Suara Hati Menunjukkanku Pada Kebenaran

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Islami (Religi)
Lolos moderasi pada: 22 August 2015

Lampu hijau pada rambu-rambu lalu lintas melajukan mobil yang sedang kukendarai dengan keadaan mabuk di tengah perjalananku usai dari acara ulang tahun direktur restoran tempatku bekerja, hingga larut malam. Di tengah sinar bulan dan ditemani bintang-bintang yang menghiasi gelapnya malam dengan sebotol anggur merah membuatku kehilangan kesadaran diri yang mengakibatkan beberapa ranting dari sebuah pohon berjatuhan menimpa mobilku hingga mobilku hancur.

“Uqsi.” Suara itu terdengar jelas di telingaku.

Itu adalah nama panggilanku. Suara ini sudah tidak asing lagi bagiku. Tak salah lagi, ini suara Ibuku.
Perlahan-lahan ku buka kelopak mata ini, dengan pandangan kabur kulihat bayang-bayang wajah kedua orangtuaku. Kudengar suara mereka mengkhawatirkanku, menanyakan keadaanku hanya saja hal yang membuatku bingung adalah tak sedikitpun terlihat, mereka mengungkapkan kata-kata tersebut dengan gerakan mulutnya. Yang terlihat di mataku, Ayah dan Ibuku hanya terdiam dan menangis menatapiku. Selintas di pikiranku teringat akan kecelakaan yang menimpaku sebelumnya.

“Uqsi, kamu sudah sadar nak?” Kata Ibu sambil menghapus air mata yang berlinang di pipinya.
“i-ini di mana?” belum sempat aku melanjutkan kata-kata, Ayah melontarkan satu pertanyaan kepadaku, “apa yang kamu rasakan nak?”

Aku hanya bisa terdiam, aku bingung apa yang akan kukatakan, yang aku rasakan hanya rasa sakit dan pusing di kepalaku, ketika mataku tertuju pada lengan bawahku serta jari-jariku yang terbalut perban, aku terkejut dan saat ku coba menggerakan jari-jari, rasa sakit langsung menjalar ke seluruh tubuhku. Aku tak sanggup menggerakkan tubuhku ini.
“nak? Apa yang terjadi sebenarnya? Mengapa kau koma selama dua hari” kudengar suara Ibuku dan lagi lagi tanpa terlihat Ibu mengucapkan kata-kata itu.

Keesokan harinya, dokter memberitahuku bahwa aku sudah bisa pulang, perban di tanganku sudah bisa dilepas dan kini kepalaku sudah tidak terasa sakit lagi. Kini aku sudah bisa pulih seperti biasanya. Entah mengapa semenjak kejadian waktu itu, ada yang aneh pada diriku ini, aku tiba-tiba bisa mendengar suara hati seseorang.

Kriiing! Kriiiing! Kriiing! Suara jam weker ini mengagetkanku membuatku terjatuh dari tempat tidurku. Kulihat jam wekerku menunjukkan jam 07.00 am dan artinya aku mempunyai waktu 15 menit lagi untuk sampai tepat waktu di tempatku bekerja.

“Uqsi!! Sarapan dulu” seru Ibuku ketika aku berlari-lari mengejar waktu.
“tidak bu, saya ambil roti ini saja” kataku dengan sigap merampas roti di dalam piring yang masih dipegang oleh Ibu dan memasukan roti itu dalam mulutku. Ibu sedikit terkejut dan tersenyum melihat kelakuanku pagi ini.
“hati-hati saja di jalan ya nak.”
“ya, bu.”

Sesampai di restoran, aku menemui teman akrabku yang sedang menungguku di kasir. Namanya Zahra, akrab aku memanggilnya Ara. Orangnya baik dan jujur. Dia tempat curhatku, tampaknya aku kesepian. Yang lain sih banyak tapi mereka selalu mementingkan kepentingannya sendiri.

“Uqsi!! Sini”

ADVERTISEMENT

Kudengar suara Ara memanggilku, aku mendengar suara hatinya ia bertanya, “bagaimana keadaanmu Uqsi, aku harap kau sudah pulih sepenuhnya hari ini” tapi tak kulihat dia mengatakan hal itu. Kejadian ini sama dengan kejadian saat ku di rumah sakit.
Walau sedikit binggung, kudekati Ara dan ku berkata, “aku baik-baik saja kok ra, tak usah mengkhawatirkanku”
Tiba tiba ekspresinya berubah dan kudengar lagi suara hatinya, “kok Uqsi tahu yang kupikirkan tadi?” dan kujawab “nanti aku bicarakan lagi aku ganti baju dulu”

Kutinggalkan Ara dengan ekspresinya yang kebingungan, di ruang ganti aku berpikir, “ternyata bukan hanya suara hati orangtuaku saja yang dapat kudengar tapi sepertinya aku juga bisa mendengar suara hati orang lain”.

Saat aku keluar dari runag ganti ku lihat ekspresi wajah sedih direkturku.
“aduh bagaimana ini? anakku ingin kuliah kedokteran yang sangat membutuhkan dana besar? Sedangkan pelangganku semakin hari-semakin berkurang?” sekilas beliau melihatku lalu pergi tanpa ada ekspresi menyapa hanya saja beliau menunjukkan raut muka yang mengerikan. Sepertinya bapak hari ini sedang ada masalah sebaiknya aku jangan membuat masalah dengannya, bahaya.. nanti jadi ribet urusannya.

Dari jauh terlihat ada seorang tamu yang memanggilku, ketika aku akan mendekatinya, ada salah seorang pelayan sudah mendeketinya “ya sudah” kataku bicara dalam hati. Tiba-tiba terdengar suara gelas terpecah yang berasal dari salah satu pengunjung restoran mengalihkan perhatianku.

Kudengar suara hatinya yang penuh dengan nafsu kejahatan akibat melihat wanita di sampingnya yang berpakaian seperti tel*njang, bentuk tubuhnya bohai, betisnya yang mulus seperti kayu jati yang baru digosok sangat menkilat. Rambutnya yang panjang seperti buntut kuda dan kulitnya yang putih seperti habis berendam di air pemutih pakaian yang dicampur dengan air panas. Lelaki itu terpukau terlebih lagi melihat gadis itu lewat dengan meninggalkan wangi yang tidak akan hilang selama ribuan tahun.

Seiring dengan kejadian itu, terlihat seorang gadis yang baru saja datang dengan berpakaian tertutup mengenakan jilbab, rupanya sangat sederhana, anggun dan dia menempatkan diri di meja sudut restoran dan ia memanggilku, ia memesan 1 porsi soto dan 1 gelas teh manis hangat. Hmm sangat sederhana.. dua langkah kakiku berjalan terlihat lelaki yang terus memandangi wanita itu dan terdengar suara hatinya “subhanallah, salehanya wanita itu..” suara hatinya selalu terdengar kata-kata yang baik dan memuji wanita itu, tanpa ada nafsu dan keinginann untuk berbuat kejahatan.

Sambil kuantarkan soto ini ke wanita tersebut, aku mengambil kesimpulan dari 2 kejadian tadi yang kusaksikan sendiri bahwa ketika seseorang wanita menutup diri memakai jilbab akan terlindungi dari niat jahat para lelaki.

Sedang asyik-asyiknya ngobrol dengan Ara, tak terasa hari sudah sore. Waktunya pulang karena jam kerja sudah habis. Aku mencoba berjalan kaki menuju rumah karena aku masih agak sedikit takut mengendarai mobil. Di perjalanan pulang ia melihat sebuah kuil di mana ada seorang wanita yang di dalamnya, aku tak mengerti apa yang dia lakukan dengan memegang beberapa lidi merah yang dibakar ujung-ujungnya. Ya sudah suatu hari pasti kutemukan jawabannya.

Kulanjutkan perjalananku menuju rumah, tapi aku sudah lelah, aku beristirahat di sebuah tempat yang di dalamnya banyak orang-orang yang sedang berdiri, berbaris rapi dan dipimpin oleh satu orang yang di depannya dan aneh, aku sama sekali tak mendengar suara hati mereka.
Tak lama kuberistirahat mereka semua keluar dan salah seorang cowok yang keluar terakhiran dari rumah ini menyapaku.

“mengapa kau tidak salat?” kata cowok itu seraya duduk agak jauh dariku.
“apa itu salat?” tanyaku.
“salat itu sebuah kewajiban seluruh umat muslim untuk menyembah Allah, Tuhannya dan ini rumah Allah”
“ini rumah Allah, apakah dia bisa mengabulkan doa setiap orang. Bisakah kau mengantarkanku bertemu dengannya?”

Lelaki itu terdiam dan terdengar suara hatinya berkata, “wanita ini mengapa tak mengenal Allah, apa agamanya?” dan refleks aku menjawab.
“apa itu agama? Coba jelaskan padaku dan di mana Allah?”
Lelaki itu akhirnya menjawab, “agama itu adalah kepercayaan seseorang kepada tuhan–Nya. Agamalah yang mengajarkan kepada kita bagaimana cara kita untuk bertemu dengan-Nya. Allah itu tuhan kita seluruh umat muslim di dunia dan Allah itu ada di mana-mana, dekat dengan kita, Allah tidak bisa dilihat oleh kita. Tapi yang kita bisa lihat adalah ciptaan-Nya. Ada langit, bumi, air, matahari, termasuk kita manusia adalah bukti bahwa Allah itu ada. Agama yang diajarkan oleh rasulullah yaitu agama islam.”

Selama lelaki itu menjelaskan aku sangat terpukau, aku tertarik ingi belajar agama islam sepertinya menarik dan menakjubkan.

“boleh aku belajar islam denganmu, aku ingin tahu lebih dalam tentang islam”
“boleh setiap malam saya selalu di sini mengajar ngaji. Kalau kamu mau datang aja kesini jam 07.00 malam, tapi maaf sebelumnya. Kenapa kamu tidak tahu tantang ini. Sebenarnya agama kamu sekarang apa?”
“ah!! Agama? Aku juga binggung, ya sudah ya.. nanti saja aku jelasin, aku pulang dulu”

Sore berganti malam, aku menunggu detik-detik jam 07.00 malam. Aku binggung harus memakai baju apa? Tapi akhirnya kau putuskan untuk memakai sepan jeans, kaos oblong warna pink, dan sandal jepit dan sepertinya rambutku diurai lebih baik.

Hembusan angin malam dan bintang yang menyinari bumi mengiringi langkahku ke rumah Allah. Tiba-tiba saat aku telah sampai di sana, keadaan rumah Allah penuh dengan anak-anak yang sedang bernyanyi. Ketika dua langkah kakiku menginjak rumah Allah. Semua mata tertuju padaku, seluruh anak-anak mengagetkanku.

“kenapa anak-anak semua? Dan kenapa semua memakai jilbab?” tanyaku dalam hati.
“ya, anak-anak perkenalkan kakak ini juga mau ikut belajar dengan kita” seru cowok tadi siang memberitaukan kehadiranku kepada anak-anak didiknya. Membuatku syok dan menatap cowok tadi dengan pandangan agak kesal dan ia mengisyaratkanku untuk belajar bersama.

Aku malu harus ikut belajar bersama dengan adik-adik itu atau tidak. Haruskah aku ikut dengan keadaanku mengenakan pakaian ini dan belajar bersama dengan keadaan aku sendiri paling tua, kubaca hati mereka semua menerimaku dengan sangat senang tapi aku tak sanggup sambil menuju ke arahnya. Aku berpikir alasan-alasan yang pantas untuk menghindar ikut belajar bersama adik-adik ini.

Hingga kuputuskan untuk berkata, “maaf nanti aku datang lagi aku harus pergi dulu sekarang” ekspresi serta suara hati mereka pun kecewa aku tidak bisa berkata apa-apa apa boleh buat daripada aku menahan malu.

Satu jam berlalu selama itu aku hanya duduk sendiri di samping rumah Allah dan akhirnya anak-anak yang diajar cowok tadi. Aku diajaknya masuk ke rumah Allah di sana aku bertanya-tanya tentang islam, awalnya ia terkejut karena aku tak punya agama tapi dari penjelasan tersebut membuatku ingin masuk islam dan aku juga berkeinginan untuk mengajak orangtuaku masuk islam agar keluargaku selalu berada di jalan yang benar yang diridhoi oleh Allah hanya saja aku binggung bagaimana cara mengajaknya? Aku yakin dalam waktu singkat ini, aku akan bersama orangtuaku masuk ajaran agama islam.

Hari demi hari waktu demi waktu terlalui, hatiku semakin yakin untuk ikut agama islam dan orangtuaku juga mau masuk agama islam bersamaku. Walau selama beberapa hari aku sempat dimarahi dan perlu memohon untuk dapat mengikutkan orangtuaku. Dan kemarin aku dan orangtuaku masuk ajaran agama islam dengan dibantu ustad sekitar dan cowok yang mengajarkanku tentang islam atau akrabnya orang memanggilnya Kak Mugni.

Semenjak dari kejadian di rumah Allah atau masjid, aku semakin akrab dengannya. Hari ini terasa lebih berbeda dari hari biasanya, kini aku mengenakan jilbab yang menutupi dadaku, baju panjang dan androk yang menutupi lekuk tubuhku sama seperti wanita yang kutemui waktu itu. Saatku melangkahkan kaki keluar rumah. Kulihat Mugni menungguku.

Kubaca suara hatinya, “hari ini aku akan mengantarkan Uqsi kerja dulu baru ke kantor” dan saat ia tahu aku sudah berada di luar rumah ia menoleh ke arahku, ia terpukau akan dandananku hari ini.
Senyum-senyum ia melihatku dan terdengar suara hatinya, “subhanallah Uqsi kalau dandan seperti ini terlihat soleh dan anggun.” Dan reflek kuberkata “syukron!!”

Kak Mugni terkejut dengan kata-kataku dan berkata dalam hati, “kok bisa?”
“karena kubisa mendengar suara hatimu, wahai Kak Mugni”

Mendengar kataku seperti itu Kak Mugni terlihat sangat terkejut dan wajahnya memerah ketika melihatku.

“jadi selama ini kau tahu apa yang kupikirkan?” tanyanya dengan penuh penasaran tapi hanya bisa kujawab dengan senyuman. Lalu kudengar suara hatinya “berarti ia tahu perasaanku?”
“sepertinya, seperti itu. Tapi.. aku sangat bersyukur, dengan kemampuanku ini aku bisa tahu jalan untuk menuju kebenaran, terimakasih.”

Cerpen Karangan: Mhelya N Shanty
Facebook: mfajarita[-at-]yahoo.co.id
motto: “Get’s your ambition For your Future”

Cerpen Suara Hati Menunjukkanku Pada Kebenaran merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Langkah Baru Jalan Dakwahku

Oleh:
“Saya berharap ini keputusan terbaik untuk kita bersama. Saatnya kamu kembangkan kreatifitasmu demi dakwah ini.” Ucapan Kyai Mustafa kemarin membuatku terhenyak seketika. Tidak pernah terpikirkan olehku bahwa akhirnya aku

Doa yang Terkabul

Oleh:
Suara kokokan ayam selalu membangunkanku di setiap hari. Keluarga kami hidup di daerah pegunungan. Hanya kami yang selalu berdoa agar mendapat rezeki dari Allah SWT. Aku dan Ayah hanya

Tekad

Oleh:
Kumainkan pena yang ada di tanganku. Sesekali aku membuka kamus, mencoba merangkai kata dalam bahasa inggris. “Kamu lagi buat apa?” tanya Ajun yang sedang duduk membelakangiku. “Lagi buat cerpen.”

Semua Karena Nayla (Part 2)

Oleh:
“Ibu kok nangis?” tanya Nayla melihat air mataku jatuh saat menatap foto pernikahanku dengan Mas Amran delapan tahun silam. “Ndak, Ibu ndak nagis kok,” kuusap air mata yang sedari

Di Balik Satir Cinta

Oleh:
Panas terik matahari siang itu benar-benar menyengat. Jarum-jarum cahayanya menghantam aspal jalan raya tengah jalan kota. Pepohonan yang berbaris di sepanjang jalan menjerit-jerit kepanasan. Berjalan di bawah panas seperti

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *