Kedamaian

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Galau, Cerpen Kehidupan
Lolos moderasi pada: 16 November 2013

Petrus mulai menyadari perubahan pada wajah orang itu. Wajahnya berkerut-kerut seperti orang menahan rasa sakit yang luar biasa. Matanya yang redup semakin terlihat gelap tanpa harapan. Meski lelaki itu tetap berusaha berdiri dan menjalankan kewajibannya sebagai pendeta, namun kali ini ia tampak tak lebih baik dari hari-hari kemarin. Petrus duduk di deretan kursi belakang dekat pintu keluar gereja kecil itu, dan ia dapat melihat dengan jelas penderitaan orang itu. Sangat menyedihkan, pikirnya. Seharusnya ia sudahi saja kothbah minggu paginya. Dalam sekejap, Petrus mulai menebak apa yang akan terjadi pada orang itu.

Sebagai seorang muda yang tumbuh besar di lingkungan religius, Petrus tak serta merta mengikuti jejak kedua orang tuanya yang taat beribadah. Tidak juga seperti kedua saudaranya yang kini menjadi pendeta pada dua gereja yang berbeda. Ia bukan tak percaya Tuhan, tapi ia tengah mengalami krisis yang kerap dialami anak muda seusianya. Ia merasa sedih sekaligus bingung. Sedih karena ia merasa hidupnya terlalu sederhana dan bingung ketika melihat orang-orang lain yang tidak seperti keluarganya namun dapat memiliki apapun yang diinginkan. Ia tak punya keberanian untuk mengungkapkan perasaannya selama ini, bagaimana ia tertekan dan ingin pergi melihat dunia yang jauh lebih luas sambil berharap menemukan apa yang ia cari — kebahagiaan.

Pada malam sebelum perayaan Natal, ketika kedua saudara dan keluarga mereka berkunjung ke rumah, Petrus berada di pantai. Di sana, taman-teman sebayanya berkumpul, membakar daging ayam dan tentu saja disertai berbotol-botol minuman beralkohol. Petrus tahu seharusnya ia tak berada di sana, namun, kali ini ia melawan suara hati yang kerap membuatnya merasa bersalah dan stres. Ia mencoba melupakan segalanya dan bersenang-senang dengan caranya sendiri.

Dari sana, ia dapat melihat rumahnya yang bagai titik cahaya di kejauhan di tepi pantai. Ia membayangkan apa yang tengah di lakukan orang-orang dalam rumah itu. Kedua orang tuanya mungkin akan mencarinya karena tidak berada di rumah pada saat penting seperti malam ini. Mereka tentu akan marah besar, sambil mengatakan hal yang sama terus menerus hingga ia merasa muak. Petrus memalingkan wajahnya dan menatap api yang menyala, menghantarkan panas di udara. Udara dingin tak ia hiraukan. Akan tetapi, gelak tawa dan kesenangan itu tak membuat Petrus merasakan bahagia. Justru perasaan aneh yang tak pernah ia rasakan menjalari tubuhnya.

Ia menenggak botol dan mengunyah daging matang berwarna kecokelatan itu. Sementara pikirannya melayang menuju ruang makan di rumahnya dan membayangkan hidangan sederhana yang memuakan. Tapi mengingat orang-orang yang berada di sana membuat ia marah. Ia marah karena mereka hanya menikmati apa yang mereka miliki, tetap puas dengan keadaan hidup yang biasa-biasa saja. Petrus ingin menjadi seseorang yang berbeda, seorang pemuda yang bisa mencapai apapun yang ia inginkan. Pekerjaan yang layak, kemapanan dan hidup yang bahagia, dan ia harus memisahkan diri dari lingkungan itu serta teori-teori absurd yang tak ia pahami.

Dua orang pria dan wanita tampak bergandengan tangan memisahkan diri dari lingkaran orang-orang muda yang duduk mengelilingi api unggun. Kedua orang itu tertawa-tawa dan tak peduli dengan sekeliling mereka sementara mereka semakin menjauh. Petrus mengamati hingga keduanya menghilang di balik semak-semak yang gelap. Ia tak pernah punya keberanian melakukan hal semacam itu. Seperti biasa, ia hanya terdiam dan menyimpan pikiran itu dalam daftar panjang hal aneh yang ia jumpai. Lamunannya buyar ketika Franz, teman satu kelasnya, mulai meracau. Alkohol menguasainya hingga ia melakukan hal yang paling bodoh; menjerit-jerit sambil menceritakan pengalaman pertamanya berhubungan s*ks dengan seorang pel*cur di rumah ayahnya dan ia bangga akan hal itu. Mendengar hal itu, teman-teman yang lain tertawa terbahak-bahak. Petrus merasa muak. Ia ingin pergi dari tempat itu. Ia benci menyaksikan kenapa semua orang tak bisa bersenang-senang tanpa melakukan dosa. Ia merasa aneh dan tiba-tiba asing pada diri sendiri. Gadis pujaannya yang sedari tadi duduk di hadapannya di seberang api, menatapnya, lengan kurus seorang pria melingkar di pinggang gadis itu. Petrus tak peduli. Ia beranjak pergi.

Petrus berlari sekencang-kencangnya. Rumahnya masih jauh. Malam ini ia merasa begitu berbeda. Ia berusaha melupakan wajah gadis itu yang selalu menghantuinya dan segala tentang teman-temannya. Ia tak ingin pulang ke rumah, juga tak ingin berada di antara teman-temannya itu Ia ingin bebas. Bebas seperti burung yang terbang menjelajahi angkasa tinggi. Kegelisahannya berangsur menghilang, ia tak lagi berlari, tapi berjalan. Senyuman terkembang di wajahnya yang tirus. Ia menuju sebuah pohon besar yang terletak di atas bukit yang menaungi kota itu. Di sana ia menemukan kedamaian, ketika melepaskan pandangan yang luas dan megah, serta kaki langit yang menyentuh permukaan laut. Seolah semua pikiran yang memenuhi kepalanya menghilang begitu saja.

Petrus menyandarkan tubuhnya yang lelah dan menyeka keringat yang membasahi dahinya. Ia tersenyum ketika sesosok bercahaya putih cemerlang duduk di sampingnya, ikut menikmati pemandangan malam dari atas bukit. Petrus merasa tenang dan damai, bahkan lebih dari yang bisa ia ungkapkan.

Cerpen Karangan: Patrick Andromeda
Facebook: Patrick Andromeda

Cerpen Kedamaian merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Ketika Ibuk Pulang

Oleh:
Saya akhirnya bertemu Ibuk. Setelah sekian lama. Saya rindu sekali. Setelah sekian lama. Beliau berada tepat di hadapan saya. Setelah sekian lama. Saya masih sama. Masih tetap jadi putri

Puisi Yang Sering Kamu Ledekin

Oleh:
Dia Sebuah anugerah Tuhan yang terindah jika aku memilikinya. Namun aku tak dapat meraihnya. Aku hanya bisa memilikinya dalam angan. Dia yang terlalu dekat. Dia juga yang terlalu jauh.

Senyummu Mengalihkan Duniaku

Oleh:
Aku tidak pernah bisa berbuat dengan benar jika tugas dan kesibukan menghampiriku. Yang aku tahu, hanya bagaimana caranya aku bisa menyelesaikan pekerjaanku ini. Tapi pagi menjelang siang itu adalah

Tanya

Oleh:
Tanya diam terpekur, matanya nanar menatap kabut. Ada sesal dalam hatinya dan ada sedikit kesenangan di dalamnya. Menyesal telah mengkhianati hatinya dan senang telah membalas kesal masa lalunya. Dulu

Suami Tak Direstui (Part 2)

Oleh:
Setamat SMA Budi melanjutkan kuliahnya ke Jakarta. Sementara Tini tidak berminat lagi untuk melanjutkan kuliah. Dia lebih suka mengambil beberapa kursus keterampilan saja, dengan harapan dia bisa menerapkan keterampilannya

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *