Thanks to Fara

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Islami, Cerpen Islami (Religi)
Lolos moderasi pada: 25 April 2018

Malam hening. Hanya desir angin yang sesekali menerpa dedaunan. Belum lagi suara desisan Jangkrik seperti desisan Ular di gurun pasir memecah sepi malam itu. Aku masih sibuk mengencani malam di bawah pohon besar itu. Ya, itu lah kebiasaanku disaat aku lagi memikirkan sesuatu.

Taman ini suasananya masih sepi. Penghuni Taman seperti Pohon, Batu, Lampu Taman, Bangku Taman dan Air Mancur saling terdiam beku. Aku merenungkan diri di bawah pohon besar itu, duduk di sebuah Bangku Taman yang hanya bertemankan sebuah ponsel sambil menenangkan diri dengan memperhatikan aliran Air Mancur.

“Assalamu Alaikum!” sapaan hangat seorang cewek di malam itu.

Aku yang lagi merenung saat itu, tiba-tiba menghadap ke arah suara itu. Kulihat, seorang cewek telah berdiri di belakangku dan menopangkan telapak tangannya di sisi atas bangku.

Aku membalikkan badan.
“Wa..aa.a..laikum Salam!” jawabku gugup ketika melihat penampilannya.

Gimana gak gugup. Penampilannya aja udah kayak seorang pembunuh berantai. Tomboi. Di lehernya terdapat sebuah kalung perak kepala tengkorak yang menambah sosok kesadisannya. Penampilannya aja udah kayak pembunuh berantai, gimana nanti kelakuannya?. Batinku.

“Kok lo sendirian aja? Cewek lo ke mana?”
“Gue gak punya cewek.” jawabku asal.
“Lo jangan bohong deh sama gue. Dari ekspresi muka lo, gue tau kalo lo itu lagi memikirkan sesuatu.” katanya sok tau sambil duduk di sampingku.

Cewek ini benar-benar bikin kesel. Selain penampilannya yang super duper tomboi, ia juga sok tau bangat sama orang. Gue dipaksa supaya gue kasih tau masalah gue padanya. Emang dia pikir dia itu siapa. Kalo keinginannya gak dituruti, yang ada gue takut dibunuh sama cewek itu. Mau minta tolong juga bakalan nihil. Orang di Taman itu penghuninya cewek itu sama rekan-rekannya.

“Lo jujur aja deh sama gue, cerita kek ke gue masalah lo! Siapa tau gue bisa bantu.” cewek itu meyakinkanku.

Nih cewek walaupun penampilannya menakutkan bin menyeramkan, tapi kelihatan di saat ia lagi bicara sama aku, dia itu bicaranya tulus dari hati. Cuman nada bicaranya aja yang terlalu tegas. Aku dari tadi duduk sendiri di bawah pohon besar itu, kini sudah berdua bersama cewek preman.

ADVERTISEMENT

Aduh lega deh rasanya. Ucapku dalam hati usai melihat pengunjung Taman ini udah pada ramai. Setidaknya ada bantuan kalau cewek ini mau ngapa-ngapain aku. Setengah dari pengunjungnya rata-rata anak muda semua, setengahnya lagi ada kalangan dari anak-anak dan orang tua. Bulan tersenyum menyambut kedatangan pengunjung Taman itu dengan membiaskan cahaya miliknya ke Air Mancur yang ada di Taman itu.

“Oh ya! Kenalin gue Fara.” ucap cewek itu mengulurkan tangan.
“Emre.” ucapku saat berjabatan tangan dengannya.
“Emang lo lagi mikirin apa sih?”
“Gue lagi berantem sama cewek gue, sampai akhirnya dia minta putus.”
“Bagaimana bisa?”
“Gini. Kemarin malam dia lihat gue lagi jalan sama cewek lain, dia kira gue seling…”
“Apa? Lo selingkuh? Cowok apaan lo?” ucapnya beranjak dari duduknya kemudian berdiri di depanku sambil mengajungkan tinju ke depan wajah ku.

Waduh, baru gitu aja udah mau main tonjok anak orang. Ucapku dalam hati.

“Sabar dulu kali. Dengarin gue dulu napa. Cewek yang dia lihat itu sebenarnya sepupu gue. Dia orang baru di kota ini, makanya gue ajak jalan-jalan, biar dia terbiasa di kota ini.” aku menjelaskan panjang lebar.

Mendengar itu, amarah Fara kini mereda.

“Oke gue minta maaf! Gue kan terkejut mendengar lo selingkuhin cewek. Gue kan sebagai cewek juga punya hati.” ucapnya menurunkan ajungan tinjunya sambil duduk kembali di sampingku.
“Jadi, intinya dia salah paham sama lo?” Ia melanjutkan keingintahuan nya.
“Good. Makanya jangan suka motongin pembicaraan orang lain.” ucapku menyindir Fara.
“Hehehe. Maaf.”

Saat kami tengah asik berbincang-bincang. Tiba-tiba para preman temannya Fara datang menghampiri kami. Mereka datang untuk mengajak Fara nongkrong di kafe tempat biasa mereka nongkrong. Namun, Fara menolak. Ia memilih malam ini untuk ngobrol denganku. Para preman itu pun tidak memaksa Fara untuk ikut bersama mereka, sampai akhirnya para preman itu pergi dengan menaiki motor hingga hilang di kelokan jalan.

“Terus udah gimana hubungan kalian.”
“Ya gitu deh. Udah putus.”
“Keputusan yang sangat bijak.”
“Maksud lo apaan?” kataku gak mau terima apa yang baru saja kudengar.
“Gini ya, walaupun lo kata gue cewek preman. Ilmu agama gue sangat tinggi men.” ucapnya menyombongkan diri.
“Ingat. Gak boleh sombong!”
“Bukannya sombong. Ini fakta men.”
“Jadi..?” ucapku diiringi keingin tahuanku tentang perkataan Fara yang ia kata gue harus putus sama cewek gue.
“Emang seharusnya lo itu harus putus pacaran. Karna, di agama islam itu berpacaran itu tidak boleh alias di larang. Selagi elo melakukan pacaran, selama itu juga lo itu telah melakukan zina. Lebih baik kita sebagai seorang muslim berpacaran seusai menikah..”

Belum sempat ia menceritakan ceramahnya, aku sudah memotong pembicaraannya.
“Kenapa harus seusai menikah?” tanyaku penasaran.
“Makanya jangan suka motongin pembicaraan orang lain.” ucapnya menyindirku dan mencubit hidungku.
“Iya deh. Lo juga sama.”
“Pacaran seusai menikah adalah suatu kebahagiaan. Bagaimana tidak, karena pacaran seusai menikah dunia seakan merasa milik berdua. Mau berpelukan di tempat umum gak ada yang larang, bermesraan di tengah jalan itu hal yang biasa dan masih banyak lagi. Asalkan jangan melanggar syariat Islam.” ucapnya menceramahiku.

Ya Allah. Berarti aku udah salah anggap sama cewek ini. Ternyata melihat penampilan aja tidak cukup untuk menilai sifat seseorang, bahkan ironinya penampilan justru bisa menipu seseorang. Seperti yang kualami sekarang, karena aku melihat penampilan Fara gak benar atau bisa dibilang lari dari kriteria seorang wanita, aku sudah su-uzon padanya. Bilang inilah, bilang itulah, pake mau ngapa-ngapain aku segala lagi. Ya Allah ampunilah hambamu ini.

Aku aja yang belajar agama Islam di sekolah menengah atas gak pernah berpikir sejauh yang di pikirkan oleh Fara. Aku merasa malu di hadapan Fara. Seketika itu aku pun merenung. Hanyut dalam suasana. Memikirkan hikmah apa yang baru saja aku dapatkan dari kejadian yang baru saja ku alami. Mungkin Fara adalah perantaraan Allah Swt untuk memberitahukanku bahwa berpacaran itu tidak baik pada diri pribadi maupun orang lain.

“He… Bengong aja lo, mikirin apa sih?” suara itu membangunkanku dari lamunanku.
Aku terkejut.
“Gak ada apa-apa.” jawabku asal.
Kami berdua pun saling terdiam bisu.

Dengan mendengar ceritanya Fara. Aku langsung terinspirasi olehnya. Aku pun gak nyia-nyiain waktuku malam ini dengannya. Mulai dari meminta No WA nya, pin BBM nya, serta nama akun Sosmednya pun semuanya kuminta supaya bisa kenal jauh seorang Fara. Ia pun dengan senang hati memberikannya. Rasanya malam ini adalah malam yang paling bersejarah dalam hidupku. Dimana seorang wanita telah memotivasi diriku, mengenal arti kehidupan sesungguhnya hingga wafat. Thank’s to Fara udah menginspirasi hidupku. Ucapku dalam hati.

Nada telepon Fara berbunyi.
“Gue angkat telepon dulu ya.” ucapnya beranjak dari duduknya dan menjauh dariku.
Aku hanya mengangguk.

Beberapa menit kemudian ia pun kembali menghampiriku.

“Ada apa?” tanyaku pada Fara.
“Rekan-rekan gue nelpon.”
“Kayak direktur aja lo.”
“Iya dong. Kan calonnya.” ucapnya bercanda.
“Mereka ngomong apa?” aku mengalihkan pembicaraan.
“Mereka bilang supaya gue datang ke Mushola, buat sholat Isya. Rutinitas kami sebelum pulang. Lagian udah jam 9:48 gini, sudah waktunya buat gue untuk pulang. Gue ke Musholla du ya.” ia pun melangkahkan kakinya.
“Gue ikut dong.” ucapku menghentikan langkahnya.
“Dengan senang hati. Buruan gih, kasian orang itu nunggu!”

Udah bijak, rajin sholat pokoknya aku salut deh sama lo Fara. Para preman itu pun demikian. Aku aja yang belajar ilmu agama jarang melaksanakan sholat, padahal itu suatu kewajiban yang gak boleh ditawar. Empat jempol deh buat kamu Fara sama rekan-rekan kamu. Mungkin banyak juga cewek di dunia ini seperti Fara. Hanya saja aku yang tidak tahu tempatnya. Ini waktu yang paling tepat buat aku untuk minta maaf sama Allah swt karna udah su-uzon sama Fara and The Geng. Ucapku dalam hati beberapa menit kemudian usai sampai depan Masjid.

Cerpen Karangan: Muhammad Nasir
Facebook: Nasir Muhammad

Cerpen Thanks to Fara merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Albayanati

Oleh:
Beruntung, Aji belum memesan tiket untuk pergi ke luar kota. Dia harus menerima kenyataan bahwa kuliah semester enam ini akan dilaksanakan sepenuhnya daring. Bahkan dia sempat melihat di media

Ma Fi Qalbi Ghairullah

Oleh:
Sudah 3 tahun sejak hatiku kuliburkan. Ma Fi Qalbi Ghairullah Ma Fi Qalbi Ghairullah Kalimat itu kudengungkan dalam benakku. Aku takut. Aku takut akan jatuh dalam lubang yang sama.

Wasiat

Oleh:
Hari semakin larut. Suasana kian senyap. Kenderaan sudah tidak ada lagi yang berlalu lalang. Jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Maesa membantu Bu Surti menutup warungnya yang kecil. Setelah itu

Ajari Aku Cemas Itu

Oleh:
Di ruang yang megah; tempat berlangsungnya suatu acara. Saat itu aku sedang berbincang hangat dengan seorang perempuan, perempuan itu bernama Lina. Aku dan dia baru saja berkenalan di tempat

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *