Ketika Kebaikan Mendatangkan Ujian (Part 3)

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Islami (Religi), Cerpen Penyesalan, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 29 February 2016

Di hari pertama kami berkumpul di lapangan untuk upacara. Selesai itu, kami diperintahkan masuk ke dalam kelas yang sudah ditentukan nama-namanya oleh panitia Osis untuk pengenalan dan mendengarkan materi selama kami melaksanakan MOPD. Aku sudah mendapatkan teman baru di hari pertama MOPD ini. Ana, itulah namanya. Dia gadis yang baik, cantik, dan kalau berbicara suka frontal. Dia sudah mengenakan jilbab, karena dia lulusan dari SMP Islam. Aku sempat bertanya-tanya padanya tentang bagaimana rasanya memakai jilbab. Dia bilang, memakai jilbab itu menyenangkan. Dengan berjilbab, kita bisa terhindar dari kejahatan dunia, dan dari kejahatan laki-laki yang ingin berbuat tidak baik kepada kita. Aku jadi semakin yakin dan semangat untuk memakai jilbab setelah mendengar jawaban Ana tersebut.

Di hari kedua adalah pemeriksaan barang bawaan yang sudah ditentukan. Bagi yang tidak membawa ataupun tidak lengkap, akan dikenakan sanksi atau hukuman. Untung saja barang bawaanku lengkap, jadinya aku tidak kena hukuman. Semua itu juga berkat bantuan Kakak yang susah payah mencarinya. Materi yang diberikan di hari kedua adalah bagaimana sikap seorang pemimpin yang baik. Seseorang bisa dikatakan menjadi pemimpin yang baik apabila dia sudah memenuhi beberapa kriteria persyaratan. Yaitu, jujur, disiplin, pemberani, cerdas, dan mudah berteman. Sebenarnya kriteria persyaratannya itu banyak, tapi kriteria yang sudah disebutkan tadi yang paling utama. Karena, pemimpin itu harus jujur, jika tidak, dia tidak dapat dipercayai oleh orang lain, terutama oleh anggotanya sendiri.

Pemimpin juga harus disiplin. Jika dia tidak mencontohkan kedisiplinan pada yang lain, maka yang lain pun tidak akan disiplin. Sebab, pemimpin itu adalah contoh untuk para anggotanya. Selain disiplin, pemimpin itu juga harus pemberani. Berani berbicara di depan umum, dan berani dalam mengambil tindakan. Agar dia bisa mencontohkan kepada anggotanya untuk berani dalam melakukan sesuatu. Cerdas, ya, ini pun termasuk di dalamnya. Cerdas dalam berpikir dan membagi waktu. Jika dia tidak pintar membagi waktu, dia tidak akan pernah bisa punya waktu untuk belajar dan waktu yang bermanfaat lainnya. Dan yang terakhir itu adalah mudah berteman. Seorang pemimpin itu harus bisa berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya melalui pertemanan. Karena, dengan berteman kita bisa mencurahkan perasaan kita kepadanya, juga dapat membantu kita ketika kita mengalami kesulitan.

Di hari ketiga kami banyak menjalani kegiatan yang membuat kami lelah. karena kegiatan di hari terakhir MOPD ini banyak menyita waktu. Dari mulai mendengar dan menyimak materi yang diberikan oleh pemateri, sampai games-games yang menguras tenaga dan pikiran. Tapi semua itu tidak terasa jika kita menjalankannya dengan baik, bahkan kita akan merasakan adanya manfaat dari kegiatan tersebut. Kita dapat mengenal satu dengan yang lain, mendapat pengalaman dan dapat menyatukan kami dalam satu sekolah, walau sebelumnya sekolah kami berbeda.

Jam 2 siang kami pulang. MOPD-nya berjalan dengan lancar. Sebelum pulang, kami ke mading sekolah untuk melihat hasil tes yang sudah kami jalani. Apakah kami dinyatakan lulus dan keterima di sekolah itu atau tidak? Semuanya ada di mading tersebut. Ternyata kami calon peserta didik baru dinyatakan lulus dan keterima menjadi murid baru di sekolah ini. Alhamdulillah.. Satu per satu para peserta sudah pulang dengan jemputannya. Kini tersisa hanya aku sendiri yang menunggu Kakak menjemputku. Sebenarnya tidak hanya aku, Kakak-kakak Senior Osis masih ada di dalam sedang berkumpul-kumpul bersama. Membahas dan bercerita tentang keseruan hari ini, dan sekedar beristirahat sejenak menghilangkan rasa lelah. Sampai akhirnya mereka semua pulang karena hari semakin sore. Sebelum mereka semua pulang, ada salah satu Kakak Senior Osis laki-laki datang menghampiriku.

“Kok masih di sini Dek, belum pulang?” Tanyanya.
“Belum Kak, aku sedang menunggu Kakakku,” Jawabku.
“Sampai kapan menunggunya? Kalau masih lama, biar Kakak yang akan mengantarkanmu pulang,” Dia menawariku pulang dengannya.
“Tidak perlu Kak, aku menunggu Kakakku saja. Sebentar lagi mungkin datang,” Aku menolaknya dengan senyuman.
“Yakin mau menunggu Kakakmu?” Dia kembali bertanya.
“Iya Kak,” Jawabku.
“Ya sudah, Kakak duluan ya.. Kamu hati-hati dan jaga diri kamu baik-baik!!” Pesannya.
“Iya, terima kasih Kak,” Dia pun berlalu meninggalkanku menggunakan motornya.

Sesekali ku melirik jam merah muda yang terpasang di tangan kiriku, sudah jam segini kakak belum datang. Apa dia lupa denganku? Lupa untuk menjemputku pulang MOPD yang terakhir hari ini? Ah, tidak mungkin Kakak lupa, dia sendiri yang bilang akan menjemputku. Waktu pun berlalu begitu cepat, dunia sudah berubah menjadi gelap. Suara perutku mulai terdengar, tenggorokanku pun sudah mengering. Aku benar-benar kelaparan dan kehausan. Ingin sekali aku membeli makan dan minum, tapi uang sakuku habis.

Yang aku harapkan hanyalah kedatangan Kakak, tapi sampai saat ini dia belum juga datang. Aku terduduk lelah di bangku halaman sekolah, memandang dan memperhatikan jalan raya, berharap Kakak ada di antara orang-orang yang sedang berkendara. Namun, berharap semakin berharap, hanya membuat sakit hatiku. Aku kecewa dan merasa terbohongi olehnya. Tidak lama kemudian, saat waktu menunjukkan pukul delapan, aku melihat sebuah mobil terparkir di depan gerbang sekolah. Senyum si pengemudi terpancar saat melihatku. Senyumannya itu sudah tidak asing lagi buatku. Tidak salah dan tidak bukan itu adalah Kakak.

“Kakak pikir kamu sudah pulang, ternyata belum,” Ucapnya dengan santai. Karena tidak ada jawaban dariku, dia langsung mengajakku pulang. “Ayo kita pulang!!”
Aku hanya diam tanpa berkata apa pun. Rasanya mulutku terlalu sulit untuk mengeluarkan suara dengan suasana hatiku yang sedang marah seperti ini.
“Kamu kenapa Dek?” Tanyanya tanpa merasa bersalah sedikit pun. Apa? Kakak masih bertanya aku kenapa? Apa dia tidak bisa melihat kelelahanku ini karena sudah lama menununggunya?
“Kenapa Dek?” Kakak kembali bertanya.

Aku tetap diam tanpa pernah menjawab pertanyaannya, dan tanpa pernah mengalihkan pandanganku yang sedari tadi sedang memandang lurus ke depan. Karena Kakak terus bertanya, aku pun menjawab pertanyaannya. Dengan marah aku berkata. “Kakak bertanya aku kenapa? Seharusnya aku yang bertanya sama Kakak, Kakak sudah tahu kan kapan Kakak akan menjemputku? Kenapa kakak baru menjemputku sekarang? Kakak tahu tidak, aku sudah berjam-jam menunggu Kakak, dari siang tadi sampai malam seperti ini. Aku sudah mencoba untuk menghubungi Kakak, tapi telepon Kakak tidak aktif. Kakak ke mana? aku kelaparan dan kehausan Kak, uang sakuku habis untuk bisa membeli makan dan minum juga untuk ongkos pulang naik angkutan umum. Kalau uangku masih ada, aku akan pulang sendiri tanpa harus menunggu Kakak!!”

ADVERTISEMENT

“Maafin Kakak Dek. Handphone Kakak mati, jadi Kakak tidak bisa menghubungi kamu. Kakak juga…” Jawabnya dengan penuh penyesalan sambil mencoba menjelaskan kenapa dia telat menjemputku. Tapi belum selesai dia bicara, aku sudah beranjak pergi meninggalkannya. “Dengerin penjelasan Kakak dulu Dek,” Dia mencoba menghalangiku, namun langkahku untuk pergi darinya sudah kuat, sehingga dia menyerah dan membiarkanku pergi. Aku tidak peduli dengan penjelasan dan kata-kata yang ke luar dari mulutnya. Aku sudah terlanjur marah dan kecewa dengannya.

Aku berjalan cukup cepat dengan tangisku yang sudah memecah. Air mata yang menggenang di mataku membuat pengelihatanku samar-samar. Aku berjalan dengan langkah yang tidak menentu. Tanpa ku sadari ada sebuah mobil yang melaju dengan kencang menuju ke arahku. Kakak memberitahuku agar aku menghindar dari tempat itu. Namun aku tidak mendengarkannya. Kakak kembali memberitahuku dengan teriakannya yang kencang, barulah aku menyadari bahwa keadaanku sedang darurat.

Aku ingin sekali memanggil Kakak dan berkata. “Kakak tolong aku,” Namun, mobil itu lama-lama dekat, dekat dan akhirnya menabrak diriku. Aku masih mendengar teriakannya, tapi kali ini dengan kekhawatiran. Aku tidak tahu lagi apa yang terjadi selanjutnya, karena ku sudah tak sadarkan diri. Saatku sadar, aku sudah berada di rumah sakit dengan perban di kepala dan infus di tangan. Aku merasakan sakit di kepala, tangan dan badanku, tapi tidak dengan kakiku. Kedua kakiku serasa mati rasa, aku tidak dapat merasakan dan menggerakkannya. Aku membangunkan kakak yang sedang tertidur pulas di samping kananku, untuk bertanya apa yang telah terjadi padaku.

“Kakak,” Lirihku memanggilnya. Kakak pun terbangun setelah aku membangunkannya.
“Alhamdulillah.. Kamu sudah sadar Dek? Kakak khawatir banget sama kamu,” Katanya sambil memegang tanganku.
“Aku kenapa Kak?” Tanyaku yang sedikit menahan sakit di kepalaku.
“Semalam kamu mengalami kecelakaan,” Jawabnya.
Tanpa basa-basi lagi, aku langsung menanyakan kenapa aku tidak bisa merasakan dan menggerakan kakiku.
“Kakiku kenapa Kak? Kenapa tidak bisa digerakkan?” Setelah mendengar pertanyaanku tersebut, kakak menjadi diam dan memandangku sedih. Oh Allah.. Apa yang telah terjadi denganku?
“Kaki kamu.. Kaki kamu.. Kaki kamu lumpuh Dek,” Jawab kakak dengan gugup.

Seperti sehabis mendengar petir yang suaranya menggelegar begitu kencang, sehingga membuatku sangat terkejut mendengar jawabannya. Tangis pun mengiringi detak jantung yang sedang berdetak kencang juga. “Jadi aku sudah tidak bisa berjalan lagi Kak?” Ucapku dengan tangis yang ingin memecah.
“Kamu sabar ya Dek, sabar,” Kakak mencoba menenangkanku.

Aku menangis, menangis bukan karena kakiku sudah tidak bisa berjalan lagi, akan tetapi menangis menyesali perbuatan bodohku. Perbuatan bodoh yang sudah durhaka pada kakak, yang sudah memarahinya karena telat datang untuk menjemputku. Padahal Kakak sudah meminta maaf dan mencoba menjelaskan mengapa dia telat. Tapi aku terlalu egois, sehingga aku tidak pernah memberinya kesempatan untuk menjelaskan semuanya.

“Pasti ini semua karena aku sudah durhaka sama kakak? Maafin aku Kak, maafin aku,” Maafku dengan penuh penyesalan. “Kamu gak salah Dek, Kakak yang salah. Maafin Kakak ya,” Kakak memelukku, membelai lembut rambutku dan menenangkanku. Oh tidak.. Aku tidak menyangka semua akan menjadi seperti ini. Kenapa aku tidak bisa menahan emosiku? Kenapa aku membiarkan setan menguasai diriku untuk memarahi Kakak yang sudah begitu baik denganku? Amarah sesaatku membawa bencana bagi diriku sendiri.

Bersambung

Cerpen Karangan: Siti Mariyam
Facebook: Siti Mariyam
Assalamualaikum. Hai, aku Mariyam. Aku masih kelas 2 SMA yang ada dikota Tangerang, tempat tinggalku. Hobiku sudah pasti mengarang cerita, selain itu aku suka membaca, juga mendengarkan musik. Aku fikir cerpen pertamaku yang berjudul “Surat Izin Mengikuti LDKS” tidak lolos moderasi, karena menunggu masa moderasinya lama banget. Kalau masalah menunggu seperti itu aku tidak sabar. Ternyata aku salah, cerpenku lolos moderasi. Terima kasih kepada Cerpenmu.com yang sudah meloloskan cerpenku dan sudah membenarkan setiap kata-kata yang kurang baik, sehingga aku bisa lebih tahu dan lebih baik lagi dalam membuat suatu tulisan atau cerita. Terima kasih juga kepada semua yang sudah membaca cerpenku, aku harap kalian suka! Semoga setiap pesan dari cerpenku bisa bermanfaat untuk kalian. Terima kasih.. 🙂 Wassalamualaikum.

Cerpen Ketika Kebaikan Mendatangkan Ujian (Part 3) merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Cerita Cinta Diakhir Putih Biru

Oleh:
“Wuahh… sebentar lagi bakalan ada acara perpisahan. Pasti kita semua pada beda sekolah. Aku terkadang benci itu” kata Cila malas. “Setiap ada pertemuankan pasti ada perpisahannya La. Kalo kamu

Tentang Kita dan Secercah Senja

Oleh:
Langit oranye itu indah bukan? Percayalah, sesuatu yang indah tidak selamanya bertahan lama. Mereka hanya sesaat, sekejap, singkat —sangat singkat. Ya, senja memang sangat indah, karena senja tak bertahan

Putih Biru Cinta Pertama

Oleh:
Krriiiinng.. Krriiinngg… Kringgg. Suara bel sekolah. “Masuk tuh Bob suara bel udah bunyi,” ujarku kepada temanku Bobby. Pagi ini serba suasana baru, mulai dari pakaian, teman dan guru baru.

Sebuah Lagu Untuk Palestina

Oleh:
Halo semua, kenalkan namaku Zahra. Aku adalah seorang anak perempuan yang tinggal di Palestine. Aku sekarang adalah seorang yatim piatu yang tinggal di sebuah tenda bersama teman-temanku yang senasib

Waktu

Oleh:
Waktu sudah menunjukkan pukul 10.30, waktu yang sudah begitu gelap. Tapi yang namanya kota Jakarta tidak pernah sepi dengan suara bising kendaraan terkecuali hari raya idul fitri. Kiran yang

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *