Cerita Mindset

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Inspiratif
Lolos moderasi pada: 27 August 2023

Sebagian orang mungkin merasa diri mereka sudah pintar. Hanya karena rata-rata nilai rapot mereka diatas 8. Seolah hasil itu akan terus menentukan kecerdasan mereka sampai besar. Sehingga hilang sudah keinginan untuk belajar.

Nyatanya orang-orang dengan fixed mindset terlalu takut untuk melangkah, karena tidak ingin menerima kenyataan bahwasanya mereka itu bodoh. Mereka lebih baik mengerjakan sesuatu yang mudah berulang kali dan mendapat pujian. Dari pada mengerjakan sesuatu yang sulit lalu mendapat kritikan.

Orang-orang dengan fixed mindset merasa diri mereka cerdas ketika mengerjakan sesuatu dengan kurun waktu lebih cepat dari pada yang lain. Berbeda dengan orang yang mempunyai growth mindset. Mereka tidak menstampel diri mereka pintar. Mereka menandai diri mereka sebagai seorang pembelajar. Mereka percaya, apapun bisa mereka raih dengan usaha. Mereka tidak percaya akan adanya bakat dari lahir.

Dan jikapun memang ada. Percuma juga jika tidak dilatih. Ujung-ujungnya tetap usaha juga yang menentukan. Mereka tidak takut akan kritik. Mereka menganggap kritik adalah perkembangan yang bagus. Artinya, apa yang mereka lakukan bisa terkoneksi dengan orang lain.

Itu yang gue pelajari dari buku mindset karya Carol S. Dweck setelah membaca 45 halaman. Tentunya gue sadar kalo selama ini gue punya fixed mindset. Gue lebih baik untuk tidak mencoba sama sekali daripada setelah mencoba gue tetap gagal.

Gagal bagi gue adalah keburukkan yang tidak bisa ditoleransi. Itu tandanya gue adalah orang bodoh, ngga berguna dan hal negatif lainnya. Setelah baca buku itu. Gue sadar betapa hitam putihnya pola pikir gue selama ini. Dan dari situ gue memutuskan untuk merubah mindset gue.

Gue rapikan lagi buku yang berantakan ke asalnya. Ke rak buku yang gue taruh di sebelah ranjang. menyambut jati diri baru. “Hai, selamat datang afre” Sapa gue pada diri sendiri. Langit yang mendung juga sudah panas lagi. Seakan alam pun turut bahagia dengan identitas ini.

Matahari sudah berulangkali turun dan naik. Hari baru terus berganti. Setelah 1 bulan yang lalu gue memutuskan untuk berubah. perubahan sudah banyak terlihat. Tidak dipungkiri kemalasan juga terkadang menyerang. Dan beberapa kali gue lelah. Tapi motivasi gue tetep ngga berubah.

Gue mulai berani meracuni temen-temen gue untuk ngubah mindset mereka juga. Tapi setelah sebulan berjalan, perubahan mereka lebih lambat dari perkiraan. Gue pun mulai bertanya Kenapa. Kenapa perubahannya beda?

ADVERTISEMENT

Oke setiap orang memang punya kemampuannya sendiri. Tapi yang gue lihat, ini bukan perihal kemampuan atau perbedaan motivasi. Karena faktanya, dia lebih pinter dari gue sejak sma. Gue pun mulai mencari perbedaan paling mencolok antara gue dan temen gue. Dan ini hari yang tepat untuk mengobservasi perihal itu.

“Fre, gue udah di depan, lo keluar lah” Ini ucap Fisi saat telepon gue. Dia udah setia nungguin di motor depan gerbang.
“Bentar gue nutup pintu kosan dulu” Balas gue. HP masih tertempel di telinga sebelah kanan dengan kepala gue yang juga miring ke sebelah kanan.

Tak perlu lama-lama. Gue langsung nyamperin Fisi setelah naro kunci kosan ke dalem tas. Fisi keliatan rapi dengan setelan baju crop dan celana leging hitam. Menggunakan helm bogo berwarna hitam dengan tulisan di bagian belakang kepala. Tas kecil menempel di sela ketiak sebelah kanannya.

“Jadi lo beli kado buat pacar lo?” Tanya gue ga yakin.
“Jadi lah, ngapain gue jauh jauh jemput lo kalo ngga jadi” Jawab Fisi agak sarkas.

Pada akhirnya gue nurut aja bonceng dia dibawa ke salah satu mall paling rame di kota. Parkir aja harus muter-muter dulu nyari yang kosong. Dan akhirnya setelah beberapa kali keduluan orang, ketemu lah space kosong yang agak jauh dari pintu belakang mall. Tapi gapapa, yang penting bisa tetep parkir di area mall.

Gue sama Fisi langsung jalan. Dan disinilah gue tau sesuatu. “Fre, gue sebenernya yakin ga yakin dia bakal nerima hadiah gue” Ucap Fisi. Wajahnya keliatan sedikit putus asa dan pasrah.
“Ya lo iklas ga beliin buat dia, masalahnya ini gada acara apa-apa loh, ulang taun bukan, sunatan bukan, nikahan juga bukan” Balas gue dengan sedikit candaan
“Ya lo pinter dikit napa fre, sunat ya udah dari dulu lah pasti, ulang taun dia masi lama, dan kalo nikahan, yang ada gue udah berdiri tuh disamping dia nyalamin orang-orang termasuk elu. Kan ini sebagai bentuk effort gue biar dia ga marah lagiiii Afrezaaaa” Jelas Fisi sedikit geregetan dengan gerakan tangan menekan pipi gue.
“Pede lo dinikahin. Ya trus, ngapain lo mikir dia bakal nerima atau engga, kan yang penting lo udah berusaha”
“Tetep aja gue takut dia ga nerima, kalo malahan dia ga suka gimana, sia sia usaha gue. fiks gue harus cari kado yang mahal biar dia suka ”
“Mungkin ini kali yaa bedanya” Batin gue. “gausah mahal-mahal juga kali, asal dia tau effort lu juga kayanya bakal diterima suka ga suka” Jawab gue ke Fisi. Dan gue pun mulai berfikir seraya nemenin dia keliling mall.

Dia terlalu fokus sama hasil dari pada prosesnya. Dari yang gue baca, Kita seharusnya menjalani hidup selaras dengan alam. Makaudnya, kita hidup menjalani sesuai dengan tugas seorang manusia. Karena itu yang membedakan kita dengan binatang.

Manusia memiliki akal. Dan dengan akal kita bisa berfikir, hal apa yang sepantasnya direnungkan. Menurut buku filosofi teras karya Henry Manampiring, kita bisa memisahkannya menjadi 2 konsep dasar, yaitu hal yang bisa dikendalikan dan yang tidak bisa dikendalikan.

Contoh untuk yang bisa dikendalikan adalah perasaan kita sendiri, opini kita, cara kita melihat sesuatu dll. yang berhubungan dengan diri sendiri. Sedangkan yang tidak bisa dikendalikan adalah hal yang diluar diri seperti pendapat cowo Fisi tentang kado yang dikasih nantinya, atau suka engga nya.

Dari kasus Fisi, yang bisa dikendalikan adalah perasaan Fisi, kemauan dia untuk nggak meduliin suka engganya pacarnya nanti. Dia hanya perlu melakukan yang terbaik yang dia bisa untuk membuat pacarnya senang dengan kadonya. Perihal suka atau tidaknya itu belakangan.

Dan karna Fisi terlalu fokus sama hal yang gak bisa dia kendaliin itulah yang ngebuat energi dia habis duluan.

Disini gue sadar. Keselarasan filosofi teras ini dengan keingingan gue untuk merubah mindset adalah faktor terpentingnya. Gue selama ini mengikuti ajaran stoikisme atau si filosofi teras ini. Dan alhasil, gue lebih fokus kepada internal goal gue ketimbang outcomenya. Gue ngabisin energi gue untuk sistem yang gue terapin dalam ngubah mindset gue tanpa memusingkan sasarannya.

“Thankyou ya, lo udah mau nemenin gue” Kata Fisi setelah gue turun dari motornya. Gerbang kosan gue udah kebuka dikit.
“Yaelah, kaya sama siapa lo. Btw abis ini lo mau langsung kasih tu kado?” Balas gue membuka helm.
“Iya nih, gue udah pasrah banget lah, dia nerima ya syukur engga ya yang penting gue udah usaha deh”
“Yaudah, besti gue gaboleh loyo gitu, muka lo jelek kalo lagi putus asa” Ucap gue sambil ketawa jail.
“Yaudah, gue ke tempat pacar gue dulu yaa, takut kesorean, udah jam 4 ini”
“Yaudah sono ati-ati lo, 1 pesen gue, fokus aja sama yang lo kerjain, masalah hasil pikir belakangan, inget usaha ga akan menghianati hasil”

Fisi tersenyum menganggukan kepala sambil menyalakan lagi mesin motornya. Melambaikan tangan yang juga gue balas dengan lambaian. Ia melaju pelan sampai akhirnya tak keliatan lagi.

Hari besoknya gue dapet pesan dari Fisi. Dia bilang cowonya nerima kado dari dia dan keliatan seneng banget dengan kadonya. Tentu gue ikut seneng. Tapi kalo, dipikir-pikir lagi. Sia-sia juga dia musingin hal yang dia sendiri gabisa apa-apa.

Cerpen Karangan: Felisya
Follow IG gue buat tau gue lebih dalam
@fzraoase

Cerpen Cerita Mindset merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Selamat Makan, Ayah

Oleh:
Aku pernah melihat orang itu. Tidak hanya satu kali. Bahkan berkali-kali. Tapi aku belum mengetahui siapa namanya. Aku hanya mengenal wajahnya saja. Melihat dia seperti melihat ayah. Wajahnya menumbuhkan

Artca Penyelamat Budaya

Oleh:
Di era globalisasi ini remaja lebih sering menghabiskan masa-masa remajanya untuk bermain. Mereka juga jarang ada dirumah dan berkumpul bersama keluarganya. Sungguh miris melihat sikap dan prilaku remaja masa

Sahabat Bumi

Oleh:
Hai, Kawan. Penahkah kalian bayangkan bagaimana keadaan bumi kita tahun 2040? Tahukah kalian bagaimana hidup manusia modern pada tahun tersebut? Baiklah. Jika kalian tak bisa membayangkannya biar aku yang

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *