Ditooo… Apa Lagi (Part 3)

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Kehidupan, Cerpen Nasihat
Lolos moderasi pada: 18 December 2013

Sore itu Dito sedang bersantai di sebuah cafe sambil menyeruput kopi panasnya. Ia tidak sendirian tetapi ditemani oleh sahabatnya Tody, cowok ngocol lulusan PTS yang sama, bedanya si Tody ini Sarjana Fakultas Psikologi. Dito sering ngledekin sahabatnya yang satu ini, karena kegilaannya yang gak ketulungan. Sering melakukan aksi-aksi aneh yang sulit diterima nalar. Dito sering bilang “Tody, kamu tuh kuliah di Psikologi bukan buat ngobatin orang lain, tetapi buat ngobatin dirimu sendiri” dan biasanya setelah diledekin begitu, bukannya marah, si Tody malah bales ngejawab “Iya, dokter pribadiku aja udah give up, kata dia pengobatan gilaku udah beres kurang satu suntikan doang… suntik mati” sambil tertawa keras-keras. Ni anak emang gak pernah sakit ati, selalu gokil di segala suasana.

Lah sore ini si Tody lagi punya cerita buat diobrolin bareng Dito, eh tapi bukannya biasanya Tody memang gak pernah kehabisan bahan buar diceritakan… hehehe. Beberapa hari yang lalu si Tody habis ke Jakarta padahal tahu lah Semarang di musin penghujan begini semua tempat banjir. Beberapa hari ini memang hujan turun tiada henti dari hari ke hari. Kadang bahkan mulai siang hari hujan sudah turun dengan lebatnya lanjut lagi di sore dan malam harinya. Termasuk di Stasiun Kereta Api, Tody mulai bercerita, banjirnya setinggi lutut… gileee bener. Gimana tuh para penumpangnya ya… harus ikhlas menceburkan diri di air banjir dahulu sebelum bisa dengan nyaman naik kereta api. Itu juga dengan catatan kalau kereta apinya nyaman. Biasanya yang naik di kelas bisnis apalagi ekonomi susah untuk merasakan kenyamanan itu, karena selain berdesakan waktu tempuh perjalanan juga sangat-sangat lama, gimana enggak tiap ada kereta executive lewat kereta kelas dibawahnya harus memberikan salam hormat alias berhenti menunggu di persimpangan hingga sang juragan lewat baru deh perjalanan bisa diteruskan. Tapi bagi yang naik kelas executive ada sendiri penyebab ketidak nyamanannya. AC yang begitu dingin menusuk hingga ke tulang, apalagi ditunjang pakaian yang basah abis nyebur di air banjir, whuiiih… bisa dibayangin tuh seberapa dinginnya. Masih untung kalau tiba di tempat tujuan belum membeku tuh kayak es balok.

Tody termasuk rada beruntung karena menurut ceritanya dia naik kereta executive yang kebetulan AC nya gak dingin-dingin amat, tetapi karena celana panjangnya basah sehabis menceburkan diri ke air banjir dan gak bawa celana ganti terpaksa selama di kereta dia hanya mengenakan boxer-tuh ketahuan kan gokilnya – tapi berefek dia jadi kedinginan. Katanya sih mending kedinginan dengan hanya bercelana pendek tapi kering, daripada membeku karena tetap mengenakan celana panjang basah.

Sesampainya di Jakarta ternyata penderitaannya belum berakhir karena yang ngejemput ternyata malah ketiduran, dan Tody juga tidak langsung mencari taksi karena masih berharap akan dijemput, tapi setelah lewat setengah jam dan beberapa sms tidak terjawab plus telpon yang tidak diangkat, akhirnya Tody malah kehabisan taksi. “Terpaksa subuh-subuh gua nguber-nguber mikrolet, bro” celoteh Tody, “dan parahnya gue salah jurusan, kejadian deh, dari subuh sampe siang gua muter-muter kota Jakarta raya nan indah permai” runtuk Tody gak habis-habisnya. “Makannya bro, kalau janjian sama temen tuh dipastiin…” jawab Dito datar. “Dipastiin bagemane maksud loe? Dari semalem sebelumnya tuh gua udah smsin dia, dia jawab ok entar gampang pasti gue jemput” “Salahnya adalah… jam berapa loe sms dia?” “jam delapan, memang apanya yang salah, bro?” Tanya Tody dengan muka begonya. “Kalau elo mau pastiin temen loe tuh jemput loe, loe harus intensif sms en telpon dia, mulainya gak usah terlalu awal, jam sebelasan aja mulai di sms, kalau dia masih bales berarti aman, dia belum tidur, ntar jam dua belas loe telpon dia, pastiin dia gak tidur…” “eh, gila loe ya, gua bisa dibunuh sama temen gua kalau caranya gitu… itu mah bukan minta dijemput tapi sekalian aja minta dia begadang temenin gua yang lagi dalam perjalanan, mending kalau gua ceweknya kali dia masih mau berkorban kayak gitu, gue kan cowok, bro” runtuk Tody. “Lho kirain temen loe tuh naksir e…” “Eh, enak aja…temen gua tuh cowok normal ya…” “Loe kan yang kagak” jawab Dito, yang langsung disambut sebuah tonjokan keras di lengannya.

Tapi sebenarnya sore ini bukan cerita itu saja yang disampaikan oleh Tody, dia menceritakan pengalamannya beberapa hari sebelumnya. Berawal dari sebuah perkenalan di dunia maya, Tody search dan meng-add sebuah nama dan dia manerima sekaligus mengirim pesan di inbox Tody. Lalau Tody mengirim pesan isinya permintaan no HP nya. Ternyata di jawab, sebuah no HP mucul di inbox Tody. Maka komunikasi pun berlanjut, Tody dan teman barunya saling mananyakan tentang diri pribadi dan pekerjaan, disamping juga membicarakan beberapa hal umum. Malam semakin larut, Tody lalu menyudahi saling berbalas pesan dengan mengatakan “Q bobo dl y, met malem”.

Keesokan paginya sebuah pesan singkat membangunkan Tody… ternyata dari Putra – itu adalah nick nya di account jejaring sosial tempat Tody mengenalnya, isinya sapaan selamat pagi dan menyemangati Tody untuk memulai aktivitas hari ini. Sungguh kesan yang baik yang berusaha dia tunjukkan. Seharian itu Tody dan Putra cukup banyak saling berkirim pesan singkat, banyak hal sudah yang kita bicarakan. Di antara pesan-pesannya itu dia mengharapkan untuk bisa bertemu… bertatap muka langsung sehingga bisa saling bercerita dengan lebih leluasa. Tetapi malam itu mendadak Putra mengirim sebuah pesan singkat yang isinya malah membuatku penasaran, dia menulis “Mas, q kok takut bwt kmu kecewa” Tody segera membalas pesan itu “Ada apa dek?” dia lalu bercerita kalau ternyata dia sudah berkeluarga dan memiliki seorang putri yang berusia 2 tahun. Wah usia yang sedang lucu-lucunya. Dia juga menceritakan bagaimana perangai istrinya berubah setelah memiliki momongan, ternyata istrinya sama sekali tidak menyukai anak-anak, dan baginya dirasa sebuah pengorbanan untuk memberikan keturunan bagi suaminya. Banyak cerita mengalir lancar melalui serentetan pesan singkat, dan dia menutupnya dengan sebuah pesan singkat yang berbunyi “Sekarang mas sudah tahu semua tentang q silakan justifikasi ntar kalo kita ktemu”. Sebuah pernyataan bernada putus asa… atau mungkin sudah saking seringnya ia di “adili” secara sepihak oleh banyak opini masyarakat… atau bagaimana?

Beberapa hari berlalu karena kesibukan masing-masing belum bisa meluangkan waktu untuk bertemu, disamping itu juga beberapa hari belakangan ini Semarang terus menerus diguyur hujan deras. Reda sebentar disusul hujan kembali, cuaca benar-benar sedang tidak bersahabat. Akhirnya hari itu Tody dan Putra berhasil sama-sama meluangkan waktu untuk bertemu, sempat beberapa kali merubah janji jam ketemuan, akhirnya disepakati sekitar jam 19.30 bertemu di depan SPBU di sebuah jalan di kota Semarang.

Hari itu Tody dan Putra masih saling berkirim pesan singkat, mereka berdiskusi dimana nanti malam mau bertemu. Tody menyarankan warung Padang yang porsi nasinya jumbo, maklum Tody kan memang doyan makan banget… hehehe, tetapi Putra menolak, karena di tidak begitu suka masakan Padang. Tody pun memintanya memilih sendiri mau makan dimana yang sesuai dengan seleranya. Diskusi kami belum mendapati kata sepakat, hingga Putra bercerita melalui pesan singkatnya bahwa saat ini Putra sedang bersama dengan teman-temannya merayakan ulang tahun salah seorang teman kerjanya di sebuah warung franchise yang kebetulan Tody juga belum pernah makan disitu. Maka Tody bertanya apakah makanan disitu cukup enak… ternyata menurutnya lumayan ditambah cukup banyak pilihan menu jadi tidak ngebosenin. Bagus lah pikir Tody maka ditulislah sebuah pesan singkat “OK setuju, finally kita menemukan tempat makan yang akan kita tuju ntar malem”.

Malam itu Tody dan Putra bertemu untuk makan malam sembari mengobrol. Tody berusaha mencairkan suasana dengan sedikit mengajak Putra bercanda. Seulas senyum kini nampak mengembang. Tody meminta Putra untuk menceritakan apa yang ingin dia ungkapkan… maksudnya adalah supaya dia plong, bebannya terlepas setalah diceritakan kepada Tody. Tapi ternyata Tody salah, dengan lantang ia menjawab “Ya aku gak akan cerita kalau mas gak nanya”. Sebuah prinsip mengalah atau apalah namanya yang buatku tak habis pikir, akhirnya obrolan mereka malam itu lebih cenderung seperti interogasi, Tody bertanya Putra menjawab.

Tody banyak bertanya tentang cerita kehidupannya… memang tidak runtut, sebentar ke pekerjaannya yang sekarang, sebentar lagi lompat ke masa kecilnya, kemudian lari ke pekerjaannya yang sebelumnya. Ada banyak sekali nilai-nilai kehidupan yang dapat dipetik dari kisah hidupnya.

ADVERTISEMENT

Ternyata Putra dilahirkan sebagai seorang anak yang sebenarnya tidak dikehendaki oleh kedua orang tuanya, dikarenakan jarak kehamilan ibunya yang terlalu dekat dengan kakaknya. Berbagai obat dan jenis-jenis makanan yang berkhasiat sebagai peluruh dikonsumsi oleh ibunya dalam upaya menggugurkan kandungannya. setelah segala upaya pengguguran itu gagal, Putra tetap terlahir ke dunia ini, dan yang disyukuri dia masih bisa terlahir normal dan sehat. Bayi yang lahir sehat ini kemudian diadopsi oleh sepasang suami istri keturunan yang memang sudah sangat menginginkan kehadiran seorang anak. Mengalami masa kecil yang hidup berkecukupan tidak membuatnya menjadi pribadi yang buruk. Di usia yang sebetulnya masih belia (usia SMP) ayah angkatnya mulai sakit-sakitan hal ini diperburuk pula dengan usahanya yang semakin menurun, hal inilah yang mendorong Putra untuk berkeinginan membantu usaha orang tuanya melalui hal-hal sederhana yang saat itu bisa dia lakukan. Tetapi sang ayah berkemauan keras untuk tidak membiarkan anak semata wayangnya ikut memikirkan ekonomi rumah tangga. Sang ayah ingin agar Putra tetap fokus belajar. Akhirnya usaha yang menurun mengakibatkan ekonomi keluarga ini morat-marit. Putra, dalam segala keterbatasannya tetap berusaha fokus belajar. Untunglah keuangan keluarganya masih mampu membiayainya hingga lulus SMU.

Selepas SMU, Putra berpindah dari pekerjaan yang satu ke pekerjaan yang lain, hingga akhirnya dia menemukan jodoh pekerjaan dan jodoh yang menjadi teman hidupnya di sebuah perusahaan Farmasi di kota Semarang. Karena di perusahaan itu melarang suami-istri bekerja di perusahaan yang sama maka si istri memilih keluar dan bekerja di perusahaan lain.
Setelah mendengar banyak cerita Putra, Tody mulai memberi nasehat “Kayaknya mending yang pertama harus kamu lakukan adalah membenahi hubunganmu dangan istrimu, masih untung kamu gak ada godaan untuk nekat selingkuh, nark*ba atau yang lain, itu adalah bukti kalau Tuhan masih sayang sama kamu dan keluargamu” “Tetaplah teguh beribadah, doakan istrimu, sembari nasehati dia… pasti dia akan bisa berubah”

Putra hanya manggut-manggut mendengar nasehat Tody, ia sadar bahwa lari dari masalah tidak akan menyelesaikan masalah malah hanya akan memperburuknya. “Sehabis pertemuan malam itu Putra udah nggak pernah kontak gue lagi” jelas Tody
“Terus sekarang Putranya kemana?” tanya Dito “Gak tahu lah, dia menghilang ya gue cuekin aja yang penting kan gue udah berusaha, kasih nasehat yang terbaik buat dia, perkara dia ngejalanin atau kagak itu mah tergantung keniatan dan hati nuraninya aja” jawab Tody “wew… siip, dewasa banget loe bro” puji Dito “eh tapi jangan-jangan loe naksir dia lagi, terbukti loe baik banget mau ketemu en nasehatin dia…” “Gilaaa loe Diittooo…” teriak Tody, dan kemudian sebuah pemandangan unik tercipta di kafe sore itu, dua orang ABG (eh salah ababil deng) saling berkejaran di sela-sela meja, membuat tamu-tamu café yang lain pada terbengong-bengong.

Cerpen Karangan: Axas
Blog: Http://andystnt.blogspot.com

Cerpen Ditooo… Apa Lagi (Part 3) merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Dimanakah Keadilan Berada

Oleh:
Berada di tengah-tengah kota tepatnya aku sekarang bercerita. Surakarta nama kota ini, tempat di mana aku lahir, tempat paling sering aku menghabiskan waktu, dan hampir semua cerita jalan hidupku

Selamat Tinggal Sahabat

Oleh:
Hi, aku Uwi Pricilla. Aku lahir di wilayah bagian timur Indonesia. Yap! Jayapura, Papua. Suka duka ku selalu ku jalani bersama seorang sahabatku, ia adalah Kiki. Tapi, hari ini

Rinduku Pada Pelangi

Oleh:
“O, Tuhanku”, akan kuceritakan apa yang membuatku merasakan rindu pada pelangi selama ini. Dengarlah aku karena sesungguhnya engkau Maha mendengar setiap keluh kesah hambaMu. Di ujung musim hujan, dimana

Rahasia di Balik Rintik Hujan

Oleh:
Langit mendung sore itu. Gumpalan abu-abu gelap seperti sudah mewanti-wanti semua yang dinaunginya bahwa sebentar lagi ia akan menumpahkan bawaannya. Eros bukannya tidak menyadari itu semua. Ia tahu jelas.

Topeng

Oleh:
Pada suatu ketika hidup seorang pria dengan sebuah topeng di tangannya, topeng yang sangat berat buatnya, dengan topeng itu, dia bisa menyembunyikan wajahnya, kemanapun dia pergi dia selalu menggunakan

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *