Love And Comedy

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Jepang
Lolos moderasi pada: 28 January 2016

Pagi ini aku merasakan cahaya matahari pagi di Tokyo sangat hangat. Menemani perjalananku menuju tempatku berkuliah, di salah satu universitas di negeri matahari terbit ini. Aku berkuliah di sini setelah berhasil lulus tes yang berhadiah beasiswa kuliah ke Jepang bersama dengan seorang teman lamaku sejak SMA, Aditya Pratama. Sedangkan namaku adalah Reno Prasetyo.

“Ren nanti di kampus godain cewek dulu yuk, kan kita datangnya cepet nih.” Ajak adit padaku penuh semangat. “Roger komandan, nanti kita cari yang cantik ya. Tapi usahain jangan sampai ketahuan sama Mai dan Rita ya, gue gak sanggup lagi kena cubitan tuh cewek.” Jawabku dengan ekspresi agak kesal. “Tenang Ren gue jamin kali ini gak bakal ketahuan lagi. Kalau ketahuan gue gak bakalan makan takoyaki selama tiga hari.”
“Gue pegang janji lo dit.”

Sampainya di kampus kami langsung mengajak dua orang gadis yang cukup populer di kampus jalan-jalan sekitar kampus. Tapi, dugaan Adit meleset, di saat sedang asyik-asyiknya, kami bertemu dengan Mai dan Rita di dekat taman kampus. “Haduh, mampus gue,” Batinku dalam hati. Tanpa pikir panjang mereka langsung memarahi kami, Mai mencubitku tepat di tempat cubitannya kemarin. “Itai… Mai, luka gue akibat cubitan lo belum sembuh. Tuh lihat kan, berdarah lagi nih, udah, sakit-sakit Mai ampun.” Rengekku kesakitan.
“Salah lo sendiri goda cewek lagi, kemarin lo kan udah janji gak bakalan goda cewek lagi, jadi terima saja hukumannya.”

“Ahh dasar Nenek tua sialan, sakit nih. Kulit gue bisa rusak jadinya. Susah-susah selama 19 tahun gue jaga kulit gue, malah lo rusak.” Celoteh Adit sambil menahan sakit.
“Apa kata lo? Gue tambah kerasin, mampus lo Dit.” Balas Rita kesal.
“Tidak…” Teriak aku dan Adit histeris.

Mereka kemudian membawa kami berdua ke tengah halaman kampus. Di sana kami di suruh sujud dan meminta maaf kepada setiap cewek yang lewat. “Hukuman macem apa nih, lo berdua mau nurunin harga diri gue di pasaran?” Tanyaku sambil berusaha memberontak. Tapi kekuatan Mai dan Rita benar-benar sekuat tukang bangunan, sehingga kami tidak bisa melepaskan diri. “Ya begitulah, kami mau mendiskon harga diri kalian itu.” Jawab Mai sambil tersenyum.

Di saat jam pulang dari kampus mereka mengajak kami pergi makan isobeyaki. “Hoi.. apaan ini udah jelas tadi kalian ngancurin kami, sekarang minta ditemenin makan, kayak gak punya dosa saja.” Protes Adit kesal pada mereka. “Biarin, kalau kalian gak mau, berarti kalian udah kehilangan rasa sayang kalian sama perempuan.” Ucap Mai dengan ekspresi licik pada kami. “Kalian berdua ini, maunya apa sih?” Kami benar-benar dibuat panas oleh mereka berdua.

Mai dan Rita juga ikut tes yang sama dengan kami. Kami bertemu pertama kali dengan mereka di pusat Kota Tokyo. Sejak saat itu kami berteman akrab dengan mereka. Tapi mereka tidak pernah suka kalau kami menggoda cewek lain. Tapi mereka memiliki tingkat perhatian yang sangat tinggi pada kami. Tapi kami masih belum mengerti, kenapa mereka seperti itu. Malam harinya sebelum berangkat, kami memikirkan strategi agar bisa lepas dari mereka. Setelah itu kami pun pergi menemui mereka di warung isobeyaki yang telah mereka putuskan.

“Ren nanti gue beli takoyaki juga ya.” Adit mulai lupa akan janjinya.
“Lo kan udah janji gak akan bakalan makan takoyaki selama tiga hari, inget janji lo.” Ujarku mengingatkan Adit akan janjinya. “Ahh lo kok inget juga sih, gue pikir lo udah lupa.” Seketika tanganku langsung mengepal seperti nasi kepal dan mendarat di bahu adit.
“Awww.. Itai.. Ren.” Adit mengaduh kesakitan.
“Sekali lagi lo ngomel gue potong tujuh lo.” Ucapku kesal.

Setelah berjalan selama 15 menit kami akhirnya sampai di warung isobeyaki tersebut. Kami lihat Mai dan Rita sudah menunggu kami dari tadi. “Kalian telat 15 menit.”
“Sorry, kami khilaf. Namanya juga manusia, jadi kalian harap maklum saja ya.” Jawabku sambil memperlihatkan senyum manis seperti kucing. “Yuk sekarang kita jalan lagi.” Ajak Rita.
“Ehh.. berjalan ke mana nih. Bukannya kita mau makan di sini?” Adit bertanya karena kebingungan. “Ikut aja jangan banyak komentar.” Rita menjawab dengan nada datar tanpa melihat ke belakang.

Setelah berjalan selama 10 menit kami akhirnya sampai di sebuah taman hiburan. Di sana mereka mengajak kami naik roller coaster. “Iieee.. gue gak mau. Udah jelas gue dan Adit takut naik ini, kalian masih tetap maksa.” Tolakku yang sudah setengah mati ketakutan.
“Emangnya kami peduli, itu masalah kalian karena takut. Sekarang ayo naik, kalau takut, lo pegang tangan gue Ren.” Tawar Mai padaku. “Nani..” Kemudian kami pun naik. Aku naik bersama Mai, sedangkan Adit naik bersama Rita. Setelah turun dari roller coaster, aku dan Adit langsung lari ke kamar kecil karena mabuk.

ADVERTISEMENT

“Ayo berikutnya kita masuk ke rumah hantu itu yuk.” Mereka mengajak kami ke wahana berikutnya tanpa merasa bersalah sedikit pun. “Buset nih cewek kagak mikirin keadaan gue.” Aku membatin dalam hati. “Oii Nenek tua tak tahu diri. Lo mau membunuh gue.” Adit mulai protes pada Rita, tapi Rita tidak memberikan tanggapan, dia hanya menghadiahi Adit dengan sebuah cubitan di lengannya. “Sakitt… tahu.”
“Udah diam aja lo, sekarang kita mau ke tempat makan nih.” Rita kemudian menggandeng tangan Adit. Begitu juga dengan Mai, dia menggandeng tanganku dengan eratnya. Saat itu aku benar-benar merasakan kehangatannya tangan Mai. Aku tidak tahu perasaan apa ini. Tapi mungkin inilah yang disebut dengan cinta.

Sesampainya di tempat makan, aku dan Adit pergi ke toilet setelah memesan makanan. Tujuannya sudah pasti membicarakan cara kabur dari mereka. Tapi entah mengapa kami membatalkan niat tersebut. Aku yakin itu semua pasti gara-gara bergandengan tangan tadi. Kami pun akhirnya memutuskan untuk kembali ke tempat makan. Sesampainya di sana aku melihat Mai sudah tertidur di atas meja, sedangkan Rita memerhatikannya dengan raut wajah yang sangat cemas.

Aku pun memberanikan diri untuk bertanya kepada Rita, “Apa yang terjadi dengan mai Rita?” Aku kemudian mencoba memdekatinya. “Dia demam, sebenarnya dia sudah demam dari tadi siang. Tapi agar bisa pergi bersenang-senang bersama kita semua dia memaksakan dirinya. Tentunya dia juga memiliki alasan lain, alasan itu adalah kamu Reno.” Ujar Rita menjelaskan terus-terang padaku. “Sekarang apa yang harus kita lakukan? Badannya benar-benar panas Rita?” Aku mencoba memeriksa suhu tubuhnya.

“Antar dia pulang dan serahkan sisanya yang di sini padaku.”
“Wakarimashita Sir.” Aku kemudian menggedong Mai dan membawanya pulang.
“Matte Ren, lo mau ninggalin gu..” Rita mendadak memeluk Adit sehingga pembicaraannya terputus.
“Suki da Adit.” Rita mengungkapkan perasaannya kepada Adit. Setelah itu aku tidak tahu apa lagi yang terjadi, karena aku sudah berada di luar.

Saat perjalanan pulang Mai terbangun. “Reno, kamukah itu?” Mai bertanya padaku dengan suara yang sangat pelan.
“Iya, ini aku Mai.” Aku kemudian mencoba membelai rambut panjangnya Mai yang terulur.
“Gomenne ya Reno, aku sudah terlalu jahat padamu. Tapi itu semua ku lakukan agar kau tidak jauh dariku. Aku sangat takut jika seandainya nanti kau menjauhiku atau meninggalkanku. Aku takut jika aku kehilangan orang yang ku cintai lagi.” Air mata Mai mulai menetes. Kemudian aku menyeka air mata Mai dan menyanyikan sebuah lagu untuknya.

“doushite itsu kara, nagai yume demo mite iru youna, owari no hajimari na no, kurakute fukakute
kanashimi ni michita, sekai no hate ni mayoi konda no, shiawase sugita no
anata nokoshita kioku subete ga, watashi kore kara hotsureta kokoro
ai de tsumuide, itsumade, oh aishiteru no
kotoba no imi wo oshiete kureta, anata sono mama hitomi no oku ni egao nokoshite, towa ni shizuka ni..”

“Gome, aku hanya ingat lagu ini sampai di situ saja.”
“Arigatou Reno. Aku sangat senang, sejak awal bertemu denganmu, sampai saat ini. Sekarang aku sudah tidak takut lagi untuk mencintai seseorang. Itu semua berkatmu Reno. Arigatou.” Tangisan Mai pecah lagi untuk yang kedua kalinya. “Sukitte ii na yo Mai.”
“Suki da Reno, suki da.” Aku rasa malam itu akan menjadi malam terindah bagi Mai. Di balik sifatnya yang keras itu, dia memiliki perasaan dan hati yang sangat rapuh. Seperti itulah Mai yang ku tahu saat ini.

Keesokkan harinya, aku lihat Mai sudah sehat dan kembali ceria lagi. Ketika aku bertemu dengannya di sekolah, dia langsung menggandeng tanganku dan mengajakku jalan. “Sekarang hanya akan ada aku yang akan kamu ajak jalan bukan Reno?” Aku dari lihat ekspresi wajahnya, dia benar-benar bahagia. “Iya, hanya kamu yang akan selalu ada di hatiku sekarang Mai.” Aku memperat genggaman tanganku, begitu pun dengannya.
Di tengah perjalanan kami bertemu dengan Adit dan Rita yang sedang duduk di bangku taman.
“Kelanjutan yang tadi malam bagaimana Rita.” Karena penasaran akan kelanjutan kisah mereka malam tadi aku mencoba bertanya pada Rita. “Tentunya dong sekarang Adit adalah pacarku.”

“Diam kamu cewek pemaksa.” Adit membantah ucapan Rita.
“Kalau aku memang memaksamu kenapa kau mau memegang tanganku, dan juga kenapa wajahmu memerah Adit?” Pertanyaan itu membuat Adit tak bisa melawan lagi. “Kalau begitu bolehkah aku makan takoyaki sekarang?” Adit sudah lupa lagi akan janjinya. “Tak boleh kau harus menepati janjimu pada Reno.”
“Da..da..dari mana kau mengetahuinya?”
“Aku mendengar kau berbicara mengenai janji itu dengan Reno ketika berada di roller coaster, hehe.” Rita tertawa puas. Adit pun pasrah, terlihat dari ekspresi wajahnya.

Itulah kisah cinta kami. Walaupun kami terlihat tidak akur satu sama lain, tapi itu bukan pertanda, bahwa tidak ada asmara yang mekar di antara kami. Cinta itu adalah hal yang tidak bisa indah, dan siapa pun berhak merasakannya.

Cerpen Karangan: Fauzi Prima
Facebook: Bekadeh

Cerpen Love And Comedy merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Burushirubaraito (Part 2)

Oleh:
“Oii!” Awa melambaikan tangannya riang saat netra coklat madunya bersitatap dengan netra biru itu. Gadis itu bergegas menghampiri. “Kau sudah baik-baik saja?” Tanyanya. Lelaki berambut perak itu memundurkan langkah.

The Red Thread Denies Destiny (Part 1)

Oleh:
Aku sedang kebingungan di rumah seseorang, aku memutar kunci rumah itu dengan jari tanganku. Sedari tadi aku terus berdebat dengan isi otak dan hatiku, masuk ke rumah ini atau

When You Loved Someone

Oleh:
Ucapkan… Nyatakan… Dan lepaskan… “Ohayou Nishi, bangun udah pagi nih ayo berangkat sekolah ku tunggu di bawah pohon seperti biasa ya,” ucapnya melalui ponsel yah dia adalah sahabatku bisa

Incredible People

Oleh:
Aku masuk sekolah Kuasa. Aku mencari bangku nomor 162, dan ternyata di sana sudah banyak orang. Aku akan ujian sekolah ini yang dimana taruhannya nyawa. mati atau lulus, itu

Preciuos Memories

Oleh:
Aku.. Ah aku Kazeyuki Hiroya temanku terkadang memanggilku kaze, yuki dan hiroya. A~~ Yoroshiku ne. Aku tidak tahu kalau itu takdir atau bukan, dan aku juga tidak tahu banyak

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *