Surat Surat Ummu
Cerpen Karangan: Deni IndracahyaKategori: Cerpen Islami (Religi)
Lolos moderasi pada: 21 October 2014
Masih aku menggenggam sapu ijuk di tangan kananku, membersihkan tumpukan debu dan sampah-sampah yang berserakan di halaman rumah. Pagi ini begitu menyegarkan. Tamparan cahaya sang surya dari ufuk timur semakin mempertegas keberkahan hari ini. Udara yang bersih menyeruak memberikan sejuta semangat kehidupan bagi umat manusia. Beruntunglah orang orang yang bangun di pagi hari.
Abi ku sudah lama sakit. Dokter mendiagnosa bahwa ia mengidap penyakit diabetes. Ia adalah pensiunan pns. Setiap bulannya abi masih mendapat uang pensiunan. Setelah menderita sakit abi selalu saja murung. Yahh, dokter melarangnya melakukan aktifitas yang terlalu berat. Padahal sebelumnya abi sendiri termasuk warga yang aktif dalam pemberdayaan lingkungan. Bahkan hampir seluruh saluran lubang propori masyarakat, abi lah sang arsitekturnya.
Aku sendiri sedang menjalani studi mengejar strata s1 di fakultas ilmu pengetahuan budaya jurusan sastra arab universitas indonesia. Karena aku sedang liburan semester, barulah aku menyempatkan diri untuk pulang ke rumah mengurus abi, di bogor. Aku sendiri tinggal di asrama beasiswa yang aku dapat disana.
Selama ini yang tinggal di rumah hanya abi dan atikah. Atikah adalah adik ku yang masih duduk di kelas satu sma. Tapi, biar begitu dia sudah cukup handal untuk menjaga abi. Bahkan ia sudah pintar meramu bumbu-bumbu dapur dan mengurus keperluan abi lainnya. Selain cerdas, aku melihat atikah memang lebih cepat tumbuh dewasa ketimbang diriku sendiri. Dia memang anak yang shaleha, dan tidak mau tergoda oleh rayuan lelaki mana pun. Hidupnya fokus untuk belajar dan membantu orangtua.
Lalu? Dimana ummu? Ummu sedang berada jauh di perantauan. Ia kini tinggal di kalimantan bersama abangku, ja’far. Abangku sedang menjalani ikatan dinas disana. Ia terlalu manja, bahkan ia mengancam tidak akan pergi jika ummu tidak ikut menemaninya. Padahal gaji yang didapat cukup besar dan jika ia tidak mau mengambilnya, abang ja’far akan dikirim ke tempat yang lebih jauh lagi oleh pemerintah. Ummu akhirnya mau ikut menemani bang ja’far ke ujung kulon, bahkan abangku menemui jodohnya disana. Sang istri meminta bang ja’far menetap dahulu bersama ummu di ujung kulon. Jika anaknya sudah agak besar, barulah mereka akan meminta pindah lokasi dinas ke jakarta.
Tepatnya sudah 4 tahun ummu tidak pulang ke rumah. Mau lebaran idul fitri atau haji, tidak ada sedikit pun jejaknya menghampiri kami. Yang ada hanyalah berpucuk pucuk surat yang dikirimnya setiap bulan. Surat itu mengabarkan kabar baik maupun kabar buruk, baiknya ummu dan bang ja’far serta keluarga alhamdulillah sehat, dan buruknya hanyalah penyesalan ummu yang masih belum bisa kembali ke kampung halaman. Bahkan ummu sendiri tidak tau jikalau suami tercintanya sedang sakit. Abi sengaja tidak memberi kabar perihal ini. Ia takut itu semua akan mencemaskannya. Terkadang aku melihat rintikan air mata abi membasahi pipinya. Yah, demikian dengan aku dan atikah, kami semua merindukan ummu yang selalu menebar senyuman indah di tengah-tengah kami.
Terutama abi, ia sangat merindukan istrinya. Ia adalah seorang suami yang paling baik. Semua surat surat yang dikirimkan ummu tak pernah satupun yang mampir ke tempat pembuangan sampah. Abi sering membuat karya karya tentang dirinya dan ummu. Baik novel, cerpen, maupun puisi. Abi adalah pria yang sangat perhatian pada istrinya, terkadang aku pun berharap kelak dapat menemukan pasangan yang baik seperti abi.
Hari ini aku memasak sayur sop dan telur balado kesukaan abi, masakan ku juga tak kalah enak dengan atikah. Inilah perbuatan ummu, yang mengharuskan anaknya pintar memasak. Dengan langkah berhati hati aku bergegas menuju kamar abi. Ku buka kamar yang sedikit terbuka itu. Nampaknya abi sedang murung. Ia memegang sepucuk surat dari ummu. Tidak biasanya, harusnya abi senang jika ada surat datang dari ummu. Kali ini raut muka abi sangatlah lelah dan cemas. Matanya sayu, seperti tak pernah tertidur berhari hari. Tempat tidur abi biasanya rapi, tapi ini berantakan dan dipenuhi surat surat yang pastinya milik ummu semua. “abi ini makanannya, abi makan yah”. Entah mengapa abi tak membalas sapaan ku sama sekali. “abi kenapa, abi ingin bertemu dengan ummu? Bagaimana dengan surat terakhirnya? Ummu dan bang ja’far juga istrinya sehat kan?” pertanyaan pertanyaanku akhirnya membuahkan hasil, aku lihat abi menganggukkan kepalanya, yah, sebuah isyarat yang menggantikan kata “iya”. Aku pun kembali bertanya padanya, “nah, kenapa abi sedih? Bulan ini ummu mengirim suratnya kan? Yang kulihat abi kembali menganggukkan kepalanya. “ya sudah, sekarang abi harus makan, kalau tidak makan nanti abi sakit, ummu pasti sedih kalau ia pulang dan melihat abi sakit, makan yah”. Kali ini abi melihat wajahku dan kemudian tersenyum. “taruh saja makanannya disitu ifah”. Mendengar pernyataan abi tadi, aku langsung meletakkan makanan ini di meja makan abi. “baiklah abi, aku keluar yah, kalau ada keperluan, aku ada di ruang tamu”, sahut ku seraya bergegas meninggalkan kamar abi.
Di malam hari perasaanku pada abi masih menimbulkan tanda kekhawatiran.Abi sepertinya menyembunyikan sesuatu dibalik raut wajahnya yang murung. Aku bergegas keluar dari kamarku untuk memeriksa keadaan rumah. Tak lupa pula aku melihat kamar atikah. Pintunya sedikit terbuka. Ternyata dia sedang tertidur pulas di samping buku buku yang berserakan. Adik ku ini, pantas saja peringkat pertama selalu digenggamnya, toh, aku yakin mimpinya saja pasti bersama pelajaran itu.
Kamar abi terletak di ruang tengah, seperti atikah pintunya juga terlihat sedikit terbuka. “abi belum tidur?” aku terkaget, ini tidak biasanya abi belum tidur jam segini. “oh, ifah, sini nak, abi mau bicara sama kamu”. “iya kenapa bi?” aku memasuki kamar yang sekarang sudah tidak berantakan seperti tadi siang, terlihat warna warni surat kertas menghiasi kusen kamar tidur abi, yahh mungkin itu surat surat dari ummu, ia selalu membedakan surat untuk abi dan untuk anak anaknya. “nak, kamu mau membaca surat dari ummu?”. “oh pasti abi, aku mau baca yang terbaru yahh” raut wajah cemasku kini berubah menjadi senang. Tidak lama kemudian aku melihat abi mengambil sepucuk surat dari rentetan surat yang ada di kusen kamarnya. “ini fah, warnanya bagus kan?”. “wah iya bagus bi, aku baca dulu yah”. Suratnya dihiasi relief bermotif bunga mawar dan diikat oleh pita berwarna hijau. Aku tersenyum tersimpul malu, sungguh romantis ummu ku ini dalam memilih warna pada amplopnya, padahal mereka berdua sudah berumur 60an, yah mungkin inilah cinta sejati.
Ujung kulon, 6 desember 2013
Assalamualaikum wr.Wb
Untukmu satu tiada dua, untukmu suamiku fahry indracahya
Aku fadhilla, kabarku luar biasa. Seperti embun yang bermunculan kala pagi datang. Seperti hanoi bay yang indah di vietnam, yang setiap cahayanya memantulkan tebing tebing dan membiaskannya ke sungai. Aku masih seperti 40 tahun yang lalu. Yang cintanya padamu, meruntuhkan berlapis tembok baja, padahal ia tersusun oleh tirani yang kokoh. Aku masih bisu, buta matanya dan sulit untuk berjalan. Kecuali saat berbicara, melihat, dan melangkah bersamamu.
Aku masih seperti burung burung betina, berusaha, berdoa, dan bertawakal dalam menjaga anak-anaknya.
Fadhilla chairu ummah
Abi, bagaimana puisinya? Baguskan, hahaha itu balasan dari puisi gurindam yang kemarin abi kirim. Oh iya ada kabar sangat baik. Ja’far sudah bisa pindah dinas ke jakarta, jadi ja’far juga meminta istrinya amirah dan anaknya jay untuk ikut bersamanya. Rencananya bulan depan kita akan berangkat ke jakarta. Sungguh senang bisa bertemu abi nantinya, dan juga ifah serta atikah pasti mereka sudah sejajar dengan ummu atau sudah lebih tinggi lagi.
Sudah ya bi, ummu akan pulang bulan depan, sambut dengan meriah yah dan jaga kesehatan abi dan anak anak.
Wassalamualaikum wr.Wb
“abi, jadi ummu mau pulang?, surat ini adalah surat ummu bulan lalu kan?, berarti ummu akan pulang bulan ini, betul kan bi? Bulan januari, itu ulang tahunku abi!”. Abi hanya tersenyum padaku lalu memegang pundakku. “yah, kita tunggu saja nanti kabarnya nak, sebagai manusia, sudah sepantasnya kita menerima kehendak sang rabb. Mungkin manusia hanya bisa menjadi seorang kreator ulung, namun mewujudkannya adalah tugas terberat, dan itu hanya allah lah yang sanggup melakukannya. Jadi, yang jelas kita tidak boleh menjadi kuffar ketika kita mendapat cobaan yang begitu besar, entah memaki allah lah, tidak mau menjalankan perintahnya lagi atau yang lainnya. Tapi yang lebih penting kita harus lebih bersabar dan bertawakal kepada allah, karena setiap yang hidup nantinya akan mati maka berdoalah semoga kita termasuk orang orang yang kembali kepada allah dalam keadaan khusnul khotimah, bukan dalam keadaan yang dimurkai oleh allah. Di ingat ya perkataan abi”. “oh iya abi, pasti! Aku akan selalu mengingat nasehat abi. Tapi, abi harus tidur! Ini sudah malam”. “baiklah nak, sekarang abi sudah mau tidur”. Aku pun bergegas meninggalkan kamar. Kini aku sudah merasa lega karena rasa kekhawatiranku terhadap abi telah sirna setelah mendengar nasehat dan membaca surat yang indah dari ummu.
Hari ini aku mengikuti kegiatan mentoring di masjid universitas indonesia (mui). Semua teman temanku tau kalau ini adalah hari ulang tahunku. Seperti kebiasaan anak muda masa kini, yahh traktiran adalah suara kedua yang terucap setelah mengucapkan selamt kepada ku. Kalau kata mereka “yang penting perut kenyang”, hemm okelah itung itung sedekah. Tapi yang jelas aku sangat mengharapkan kado kebahagiaan datang dari rumahku, yah aku sudah tak sabar menunggu kedatangan ummu. Pasti canda dan tawa itu akan kembali menghiasi istanaku, suasana yang meriah dengan keharuan rasa kasih sayang keluarga yang sudah lama tidak menatap dan bercengkrama bersama. Yah semoga hari ini begitu indah.
Kringgg kringg, dering smsku berbunyi. Kontak namanya menampilkan nomor atikah. Wah apa ummu sudah pulang? Aku bergumam dalam hati. “kak ifah, abi terjatuh dalam shalatnya, mulutnya mengeluarkan darah. Aku tak tau harus berbuat apa, ka’cepat pulang!! Kondisi abi mengkhawatirkan”.
Tidak, tidak mungkin. Selepas meminta izin pulang pada kaka mentor aku bergegas pulang. Berlari dengan kencang tak tentu arah sembari menahan tangis. Ada apa dengan abi? Pertanyaan pertanyaan negatif muncul pada pikiranku. Pandangan mataku semakin sayup, ini karena setetes demi setetes air mataku mulai bermunculan. Tak jarang tanganku harus mengusap pipi yang mulai basah. Yahh yang ada di pikiranku adalah abi, abi dan abi.
Rumahku ramai, seperti bukan suasana rumah sendiri. Aku belum masuk ke rumah, tapi mengapa banyak orang yang mondar mandir di rumahku, sesekali ku melihat di antara mereka yang keluar bersamaan dengan isak tangis. Langkahku semakin ragu, bibir gemetar mata tak mampu membuka lebar lebar. Sesosok wanita berjilbab datang mengelus elus pundak ku seraya berkata “sabar ya syarifah”. “apa yang terjadi bulik? Ada apa dengan abi?”. “abi mu telah dipanggil oleh allah swt, kita harus mendoakannya semoga segala amal ibadah beliau diterima di sisi allah swt, dan kamu yang ditinggal harus bersabar yah”.
Lidah ku sulit terangkat, bergegas aku memasuki ruangan tamu. Disana kulihat sosok jasad yang terbujur kaku di tengah iring iringan lantunan ayat ayat suci. Aku masih tak yakin kalau itu adalah abiku. Kubuka kain penutup yang menutupi kepala jasad itu dan setelah ku buka baru ku menyadari jasad ini adalah abiku sendiri fahri indracahya. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.
Aku lebih baik disini, di kamar abi untuk menenangkan diri. Tak sanggup ku melihat isak tangis atikah dan tak mampu jua ku menenangkannya. Kamar abi terlihat rapi, sepertinya baru selesai dibersihkan olehnya sebelum ia tidak akan membersihkannya lagi untuk selamanya. Entah mengapa kado terindah yang kudapatkan dalam hari ulang tahunku ini adalah sebuah kesabaran. Aku berandai, bagaimana hati ummu ketika ia melihat suami tercintanya telah tiada.
Mataku tertuju pada selembar surat di tengah kasur abi. Sepertinya ini juga surat dari ummu. Di dalam bungkus itu ternyata ada dua surat. Dari ummu dan bang ja’far. Aku memulai untuk membaca surat dari ummu.
Assalamualaikum wr.Wb
“dari fadhilla, untukmu satu, tiada dua, untukmu fahry indracahya.
Maaf kalo membuat abi penasaran, kita semua memutuskan datang ke jakarta tanggal 6 januari bi, yah tepat di hari ulang tahunnya syarifah. Kita akan kasih kejutan buat dia juga ya bi. Ummu harap abi tidak memberi taunya. Ummu sudah tidak sabar bertemu dengan kalian. Ya sudah, abi jaga kesehatannya yah,
Walaikumsalam wr.Wb
Entah bahasa apa yang akan kugunakan untuk menjelaskan semua ini pada ummu. Aku ingin menjadi orang yang bisu, yang tak mampu menjawab beragam pertanyaan dari ummu nanti. “ya rabb, aku terima cobaanmu dengan kelapangan hati, dan saksikanlah bahwa aku ikhlas menerima cobaan ini”.
Dengan hati yang memilukan kubuka kembali surat selanjutnya dari bang ja’far.
Assalamualaikum wr.Wb
“untukmu abiku tercinta, dari ja’far ashidiq anakmu.
Dengan segala kesedihan yang menyeruak ke seluruh hati, namun ja’far harus mengabarkan ini semua kepada abi, abi, surat tadi adalah surat terakhir yang ditulis oleh ummu. Biasanya ja’far lah yang mengantarkan surat itu ke kantor pos.Tapi karena ja’far belum sempat mengantarkannya. Ummu nekat membawanya sendiri ke kantor pos. Mata ummu sudah rabun abi, kata orang, ummu menyeberangi jalan yang ramai, ia tertabrak mobil, darahnya terlalu banyak keluar. Ja’far tak mampu menyelamatkan ummu abi, ja’far meminta maaf kepada abi, syarifah, dan atikah. Ummu telah meninggalkan kita”.
“ja’far berharap kita semua mau menerima kehendak illahi. Di amplop ini ada uang yang cukup. Pergunakan untuk ongkos abi, atikah, dan ifah ke ujung kulon. Ja’far ingin kalian melihat makam ummu saat ini.
Wassalamualaikum wr.Wb.
Waktu seperti berhenti berputar. Semua terasa gelap, aku berlari kencang menuju cahaya, menerobos keramaian, aku terjatuh dan kini semuanya semakin gelap.
Surat-surat ummu: tegal, 06 januari 2014
Sangatlah penting bagi siapapun untuk mengenal dan mengasihi keluarganya. Maka sangatlah wajar perasaan rindu menyelimuti siapapun yang terpaksa harus berpisah dengan keluarga tercinta. Ketika sebuah kabar burung datang dan langsung menggambarkan akan terwujudnya rasa kebahagiaan itu. Maka hati mana yang tak kan bersuka ria. Namun, kembali kita tak kan pernah mampu mengalahkan waktu. Waktu itu jauh lebih dekat dengan diri kita, ketimbang tujuan–tujuan yang kita impikan.
Maka jadikanlah setiap pertemuan dengan siapapun itu adalah pertemuan yang suci, terlebih dengan keluarga. Karena mungkin esok, atau lusa, bisa saja kita tak diberikan kesempatan oleh sang rabb lagi, yahh, berbagi senyuman kebahagiaan bersama meraka lagi.
Cerpen Karangan: Deni Indracahya
Facebook: Indracahya Deni
Deni Indracahya
Sma N 14 Jakarta
Sastra Arab Fib Ui 2013, T: @den14ui
Cerpen Surat Surat Ummu merupakan cerita pendek karangan Deni Indracahya, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Nyanyian Cinta
Oleh: Mia LavenKembali berkisah…. Tentang sebuah cinta… Udara panas di siang hari menambah buliran-buliran keringat di keningnya. Jilbab biru yang dikenakannya terus berkibar tertiup angin sedari tadi. Wajahnya terlihat lelah. Namun
Mengubur Mimpi
Oleh: Rum Efi Fitriani“Alhamdulillah Ujian Nasional selesai,” aku tersenyum puas. Mata ini mulai berani menatap matahari kembali dengan sunggingan senyum kepuasan. Aku merasa belajarku tidak sia-sia karena soal-soal ujian nasional dapat diselesaikan
Senja di Hari Sabtu
Oleh: Ida Nurhi Hidayah HusainHari masih gelap saat ia tiba di Gowa. Ia melirik arlojinya, jam menunjukkan pukul empat lebih dua. Ia mengarahkan pandangannya ke sekitar. Tempat ini benar-benar sunyi. Tak ada penerangan
Adakah Kedamaian Untukku?
Oleh: Ikke Nur Vita SariSudah berhari-hari aku dan ibu beserta kedua adikku berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Tapi gejolak peperangan itu belum juga usai, seakan gelombangnya mengukuti kemana langkah kami
Dia Adalah Sorbonne
Oleh: Rail Rahardian“Hati-hati,” suara lembut itu membuatku mendongak. Pemuda itu tersenyum dan mengulurkan tangan kanannya. Senyum manis dari bibirnya terukir sempurna. Aku hela nafasku dan membalas senyumnya walau terkesan janggal. “Terima
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Leave a Reply