Kakek Mono dan Boneka Angry Bird

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Kehidupan, Cerpen Sedih
Lolos moderasi pada: 2 September 2013

Wajah sumringah penuh keceriaan Kakek Mono terpancar jelas dari setiap guratan kulit yang semakin menua dan berkeriput. Senyumnya selalu mengembang di setiap langkahnya yang mantap, sedikit miring ke kanan agar berat tubuhnya ditopang sempurna oleh sebatang tongkat kayu yang digenggam erat oleh tangan kanannya. Ia baru saja keluar dari Toko Mainan, membeli sebuah Boneka Angry Bird yang ia tenteng dengan tangan kirinya seharga 45 ribu rupiah, berwarna merah dan dibungkus plastik kado seadanya. Plastik kado itu pemberian dari sang penjual mainan karena merasa iba dan tersentuh hatinya saat Kakek Mono menjelaskan bahwa boneka itu untuk cucunya di Desa.

Mungkin, uang 45 ribu rupiah tidak ada apa-apanya untuk kita. Namun, bagi Kakek Mono uang sebesar itu harus ia kumpulkan berbulan-bulan lamanya. Ia kumpulkan sedikit demi sedikit kepingan uang receh dari hasil keuntungan menjual balon seharga seribu rupiah di Balai Kota Surabaya. Tidak jarang, Kakek Mono memakan nasi bekas yang masih tersisa di tong sampah. Rasa asam dari nasi bekas tidak ia hiraukan, di dalam hati ia terus-menerus bersyukur kepada TUHAN masih bisa makan dan tak lupa ia juga berterima kasih kepada orang yang membuang nasi itu. Mungkin orang-orang itu sudah terlalu kenyang, pikirnya.

Selama Kakek Mono bertahan hidup di Kota Surabaya dengan berjualan balon udara, ia pernah mendapatkan perlakuan buruk dari aparat SatPol PP. Tabung udara untuk menyimpan gas heliumnya ditendang aparat hingga menyisakan bekas penyok, kemudian ia dibentak, dimaki, dan didorong hingga tubuhnya terhempas dan terjerembab di salah satu sudut paving jalan. Terkadang, Kakek Mono mencoba untuk mencerna pola pikir para pejabat, maunya mereka itu apa? Miskin-miskin begini, saya ini bekerja! Saya ini bukan peminta-minta atau pengemis! Kenapa orang seperti saya harus diperlakukan ‘tak adil? Saya masih punya harga diri, pantang untuk jadi pengemis seperti anak muda kebanyakan yang lebih memilih menjadi tukang parkir. Padahal dengan usia mereka yang masih terbilang produktif, mereka mampu menghasilkan karya yang bermanfaat atau bekerja sebagai buruh Pabrik.

Semakin Kakek Mono memikirkan hal berat semacam itu, kepalanya selalu terasa pusing. Dengan usianya yang renta seperti ini, segala macam hiruk-pikuk persoalan politik di negara ini tidak begitu penting. Yang ia inginkan, segera bertemu dengan sang cucu. Ia pasti senang melihat Kakeknya pulang membawa oleh-oleh boneka cantik ini. Sebuah ekspresi dari sang cucu yang mungkin hanya berlangsung beberapa detik, lebih dari cukup untuk menutupi suka-duka yang ia rasakan selama proses mengumpulkan uang.

Orang tua renta seumuran kakek mono, biasanya menghabiskan masa hidupnya di kampung. Jauh dari hiruk-pikuk dinamis perkotaan. Menanti ajal sambil terus beristighfar di atas kursi reot, mengingat dan memohon ampunan TUHAN atas dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan yang pernah ia perbuat semasa hidupnya. Tapi, begitulah watak Kakek Mono. Ia tidak berputus asa, ingin terus berjuang sekuat tenaga untuk hidup mandiri. Ia tidak mau menyusahkan atau merepotkan anak-anaknya yang sudah memiliki keluarga masing-masing.

Rumah tempat cucunya tinggal, hanya beberapa ratus meter lagi. Kakek Mono semakin mempercepat langkahnya yang mulai terasa berat. Manusia hanyalah bisa berencana dan segala keputusan tetap milik TUHAN. Mungkin TUHAN mempunyai jalan cerita sendiri untuk Kakek Mono. Sebuah Bus Antar Provinsi melaju terlalu dekat dengan Kakek Mono. Hembusan angin dari Bus itu mendorong tubuh rentanya dan ia pun terjatuh di bahu jalan raya. Nahas, di belakang Bus, melaju mobil panther berkecepatan tinggi. Dengan kecepatan seperti itu, ‘tak mungkin mobil itu bermanuver. Kakek mono meninggal seketika di tempat kejadian. Mukanya bercucuran darah segar akibat hantaman bemper mobil. Tongkat kayu miliknya, patah. Warga yang melihat kejadian itu, langsung berhamburan mengerubuti tempat kejadian. Seorang Ibu yang sedang menjemur baju di teras depan, melihat kejadian itu berteriak histeris dan pingsan. Yang tersisa hanyalah sebuah Boneka Cantik Angry Bird yang di dalamnya tertera tulisan tangan dari Sang Kakek:
“Untuk Cucu Ku Tercantik dan Tercinta, Noor. Tetaplah Tersenyum” ~ Kakek Mono ~

Cerpen Karangan: Darwinarya
Blog: Darwinarya-blog.blogspot.com

Cerpen Kakek Mono dan Boneka Angry Bird merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Dialetika Seorang Gus

Oleh:
“Gus, aku ingin bercerita tentang bangsa yang dulu pernah disebut sebagai bangsa yang santun dan ramah dalam figur macan Asia” ungkapku sambil membungkukkan badan. “Silakan, Nak. Dengan senang hati

Kebebasan

Oleh:
Otakku masih bekerja dengan normal, Tapi aku berfikiran bahwa aku sudah gila. Penglihatan dan pendengaranku masih berfungsi dengan baik, Hanya saja, aku beranggapan bahwa aku telah lama menjadi seorang

Ada Yang Hilang

Oleh:
22 November 2006 Semuanya berakhir hari ini. Penantian buta itu terhempas begitu saja sore tadi, entah keberanian darimana yang membuatku mampu mengucap selamat tinggal dan semua yang kurasakan. Padahal

Malaikat Kecil

Oleh:
Malaikat kecil yang malang. Kamu tidak bersalah atas apapun namun kamulah yang harus menanggung semua kesalahan yang diperbuat oleh remaja bodoh tak berakal itu. Kebahagiaanmu tak sempurna dan masa

Kotaku Yang Malang

Oleh:
Namaku Sasha. Setiap hari aku berangkat sekolah dengan menaiki mobil yang pintu dan jendelanya ditutup rapat. Orang lain pun juga sama sepertiku. Sekarang sudah jarang sekali orang berjalan kaki

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

3 responses to “Kakek Mono dan Boneka Angry Bird”

  1. KAPTEN ZAHRA says:

    aku terharu hiks hiks

  2. darwinarya says:

    Hallo Kapten Zahra,

    Makasih banyak atas komentarnya ^_^

  3. Arfa Aqil M says:

    Sangat bagus, saya salut atas cerpen anda

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *