Where Are You? (Part 2)
Cerpen Karangan: Angel LaurentKategori: Cerpen Horor (Hantu), Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 11 September 2021
Diriku lalu termenung di dalam kesunyian. Dedaunan di pepohonan berjatuhan dengan lambat mengenai air di rawa yang kecil. Angin mulai bertiup dan suara nyanyian mulai terdengar. Nyanyian itu terdengar suara tolong, “help me.. i’m scared.. hiding in a quiet place.”
Dan seketika aku tersadar ketika remaja itu kembali sembari menyodorkan sebotol air minum.
“Kau melamun ya, kan?” ucap remaja itu.
Aku mengangguk pelan dan meminum air di botol yang diberikan oleh remaja itu.
Larut dalam senyap, remaja itu lalu mencoba memperkenalkan dirinya. “Em.., hai boleh berkenalan?” ucapnya dengan ragu mengulurkan tangannya.
“Silahkan” balasku mengizinkannya dan membalas dengan menyalami tangannya.
Remaja itu mulai memperkenalkan dirinya, “namaku Felix dan siapa namamu?” tanya ia kepadaku dengan senyuman kecil.
“Aku Vivian panggil aja Vivi,” jelasku singkat.
Tidak lama terdengar suara Windy yang berteriak ketakutan, anehnya suara itu berasal dari rawa di sebelah kanan kami.
“Windy!?” teriakku berlari melihat rawa yang tenang itu.
Remaja tadi atau si Felix lalu mencoba berenang rawa. Dia langsung menyelam tanpa apa-apa pun.
“Astaga, apakah hanya aku yang tidak pandai berenang?” gumamku berlari bolak-balik menunggu kabar dari dia.
Aku terus bergumam, dan tiba-tiba Felix membawa Windy ke darat. Sedangkan Windy masih tidak sadar.
Segera aku menelepon kepada Lilis dan Desi untuk segera menemui kami. Sesaat, mereka lalu berlari menghampiri diriku.
“Astaga ada apa dengan Windy?, dia tercebur kah?” tanya Desi bersembunyi di belakang Lilis.
“Gak sadarkan diri nih orang, kita bawa ke rumah sakit aja lah ya?” pinta Lilis mencoba memapah Windy.
“Vivian aku pulang duluan ya, udah basah kuyup nih” ucapnya.
“Silakan haha, maaf udah ngerepotin” ucapku dengan hati penuh rasa bersalah.
“No problem, moga temanmu cepat siuman ya” pamitnya dan berjalan meninggalkan kami.
“Ayo buruan bawa ke rumah sakit, pake bengong segala” tambah Desi.
Sampai di rumah sakit… Orangnya baru sadar dan shock.
“Hah!?, kok aku di rumah sakit aaaaaa tolong-tolong” teriak Windy.
Desi langsung menutup mulut Windy dan berkata “diamlah Windy, ini rumah sakit banyak orang. Malu dong pake teriak teriak segala lagi!.”
Karena Windy dari kecil adalah phobia dengan rumah sakit, jadi kami putuskan untuk membawanya pulang ke rumah.
“Sudahlah, sana istirahat!” pintaku kepada Windy.
“Selamat malam”
“Selamat malam juga semuanya” balas Windy dari dalam kamar.
Keesokan harinya, kami bertiga diajak keluar sama Lilis.
“Ayolah sesekali kita pergi berbelanja di mall” ucapnya terus menarik-narik tanganku.
“Jika tidak aku akan pingsan” ancamnya memegang keningnya, “udah ikut aja sesekali gapapa ya kan?” tambah Desi menggunakan heels.
Sudahlah aku ikut saja dari pada main ancam ancam nih anak satu, nyalinya gede amat.
Sampai di mall, Lilis memilih banyak dress untuk diriku, Desi, Windy dan Clara. Ia memilih gaun yang sama sebagai tanda persahabatan sedangkan yang lain sedang asik membeli camilan. Sepertinya aku sendiri jadi kelinci percobaan pakaian, capek tau gonta ganti baju.
“Uda ah borong aja semuanya susah-susah amat Lis” tambah Windy berjalan membawa paper bag besar.
“Iya juga yah, udah ini bawa, yang ini juga, ini, dan topi ini, sepertinya jepit rambut ini istimewa beli ah, OMG dress ini cantik banget pasti pas dengan ukuran badan aku beli juga ah. Sudah cukup yuk ke kasirnya, gak sabar mau cobain nih” serunya memilih-milih baju.
Yang lainnya ternganga melihat baju bertumpukan yang akan ia beli.
Kami lalu makan di sebuah restoran dekat tempat perbelanjaan.
“Mari kita makan, kalian mau makan apa?” tawar Lilis sambil memegang menu.
Ia lalu mulai menyebutkan makanan yang tertera di menu “Chicken steak, Bibimbap, Beef steak black pepper sauce, Sate Padang, Rendang, Mie Aceh, Sotong Pangkong, Pengkang?” ucapnya heran.
“Pengkang apaan tuh?, belum pernah dengar” tambahnya bingung.
Seorang pelayanan yang mendengarkan percakapan mereka lalu datang menghampiri Lilista.
“Permisi kak, ada yang bisa saya bantu tidak?” sapanya membawa sehelai serbet.
Lilis lalu bertanya mengenai makanan tersebut.
Pelayan restoran itu lalu menjelaskan “Makanannya ini terbuat dari ketan atau dalam daerah Kalbar dengan nama pulut yang isinya berupa ebi, kakak mau coba tidak” tambahnya.
“Silakan silakan” jawab Windy cepat.
Sekitar 12 menit mungkin para pelayan lalu datang membawa sejumlah makanan yang sempat ia pesan.
“Waktunya menyantap makanan siang ini yummy” ucap Desi mulai melahap seekor cumi-cumi berukuran sedang.
Yang lainnya melihat Desi, “tidak jijik kah dia makan cumi-cumi?” bisik Windy.
“Aku gak tau, tapi kelihatannya begitu” balas Lilis berbisik.
“Kenapa kalian mau nih kukasih” ucap Desi menyendok sotong dan menaruh ke piring Lilis dan Windy, “Vivi mau juga?” tawarnya.
Dengan cepat aku menolak dengan sopan dan mulai memakan bubur pedas.
Lilis terus melihat sotong yang berada di piringnya itu, dirinya bahkan belum makan sama sekali.
“Lilis kamu beli makanan kok gak dimakan?” tanyaku sambil memakan sesendok bubur.
“Boleh jauhkan makanan ini gak, jijik banget. Gimanalah coba mau makan, seleraku uda hilang duluan tau!” balasnya sambil menggosok kedua bahunya.
Desi lalu memakan sotong yang berada di piring Lilis. Lilis lalu mulai menyantap sambil membayangkan betapa jijiknya sotong.
Setelah makan, kami memutuskan kembali ke rumah. Di rumah, kami segera mencoba pakaian yang dibeli.
Ruangan terasa sangat sibuk, “wah lihatlah model baju ini sangat anggun” puji Windy.
Sedangkan Desi mencoba heelsnya yang cantik dan unik. Yap begitulah kisah hari ini.
Keesokan harinya kami berempat bersama-sama pergi ke sekolah, seperti biasa yaitu jalan kaki.
“Good Morning everyone!” sapa miss Melia datang ke kelas.
“Morning miss Melia” balas semuanya serentak.
Miss Melia lalu melihat ke arah kami dan bertanya, “Clara, Calorine, sama Josephine belum masuk ke kelas ya?.”
Salah satu teman Calorine lalu menjawab “kemarin saya dengar besok mereka kembali ke sekolah bu!”, “oh baiklah jika begitu. Ulangan hari ini kita tunda sampai besok ya” ucap Miss Melia menuliskan sesuatu di papan tulis.
“Semuanya disuruh ke lapangan sekolah!” teriak salah satu murid dari kelas sebelah.
Ramai-ramai semua murid berjalan berbaris di lapangan yang sudah panas terik. Banyak sekali murid perempuan yang pake bawa buku segala buat nutupin cahaya. Hadeh lebay banget gitu, sampai digosipin kelas sebelah. Ckckck, “uda biasa anak kelas 12A kalau gak salah” tambah Windy.
Seorang guru pria laki-laki lalu memegang microphone.
“Hallo murid-murid, sebelumnya maaf ya kalian harus berkumpul di panas terik hari ini. Saya ingin memberitahu tentang tugas yang diajukan di luar kota untuk murid kelas 12A sampai 12 E. Dengar siswi tidak bisa pulang karena ada kendala dan beberapa murid sempat terjatuh ke tebing”. Serentak semua murid kaget bukan kepalang mendengar apa yang dikatakan oleh Mr. Liam.
Disaat itu pun hatiku mulai merasa ada yang tidak benar. Windy lalu berbisik kepada diriku bahwa ia merasa ada yang aneh juga. “Kuharap tidak akan terjadi apa-apa pun terhadap Clara” ucapnya Desi sambil melihat tangannya.
Murid perempuan yang bernama Caroline lalu mengangkat suara.
“Mister!, Josephine gak kenapa-napa kan?” tanyanya dengan lantang di tengah keramaian.
Mister Liam lalu menjawab bahwa terdapat 3 atau 4 murid.
Seluruh murid makin panik mendengar jawabannya.
“We kalian ngerasa aneh gak we?” tanya Desi melihat sekeliling.
“Enggak!” jawab diriku dan yang lainnya serentak.
Desi lalu menceritakan kepada kami katanya ia punya firasat buruk.
“Iih kok kamu ngomongnya gitu sih, amit amit” ucap Clara mengetuk-ngetuk dahinya.
Cerpen Karangan: Angel Laurent
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 11 September 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com
Cerpen Where Are You? (Part 2) merupakan cerita pendek karangan Angel Laurent, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Diary Bernoda Merah
Oleh: Isnin MaliyaIni sudah kesekian kalinya aku mengubrak-abrik meja belajar dan lemariku. Namun, tetap saja benda berbentuk segi-empat itu tidak kutemukan. Aku coba mengingat-ingat di mana terakhir kali aku meletakkan buku
Zombie
Oleh: Romy HwNama saya Willi, anak pertama dari tiga bersaudara. Sekarang saya duduk di bangku kuliah, tahun ini semester empat. Kedua adikku Beny dan Joe masih di sekolah menengah atas kelas
Teman Sempurna
Oleh: Nasywa ZaaidahHari ini, cuaca sedang hujan. Nayla membiarkan rambutnya ditiup angin. Tubuhnya yang sudah dingin itu, tak ia hiraukan. Ia ingin merasakan hujan ini. ‘andai aku bisa melihat hujan’ pikirnya.
Misteri yang Belum Terpecahkan (Part 1)
Oleh: M Yusuf Abul MahasinPada saat itu, Firman mengajakku pergi ke sebuah tempat yang katanya sangat ramai dikunjungi oleh banyak orang. Aku pun menyanggupi keinginannya tersebut. Sebelum berangkat, kami berkumpul dahulu di rumahku.
Lemari Kosong (Part 2)
Oleh: Kheiyn Nak“Sakit! Tolong! Ini keras!” Aku meneguk ludah kering, rasa panas membanjiri area punggung dan tanganku berkeringat. Aku tidak berani bergerak sedikitpun. Bahkan mulutku yang ingin berteriak hanya bisa bergerak-gerak
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Leave a Reply