Arch di Jariku
Cerpen Karangan: Martha Zhahira El-KutubyKategori: Cerpen Kehidupan
Lolos moderasi pada: 31 May 2012
“Dek, siapa aja temen-temenmu yang enak diajak buat penelitian untuk tugas biologi kakak?” tanya Kak Ami lewat pesan singkatnya di handphoneku.
“Siapa ya, Kak? Oh ya, yang udah kakak ajak siapa aja?” aku balik bertanya.
“Yang udah itu Fifi, Fira, Wira dan kamu. Trus sapa lagi ya, Dek?” balasnya.
“Susah juga buat nyebutinnya, Kak! Lebih baik kakak bawa aja penelitiannya ke kelas, ntar pasti ada deh yang mau diteliti. Sip!” kataku membujuk.
“Oke deh, Dek! Makasih ya!” kata Kak Ami lagi.
“Ya deh, Kak!” balasku.
Pesan singkat itu pun berakhir dalam sekejab. Aku kembali bersiap-siap mandi dan berpakaian sekolah. Setelah lama aku bercerita lewat sms dengan Kak Ami. Aku sadar juga jam telah menunjukkan pukul 06.05 WIB. Saatnya untuk berangkat sekolah, tapi aku telah terlambat. Ya sudahlah, kan belum terlambat masuk kelas.
Wow! Dingin banget pagi itu. Aku meriang kedinginan. Emang bener sih, bulan ini musim dingin. Tapi, kan ini udah diakhir bulan. Musim sekarang sering berubah-ubah. Aku kembali memakai jaket hitam sederhana milik adikku. Dia kebetulan tidak memakainya. Sungguh hangat. Nyaman sekali.
Sesampai di sekolah, aku disapa Yeni yang kebetulan dia nggak terlambat untuk datang ke sekolah. Sekolah yang sungguh sejuk, terletak di dekat Ngarai Sianok objek wisata dambaan orang Bukittinggi sekitarnya. Aku kembali menyambut senyum Yeni. Ada guratan bahagia yang terukir dari wajahnya saat itu, entah mengapa, aku tidak tahu. Mungkin pagi itu aku tidak dilanda kantuk lagi.
“Ris, ada tugas nggak?” tanya Yeni santai.
“Nggak rasanya. Palingan nanti juga dikasih tugas sama gurunya,” jawabku.
“Hmm. Eh, aku lagi seneng lho! Hehe…,” cengengesan Yeni.
“Ciee..ada apa tu?” ledekku datar.
“Aku udah punya cowok baru. Haha,” tertawanya lepas juga.
“Ha? Siapa tu?” tanya ku heran.
“Namanya Adi. Mau tau nggak?” pancingnya.
“Anak sini atau sekolah lain?” tanyaku penasaran.
“Anak sini kelas XII IPS 5, dia baik banget!” pujinya kagum.
“Ya elah! Kamu ini ada-ada aja. Oh ya, nanti ada penelitian dari kakak kelas XII IPA 1, kamu ikut ya!” ajakku spontan.
“Penelitian apa tu?” Yeni penasaran.
“Aku juga nggak tahu pasti tentang apanya. Kita liat aja nanti. Oke!” kataku mantap.
“Oke deh!” jawabnya.
Peserta didik pun berkeliaran memenuhi lapangan sekolah juga berlalu lalang masuk kelas mereka. Ada yang memanggil teman-temannya, ada juga yang lagi cerita-cerita. Berbagai kegiatan pagi pun dilakukan dengan santai. Kebetulan kelas aku lagi bebas tugas jadi agak santai. Aku kembali disibukkan oleh handphoneku yang berdering, ternyata ada pesan singkat dari Dian dan Irsyad. Dia mengirimi aku puisi yang akan aku balas.
Bel masuk pun berbunyi. Peserta didik SMAN 4 Bukittinggi pun menuju lapangan upacara bendera yang letaknya di lapangan atas dari kelas aku. Aku mengajak teman-temanku untuk menuju lapangan. Upacara dimulai dengan pengaturan barisan oleh bapak wakil kesiswaan. Susah juga untuk mengatur barisan itu. Sampai-sampai beliau berteriak keras.
Tak lama berselang, hanya satu jam. Upacara selesai juga dengan diakhiri pembacaan doa. Aku bergegas memasuki kelas karena lelah berdiri saat upacara. Aku ingin istirahat. Handphoneku berdering lagi. Dari Kak Ami.
“Dek, kakak ke kelasmu sekarang ya? Mumpung guru-guru rapat,” kata Kak Ami.
“Iya deh, Kak!” balasku.
Kak Ami pun datang beserta tim peneliti sederhananya. Dia menyerahkan lembaran penelitian kepadaku dan juga teman-temanku. Dia juga mengarahkan bagaimana cara mengisi lembaran angket itu. Ribet juga tapi asyik. Kelasku pun sempat gaduh dengan kedatangan tim penelitian tersebut karena mereka awalnya bingung dengan angket tersebut.
Tepat lima belas menit lamanya untuk menyelesaikan penelitian itu, Kak Ami sedikit lega. Hanya saja tinggal sidik jari aja untuk menentukan pola jari tangan orang yang diteliti supaya diketahui jenis apa orang tersebut. Aku pun menyerahkan angket itu secara perlahan.
“Ini, Kak! Udah selesai. Ada lagi, Kak?” tanyaku senang.
“Ya! Udah kok. Nggak ada lagi. Makasih ya, Dek!” kata Kak Ami.
“Iya deh, Kak!” kataku.
“Oh ya, ini belum sepenuhnya juga sih selesai, masih ada satu tahap lagi. Sidik jarinya belum karena bantalan stempelnya belum ada. Jadi nanti kakak kesini lagi ya buat minta sidik jarinya,” kata Kak Ami menjelaskan.
“Oke, Kak! Dengan senang hati,” balasku tersenyum.
Duh! Udah selesai juga guru-gurunya rapat. Saatnya untuk memulai pelajaran. Pelajaran pertama yaitu biologi. Huff! Pelajaran yang membosankan bagiku karena bikin ngantuk. Guru biologinya pakai infokus jadi kita hanya nonton aja sampai ngantuk. Membosankan juga pagi itu.
***
Sudah dua minggu dari penelitian tersebut, Kak Ami pun datang lagi untuk meminta sidik jari teman-teman kelasku. Aku dapat urutan kelima. Dengan santai aku menekankan jari-jariku ke bantalan stempel yang terletak diatas meja belajar kosong. Kebetulan saat itu, kami mau ujian semester ganjil yang akan mengambil nomor ujian. Sebelumnya juga wakil sarana prasarana menyampaikan bahwa meja-meja itu akan dibawa ke kelas atas untuk diatur. Jadi tak salah kelas berantakan saat itu. Kami pun berkeliaran untuk membantu menyelesai tugas penelitian Kak Ami dan timnya.
“Dek, kamu lagi. Sinilah! Kakak ajarin gimana caranya,” kata Kak Ami.
“Eh, iya, Kak!” jawabku agak kaget dengan panggilan itu.
“Gini, kamu tekan kesepuluh jari-jarimu satu per satu ke bantalan stempel ini, lalu kamu tekan lagi ke kertas yang udah ada kolomnya disini,” kata Kak Ami menunjukkan angket penelitian.
“Oh gitu, Kak! Aku coba ya,” kataku.
“Iya deh! Jangan terlalu ditekan ya, ntar garis-garis yang ada pada jarimu itu nggak kelihatan,” kata Kak Ami mengingatkan.
“Iya, Kak!” kataku.
“Sip!” balasnya mantap.
Selesai sidik jari, Kak Ami pun melihat pola jari tangan yang ku miliki. Aku pun meminta penjelasan yang mantap dari jawaban yang diberikan Kak Ami, tapi Kak Ami masih menyembunyikannya, aku penasaran dan ingin bertanya penuh padanya. Tapi sayang, dia lagi sibuk. Dia hanya bisa memberitahu aku pola jari tanganku aja.
“Risa, sini kakak liat polanya!” panggil Kak Ami.
“Iya, Kak! Nih!” kataku.
“Worl, Arch, Arch, Arch, Arch dan Luph. Hmm… Nggg…,” Kak Ami berkata ragu.
“Ada apa, Kak? Apa maksudnya yang kakak sebutin itu?” kataku penasaran.
“Nggak! Nggak usah dipikirin ya. Nggak ada apa-apa kok! Santai aja!” katanya tersenyum padaku.
“Hmm… Ya udah deh!” kataku.
Aku semakin heran. Saat itu aku juga akan remedial kimia. Aku diajak temanku untuk membahas soal-soal ulangan yang kemaren. Aku tidak konsentrasi lagi. Pikiranku kacau karena aku masih heran dengan tersembunyinya makna buruk dibalik pola Arch yang aku dapatkan sebanyak itu. Aku pun mencoba untuk mencari-cari informasi tapi nggak bisa. Yang hanya bisa menjelaskan hanya Kak Ami dan satu orang temannya lagi. Mereka tidak mau memberiku penjelasan detail. Katanya cuma tidak apa-apa.
“Kak, emang apa sih artinya yang tadi tu?” kataku balik bertanya.
“Nggak ada apa-apa kok! Nggak usah dipikirin deh! Buang-buang tenaga aja,” katanya kembali mencoba memudarkan penasaranku.
“Oke deh! Ntar aku cari aja di internet apa artinya. Kan aku penasaran,” kataku mengambil keputusan.
“Iya deh! Terserah kamu!” kata Kak Ami pasrah.
Tiba-tiba, seorang temanku berteriak keras bahwa dia mendapatkan pola worl dalam jumlah yang banyak. Dia tersenyum. Aku pun semakin heran. Tapi, aku akan dapat jawabannya setelah ini.
“Huiss! Worlnya kesepuluh jari. Pinter banget tuh orangnya,” kata seorang temanku memujinya.
Temanku yang dipuji pun senyum-senyum aja sendiri. Aku mendengar dengan seksama dan jelas bahwa apabila kita mendapatkan pola worl yang banyak, berarti kita pintar atau penangkapannya bagus. Aku tak percaya dia mendapatkan itu karena nyatanya dia nggak pernah tuntas untuk setiap ulangan bahkan dia sempat ditegur guru apabila dia menyontek pas ulangan.
Aku kembali meneriaki Kak Ami dengan lantang karena aku telah mendapatkan jawaban dari setiap penasaranku. Aku kesal tapi aku ikhlas dengan hasil itu.
“Kak… Kak Ami…! Arch itu lemah kan artinya?” tanyaku lantang.
“Iya, Dek!” katanya sambil mengangguk pelan.
“Oh itu!” kataku tersenyum.
Aku kecewa dan mungkin lebih pantasnya disebut tersinggung. Tapi, aku sudah siap dengan semua itu. Aku berpikir sejenak. Berarti penangkapanku lemah tapi aku punya tekad dan usaha yang tinggi untuk membuat diriku menjadi juara dan punya kemampuan yang lebih dan berarti juga aku ini orang hebat karena melawan kelemahan. Tuhan Maha Sempurna.
Aku pun menyimpan semua kesakitan itu. Tapi, aku tidak lagi memikirkannya. Aku sudah tahu siapa diriku dan bagaimana otakku. Aku siap untuk menjalaninya.
***
Sesampai di kos, aku mengirim pesan singkat lagi ke Kak Ami. Aku katakan semua yang aku penasaran dari tadi. Aku mohon penjelasan.
“Kak, kenapa harus malu untuk menyebutkan makna dari pola jari tadi tu. aku memang lemah tentang itu. Tapi, aku pede-pede aja. Jangan bohongi aku deh, Kak!” kataku dalam pesan tersebut.
“Eh, iya, Dek! Kakak takutnya kamu tersinggung dengan hasil itu, makanya kakak nggak mau kasih tahu. Maaf ya, Dek!” kata Kak Ami membalas.
“Hmm…! Nggak apa kok, Kak! Santai aja!” balasku.
“Iya deh!” kata Kak Ami mulai tenang.
Aku memang sedikit kecewa dan tersinggung tapi aku kan harus mensyukuri kekuranganku itu dengan usaha dan tekadku untuk bisa berhasil. Aku bisa menjadi sukses dengan kekuranganku itu. Kelebihanku adalah pemantap jiwa suksesku. Aku yakin itu tidak akan menggangguku dalam perjalanan hidupku. Aku akan semangat.
Bukittinggi, 10 Desember 2011
Martha Syaflina
(*Penelitian Sidik Jari)
?
Biodata
Penulis ini bernama Martha Syaflina, dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 3 November 1994. Anak pertama dari tiga orang bersaudara. Penulis dilahirkan dari pasangan orang tua yang giat berusaha yaitu Bapak Syafman dan Ibu Herlina. Sekarang bersekolah di SMAN 4 Bukittinggi. Dia mulai berkiprah di dunia tulis menulis sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Awalnya dia menulis puisi bertemakan alam dan anak-anak. Dengan hobinya menulis dan membaca, dia melahirkan kata-kata yang bagus dan memiliki aura sastra yang baik.
Mengawali langkah menulis berita singkat tentang sekolah dari SMP yang dimuat di mading SMP. Pernah mengetuai mading selama satu tahun. Bakat menulis terus berkembang hingga menginjak bangku SMA. Tulisan-tulisannya telah dimuat di media cetak Harian Rakyat Sumbar Utara dan Majalah SEMPATI.
Penulis juga pernah menjuarai Lomba Karya Tulis tentang Bung Hatta dan juga Lomba Pidato Nuzulul Qur’an, juara kelas dan menjadi siswa berprestasi beserta nominator Lomba Menulis Puisi se-Sumatera Barat. Sekarang penulis mendapat kepercayaan untuk menjadi Wakil SSSI (Sanggar Sastra Siswa Indonesia) di SMAN 4 Bukittinggi. Penulis juga pernah menjadi anggota Sanggar Sastra Rumah Puisi Taufuk Ismail. Penulis bisa dihubungi di nomor handpnone 085374771849.
Cerpen Arch di Jariku merupakan cerita pendek karangan Martha Zhahira El-Kutuby, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Kau Sudah Sukes Nak
Oleh: Avril WongSudah lebih dari setengah jam aku menunggu seseorang yang sangat penting bagi perusahaanku di sini. Dialah Pak Ardianto, seseorang yang akan mengivestasikan uangnya ke perusahaanku. Aku dan dia berjanji
Mister X
Oleh: Reny RivaiAku mengisap rokok sembari duduk santai di kursi dekat pohon besar di sebuah taman. Kepulan-kepulan asapnya menari-nari di depan mataku. Cukup menghibur untuk melawan dinginnya malam yang merasuk hingga
Pahit
Oleh: RasyhidPahit benar kalau dirasa baik-baik. Tidak ada rasa yang sebaik ini jika kita hanya berdiam diri. Renung-renung malam sepi dalam untaian nada tak bersuara hanya merintih, menangis, sedih, luka
People Change
Oleh: SukmaHapsAku Maulida Anjani, panggil saja aku Lida. Aku adalah seorang mahasiswi di salah satu universitas di Bandung. Lahir 19 tahun lalu di Semarang dan berada di tengah-tengah keluarga yang
Dree
Oleh: Putri Handayani“Biar hujan turun lagi, dia bawah payung hitam ku berlindung..” Lirik lagu ini yang selalu ku dengar saat sang fajar mulai menampakkan wajahnya ke permukaan. Jujur, sesungguhnya aku tidak
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Leave a Reply