Hadiah Kecil Untuk Surga

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Kehidupan, Cerpen Keluarga
Lolos moderasi pada: 14 March 2016

Ketika yang bernyawa telah tidur lain halnya dengan Aqilah. Malam itu dia masih berlari secepat kilat menembus hujan. Wajahnya tertutup suramnya malam, namun jika diteliti masih dapat terlihat jelas secarik lengkungan manis yang terbentuk dari bibirnya walau dengan seribu cobaan sekali pun. Matahari telah bangun dari peradabannya, cahaya yang masuk melalui celah-celah jendela kamar membuat Aqilah terbangun dari tidurnya. Dia tahu detik ini juga harus berlari untuk menemui sosok wanita cantik.

“Ibu, ini sedikit uang untuk Ibu. Hasil dari jualan jus kukuruyuk yang ku geluti saat ini,” sambil tersenyum manis pada ibunya.
“Terima kasih Nak, maafkan Ibu jika di usia mudamu kau menghabiskan waktu untuk bekerja, bukannya sekolah. Bersabarlah, terkadang kita harus melakukan sesuatu yang tidak mengenakkan terlebih dahulu demi meraih sesuatu yang lebih indah.” ibunya membalas senyum anaknya sembari memeluknya.

Pekerjaan lain yang harus dilakukannya adalah mencuci piring kotor dari sebuah warung milik pak Udin. Namun tiba-tiba Prakkkkk… seketika pak Udin berlari menuju dapur, dilihatnya tidak ada satu pun piring dalam keadaan utuh, semuanya hancur, nihil untuk memperbaikinya. Kini wajah Aqilah benar-benar takut. Bahkan mengeluarkan kalimat maaf sekali pun terasa sulit sekali. Melihat kejadian ini pak Udin tentu saja sangat marah kepada Aqilah, emosinya memuncak.

Seketika ia menampar Aqilah, menarik rambutnya, dan hampir saja membunuhnya. Namun tindakan itu segera ia urungkan. “Sebagai gantinya kau harus bekerja tanpa dibayar selama lima bulan di tempat ini.” Untung saja Aqilah anak yang tabah dia selalu mengingat pesan ibunya dan selalu berpikir postif bahwa mungkin ini adalah bagian gembelnya dari kisah gembelnya menjadi kaya. Dia percaya pada pencipta skenario yang paling sempurna, selalu ada harapan menuju akhir cerita yang bahagia.

Tidak terasa empat bulan berlalu, perlakuan yang tidak baik selalu didapat Aqilah dari pemilik warung tersebut, dia selalu saja mendapatkan perlakuan seperti pada kejadian pertama kali memecahkan piring. Namun suatu waktu tanpa disengaja ketika pak Udin berjalan menuju dapur dia mendengar Aqilah yang sedang berbicara sendiri sambil menahan air matanya yang dipaksa mengering secara instan.

“Aku harus kuat, aku pasti bisa, aku melakukan ini semua untuk Ibu, aku harus bekerja dengan giat untuk memberikan hadiah pertamaku pada Ibu.” kata Aqilah. Mendengar itu seketika hati pak Udin luluh dibuatnya. “Maafkan Bapak Nak, selama ini Bapak kasar kepadamu, saya paham bagaimana rasanya menjadi seorang anak yang ingin berjuang demi kebahagiaan orangtuanya, biarkan Bapak mengabulkan permohonanmu.”
“Sebenarnya saya sangat ingin membelikan Ibu kalung emas Pak.” Balas Aqilah.

Akhirnya mereka berdua pun berjalan menuju toko emas. Ketika mendapatkan kalung tersebut Aqilah segera berterima kasih kepada pak Udin dan detik itu pula berlari menuju rumahnya menemui sang ibu. “Ibu… Ibu… tutup matamu Bu, aku ingin memberikan sesuatu.” Mendengar ucapan anaknya ibunya tersenyum tipis sambil menutup matanya. “Sekarang buka matamu Bu, ini hadiah pertamaku untuk Ibu, terima kasih telah menjadi Ibu yang baik, yang selalu menyayangiku.”

“Aku ingin menjadi anak yang berbakti pada Ibu, karena yang aku tahu surga ada di telapak kaki Ibu, doakan anakmu selalu Bu, ini hadiah kecil untuk surga.” tetesan air mata yang mengalir deras dari sang ibu membasahi pakaian anaknya, dia benar-benar merasa bahagia memiliki anak setabah Aqilah, sejatinya bahwa hidup tidak pernah hadir tanpa masalah maka hadapi masalahnya, nikmati prosesnya, petik hikmahnya, dan rasakan manfaatnya.

Cerpen Karangan: Ningrum Wulansari Heriyono
Facebook: Ningrumwulansari15[-at-]gmail.com / Ningrum Wulansari H

Cerpen Hadiah Kecil Untuk Surga merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Hingga Akhir Waktu (Part 3)

Oleh:
“Assalamualaikum Kak Ramly.” ujarku membuka suasana saat itu. Aku masih lemah dan berusaha memulai keceriaan di depannya. Kak Ramly diam sejenak menatap raut wajahku yang polos dan masih lemah.

Selaksa Cinta di Batung Badoro

Oleh:
“Jauh tinggi terbang Si bangau, pulangnya ke kubangan jua”. Itu pesan Emak kepadaku. Pepatah tua yang diadopsi dari sastra Minang Kabau terngiang selalu memapah kaki. Sejauh tempat yang kudatangi,

Suara Minor Bangsaku

Oleh:
Mentari mulai kembali ke peraduannya. Digantikan oleh sang rembulan yang meski tak secerah mentari, tetapi tetap menawan dan memperindah mataku ketika melihatnya. Aku dan temanku Arif pergi ke masjid

Berkah Pertemuan

Oleh:
Siang itu terlihat seorang pria yang berjalan menyusuri jalan itu, dengan tampang yang tak bersemangat dan dengan kantung mata yang agak hitam di bawah matanya, seorang pria yang memakai

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *