Haru no Dai Hachi

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Jepang
Lolos moderasi pada: 12 June 2016

Musim semi pertama di masa remajaku
Aku mengenalmu. Kita dalam satu kelas yang sama di sekolah menengah. Pada semester dua, kamu duduk di sebelahku. Kita mulai dekat. Menghabiskan libur musim panas dengan pelajaran tambahan bersama. Menghabiskan liburan musim dingin dengan bermain denganmu. Melihat hanabi bersama saat tahun baru. Mengikuti Hari Olahraga denganmu juga. Masih banyak lagi hal-hal yang kita lakukan bersama.

Musim semi kedua.
“Hei, lihat ke papan pengumuman! Kita satu kelas lagi, loh…” saat kamu bilang begitu, aku sangat sangat sangat senang. Bahkan, jika ada kata yang lebih baik dari senang, aku akan mengatakannya. Aku mulai popular di kalangan siswa-siswa. Gossip-gossip tentang aku dan dirimu sedang gempar di sekolah. Gossipnya tentang aku yang sedang dekat dengan otaku culun. Aku tahu, yang mereka maksud adalah kamu. Kamu yang suka sekali dengan anime yang mereka sebut otaku culun. Mungkin juga, gossip itu menyakiti perasaanmu. Hingga kamu perlahan menjauh seiring meredanya gossip itu.

Musim semi ketiga
“Oi! Selamat, ya. Kamu masuk grade A. Kali ini kita tidak sekelas lagi. Aku ada di grade F!” saat itu aku kaget. Bagaimana mungkin kamu berada di grade terburuk di sekolah?! Nilai kenaikan kelasmu padahal lebih tinggi daripada nilai Seoma, murid terpintar di sekolah. Apa kamu melakukan semua ini semata-mata untuk menjauhiku?! Kalau iya, lebih baik aku saja yang menjauhimu. Kamu cukup diam di tempatmu semula.

Aku lost contact denganmu hingga hari kelulusan tiba. Pengumuman siswa dengan nilai terbaik telah diumumkan. Hasilnya adalah aku. Aku sebagai murid terbaik di sekolah terbaik juga. Aku melakukan ini agar bias satu SMA denganmu. Jika nilaiku baik, aku bisa dengan mudah memasuki semua SMA di Osaka.

Musim semi keempat
Hari pertama di sekolah tingkat atas. Pada upacara penerimaan murid baru, aku kembali menjadi murid dengan nilai terbaik pada tes penerimaan. Lalu, ketika aku berpidato, aku tidak menemukan dirimu walaupun aku sudah mengedarkan pandangan berpuluh-puluh kali. Padahal, menurut gossip yang ku dengar, kamu akan sekolah di SMA ini.

Musim semi kelima
Musim semi kedua tanpamu. Kamu dimana? Aku masih tidak mendapat kabar apapun tentangmu. Tolong, jangan membuatku menjalani hidup dengan penuh penasaran seperti ini.

Musim semi keenam.
Saat itu, aku sudah kelah 3 di grade A. Teman-teman SMP seangkatan berencana untuk reuni. Aku harap kamu ikut reuni juga sepertiku.

Sial! Ternyata kamu tidak ikut reuni angkatan kita. Akan tetapi, aku mendapat kabar tentangmu dari teman-teman. Kata mereka, kamu sekarang tinggal di Hokkaido, ya?! Jauh sekali!

Musim semi ketujuh.
Aku mulai sibuk dengan kegiatan kuliah dan pekerjaan part-timeku. Aku bahkan tidak mencari kabar tentangmu lagi.

Musim semi kedelapan.
Kamu tahu, sekarang, di musim semi kedelapan ini, aku telah berhasil menggapai dua impianku, loh… aku menjadi tenaga kesehatan di sebuah rumah sakit di Tokyo dan membangun sebuah maid caffe. Tapi, aku masih menunggumu. Sudah delapan musim semi aku lalui tanpa kekasih. Besok aku akan ke Hokkaido. Aku sudah mengetahui alamat lengkap rumahmu. Tunggu aku ya…

ADVERTISEMENT

Aku telah berada di sebuah rumah bergaya Jepang tradisional. Aku yakin ini adalah tempat tinggalmu bersama nenekmu. “Permisi…”. Seorang wanita paruh baya menghampiriku. Aku menanyakan apakah ini rumahmu dan dimana kamu berada. Namun, wanita itu menatapku dengan sayu. Dia mempersilahkanku masuk. Dia mengantarku ke sebuah ruangan di bagian belakang rumah. Ruangan tersebut berbentuk altar. Terdapat kertas putih yang menempel di pintu. Aku berdiri di tengah altar dengan air mata yang mengalir sangat lamban. Di satu sisi ruangan terdapat lukisan dewa. Di depanku saat ini terdapat Makura-kazari yang diberi alas kain berwarna putih. Di atasnya terdapat sebuah guci dengan abu kremasi. Di sekelilingnya diberi bunga, dupa, lilin yang menyala, semangkok nasi, dan air. Lalu, aku mengamati sebuah kertas yang ditempel di dinding sebelah Makura-kanzari itu, “Beristirahatlah dengan tenang” lalu kertas yang lain, “Kobayashi Tsukasa”. Air mataku mengalir lebih deras dari sebelumnya.

Di musim semi kedelapan ini aku berdoa untukmu. Untukmu yang telah meninggalkanku lebih lama dari yang kukira. Kapan kamu kembali, Tsukasa? Bahkan, kamu pergi sebelum aku sempat mengatakan bahwa aku menyukaimu…

Cerpen Karangan: Difa-chan
Facebook: Difa Labela Febrianti

Cerpen Haru no Dai Hachi merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Peri Penyelamat Airin

Oleh:
Jam dinding itu menunjukan pukul 21.15 waktu tokyo. Waktu yang sangat pantas untuk tidur dan beristirahat di tempat yang paling nyaman. Namun tidak bagi Airin Kinoshiwa, jam segini digunakannya

A Thousand Sakura Petals

Oleh:
Musim ini sakura bermekaran dengan indah… Seorang perempuan terlihat sedang duduk di kursi taman bunga central park. Parasnya yang lembut menambah kecantikan sang gadis. Perempuan itu duduk tepat di

Shinjiru (Part 1)

Oleh:
“Aku percaya padamu Himuro, apapun yang terjadi kita pasti akan bertemu lagi. Aku berjanji, aku tidak akan melupakanmu apapun yang terjadi, jika seandainya kita berpisah nanti, aku percaya kita

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

4 responses to “Haru no Dai Hachi”

  1. Chi says:

    Wow, ceritanya bagus banget, aku sukaa, hajimemasite, kunjungi website ku juga yaaa di ccvalak.wordpress.com
    arigatou

  2. novia sekar ayu andini says:

    Ceritanya bagus dan menyentuh banget Suki

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *