca jendela kamarku. Kelopak mata yang masih melekat erat, aku paksa untuk membuka. Perlahan aku mencoba membuka kedua kelopak mataku, tatapan mataku tertuju ke arah

Perempuan Ini

Oleh:
Matahari terus bersinar dengan bangga, Ryan menatap ke atas satu kata yang pasti terlintas di otaknya “Panas” cukup untuk menggambarkan keadaanya yang begitu mengenaskan. Anak laki-laki ini hanya menatap

Haztin (Part 2)

Oleh:
Kali ini aku harus mencari seseorang dengan tekad yang benar-benar kuat, agar melancarkan pekerjaanku. Awalnya itulah yang aku pikirkan, hingga aku melihat seorang gadis berjalan lambat menuju sekolahan di

In Winter

Oleh:
Hari itu hujan turun dengan deras. Kabut menyelimuti kota itu. Hawa dingin nan mencekam mengelilinginya, membuatnya bagaikan tempat kelam yang belum terjejaki. Hujan terakhir di musim gugur yang membalut

Perjanjian Maut (Part 2)

Oleh:
Cerpen ini lanjutan cerita dari “The Train”, dan “Deja Vu” dan Perjanjian Maut Part 1 “Aku tidak mau!” kataku ketus menolak permohonan Ainara. “Alfi, tolonglah. Hanya kamu harapan negeri

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

4 responses to “Tubuhmu Membiru”

  1. Pieter says:

    Penulisannya bagus, cuma kurang panjang. Overall ini kek trailer film but fantastic. Keren!

  2. Elisa Ningsih says:

    Penulisannya keren kak. Sayang kalo gak ada lanjutannya..

  3. ATJD says:

    More like a zombie

Leave a Reply to Elisa Ningsih Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *