Bercerita Sedikit Tentang Jakarta

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Kehidupan
Lolos moderasi pada: 3 February 2016

Kota bisu yang menjadi saksi kehidupan yang tak pernah memandang arti kata bersosial. Tapi kota ini memandang tentang sebuah kata asusila. Apa mesti kata-kata ini yang ku dengar setiap akan melakukan aktivitas di malam hari. Mengapa harus kota ‘bisu’ yang disalahkan? Bukankah di dalam kota terdapat beribu jiwa yang membuat pernyataan seperti itu? Bahkan para penduduk luar pulau pun melarang anaknya untuk tinggal di ibukota, mereka bilang, tinggal di tanah sendiri lebih baik, daripada tinggal di tanah orang tetapi hanya untuk menjadi mangsa para singa lapar.

Aku tak terima jakartaku dilecehkan. Siapa yang berbuat dan siapa yang disalahkan. Ke luar malam pun dicap wanita liar. Berpakaian seksi dicap sebagai pel*cur. Dan pandangan mengenai wanita berhijab adalah sesuatu yang pantas dan berhak dihargai oleh masyarakat. Lalu bagaimana dengan wanita berhijab? Apakah dia lebih baik dari wanita berbaju seksi? Belum tentu, karena yang menilai kemunafik-kan adalah Tuhan, bukan masyarakat.

Belum habis berbicara tentang kehidupan jakarta. Kalian bisa lihat, club-club malam yang tersebar menghiasi jakarta. Aku yakin, kalian menganggap bahwa di dalam tempat itu hanya berisi wanita liar dan pria hidung belang. Tidaklah, coba kalian datangi, amati. Ada beberapa jiwa yang mengais rezeki dari tempat itu. Dan pasti sekali lagi kalian akan berkata, “itu kan uang haram yang ditukar dengam minuman keras?” sekali lagi, kalian salah. Di antara mereka memang bekerja untuk melayani para pecandu, membawakan gelas, menuangkan minuman. Tapi, jiwa mereka masih menyimpan kejujuran untuk tidak ikut melakukan penyimpangan. Memang mereka melayani, tapi ini semua demi hal berbau materi untuk berjuang menyambung hidup di kota keras.

Berbicara tentang materi, pasti kalian tahulah, kata mutiara berbunyi “time is money-waktu adalah uang” hahaha pemahaman kalian salah lagi. Kalau waktu adalah uang, untuk apa kalian bekerja? Biar saja waktu memberi kalian uang, coba saja kalian bersantai ria, apa akan ada uang yang jatuh dari langit sebagai hadiah dari sang waktu? Waktu adalah uang hanyalah motivasi bagi kalian yang ‘menganggur’ yang mengabaikan pentingnya waktu. Sudahlah, aku di sini bukan ingin menjelekkan atau merendahkan. Statusku sebagai penulis hanya ingin sedikit bercerita tentang jakartaku.

Cerpen Karangan: Ayu Fameliya Elistiyanto
Facebook: Nona Ayu Fameliya, Ayu Prasetya
Ayu Fameliya Elistiyanto. Jakarta 08 oktober 1998.

Cerpen Bercerita Sedikit Tentang Jakarta merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Namanya Takdir

Oleh:
Aku injakkan kakiku di mushalla sekolahku, remang-remang lampu kuning menemani sholat isyaku. Terdengar sayup-sayup sebuah tawa dari orang yang aku kenal. “Aku mencintaimu, Kayra.” Ucap sesosok bayangan dengan postur

Tak Terasa Jerih Hari Ini

Oleh:
Di balik rumah megah berpagar besi terdapat rumah kayu berkelilingan pohon kelapa dan mangga. Rumah kayu sederhana yang masih layak pakai itu dihuni oleh Pak Aleh dan putrinya Alin.

Memohon Nafkah

Oleh:
Fadlan datang kepada seorang kyai di kampungnya. Ia merasa bingung. Sudah banyak cara telah ia tempuh, namun rezeki masih tetap sulit ia cari. Kata orang, rezeki itu bisa datang

Makna Kehidupan

Oleh:
Indahnya tahun baru 2014 meskipun pada detik pertamanya, alam menyambutnya dengan tangis haru. Suka cita dan bangga langit kota menyambutnya dengan turun Gerimis nan indah. Bak bidadari yang turun

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *