Keheningan Putih
Cerpen Karangan: HelenaKategori: Cerpen Kehidupan, Cerpen Persahabatan, Cerpen Sedih
Lolos moderasi pada: 23 October 2012
Pagi itu, semuanya putih berbalut keheningan pagi. Aku seakan tak berdaya dibuatnya. Hembusan angin pagi tak bisa kurasakan karena tak tertembus oleh jendela yang tertutup. Tepat di sebelah tempat tidurku. Aku hanya bisa memandangi keseluruhan kamarku dengan kekosongan dalam mataku. Ingin rasanya kutangisi diriku karena hal ini terjadi padaku,…
28 Hari, jauh sebelum hari dimana hal ini terjadi. Tepat pada tanggal 28 September 2011. Seperti pagi hari yang sama, kulewati dengan bangun kesiangan sampai – sampai ibuku mengeluh mengenai ulahku yang satu ini. “ Ya ampunn naakk, kamu ini sudah berumur 16 tahun. Sudah cukup dewasa untuk tidak lagi bangun kesiangan..masa..”, keluh ibuku.
“ Stop..!! iya .. iya aku tau ma,.. masa anak gadis pemalas bagaimana jadinya kalau sudah dewasa?” , sela ku. “nah sekarang saatnya aku berangkat”. “Baik, hati – hati di jalan nak..!”, ucap ibuku sambil sedikit berteriak. Yah, ibuku memang orang yang khawatiran dari dulu. Apalagi aku adalah anak semata?wayangnya.
Nah, seperti inilah keseharianku. Setiap pagi dimana waktu menunjukkan pukul 6.00 WIB, setelah berangkat dari rumah, aku menjemput Rita. Rita adalah sahabat baikku, ia adalah murid pindahan dari kampung. Akan tetapi, lain dari yang lain , ia merupakan orang yang sangat mudah untuk berbaur dengan lingkungan yang baru walaupun biasanya orang dari daerah terpencil jarang sekali bisa beradaptasi di lingkungan perkotaan. Berbeda denganku yang walaupun aku sudah lama bersekolah di perkotaan, diriku sangat jauh dari sosialisasi, atau bisa dibilang antisosial. Di saat pertama kali ia pindah ke sekolahku, iapun ditempatkan di ruangan kelas yang sama juga denganku. Kupikir aku tak mungkin bisa berteman dengannya.
Yah, itu adalah cerita lama. Bagaimana aku bisa berteman baik dengannya dan tak terasa 2 tahun sudah, kulewati hariku dengannya, berbagi suka dan duka, berbagi cemilanku bersamanya dan yang paling penting yaitu aku berbagi hidupku denganya, dan dia berbagi hidupnya denganku. Ah, hal yang sangat indah dari persahabatan. Kuharap hal ini bisa terus terpatri dalam hidup kami kedepannya walaupun aku tau, suatu saat nanti mungkin kami berpisah dan tidak bisa melewati hari – hari yang indah bersamanya. Bertambah tua dimakan usia ataupun yang lebih buruknya dipisahkan oleh kematian.
“ Ahh,.. aku tidak boleh berpikiran buruk ! nantinya malah akan semakin buruk lagi!” ucapku dalam hati seraya ingin mengusir pikiran – pikiran buruk dalam otakku. Memang aku ini orang yang suka berpikiran buruk tentang suatu hal dan mungkin ini juga merupakan turunan dari ibuku yang selalu khawatiran orangnya.
Ohya aku sendiri belum memperkenalkan diriku, namaku Helena Wijaya Santoso. Hidupku memang standar seperti kebanyakan orang, seorang anak tunggal dari sepasang orang tua yang biasa saja. Kami tinggal di tengah perkotaan, yang sangat terkenal dengan hiruk pikuknya yang bergulir tanpa henti. Aku bersekolah di Sekolah Menengah Atas Mandratari 1, Jakarta selatan. Hidupku sampai saat ini biasa – biasa saja sampai saat dimana aku bertemu dengan Rita dan hari – hariku mulai menjadi luar biasa.
Ah, itu Rita. Setelah beberapa lama ku menunggu akhirnya ia datang juga ke pertigaan tempat biasa kami janjian. Rumahnya hanya berbeda gang dengan rumahku. Jadi, kami sepakat untuk pulang pergi bersama. Tapi entah kenapa saat melihatnya pagi itu, pikiran burukku mulai mengusikku lagi. Ia datang dengan wajah yang letih dan tubuh yang sedikit sempoyongan. Ku coba untuk menanyakannya.
“ Hai Rita..! “ sapaku .”Hai Helena..!” sambut Rita. “Apakah kamu baik-baik saja Rita ?”.” Aku baik – baik saja, … ah kau ini selalu saja mengkhawatirkan keadaan orang lain daripada keadaanmu sendiri”, jawab Rita dengan santai. “ Akuu hanya,..”, sanggahku. “Sudahlah kau hanya terlalu berprasangka buruk”, jawab Rita mencoba menenangkan pikiranku. “ Baikah,.. tapi jika ada sesuatuu…”.”Tidak mungkin,…!”, sela Rita cepat. “Baik aku percaya padamu, Rita”, ucapku lirih.
Setelah itu, kami bergegas untuk pergi ke sekolah. Seperti biasanya juga, setelah kami tiba, Rita langsung disambut oleh teman – teman yang lain. Bagaimana tidak!,..? ia dengan gayanya yang supel dan ceria, sangat disenangi oleh teman-teman yang lain. Aku pun semakin berpikir dalam hati, jika seandainya aku bisa menjadi dia mungkin hidupku terasa semakin indah. Hidup ini memang tidak adil !!. Tapi bagiku, Rita saja sudah cukup untuk mengisi diari hidupku dengan memori persahabatan kami.
Tiba – tiba saja, setelah kerumunan teman – teman yang lain mengerumutinya. Rita langsung pingsan. Semua terkejut, sebagian dari kerumunan tersebut memanggil guru untuk melaporkan keadaan Rita dan sebagian membantu membopong Rita ke unit kesehatan. Aku pun, mengikuti kerumuman yang membawa Rita dengan setengah berlari sambil menelepon keluarga Rita. Keluarga Rita yang kukenal hanyalah Ibunya saja yang berprofesi sebagai juru cuci harian. Sama sepertiku Rita adalah anak Tunggal, ayahnya telah lama meninggalkannya berdua dengan ibunya.
Kembali ke cerita, selesai ku beritahukan keadaan Rita kepada ibunya. Yang kebetulan saat itu ada di rumah. Ibunya langsung bergegas ke sekolah. Akupun tetap menemani Rita di unit kesehatan bersama kepala sekolah dan seorang perawat. Kondisi Rita pun semakin memburuk dengan panas tinggi disertai keringat yang bercucuran, perawat sekolah mengusulkan untuk membawa Rita ke rumah sakit. Ibu Rita yang baru sampai ke sekolah dengan napas yang terengah – engah pun setuju untuk membawa Rita ke rumah sakit. Kerumunan teman – teman Rita pun bubar begitu saja dengan mimik muka kesedihan terbesit di wajah mereka. Dan melanjutkan jam pelajaran yang telah mulai.
Bu kepala sekolahpun memintaku untuk tetap mengikuti pelajaran. Tapi, aku tetap bersikeras untuk tetap menemani Rita ke Rumah Sakit. Akupun sudah memberitahu kedua orang tuaku dan mendapatkan ijin dari mereka untuk menemani Rita. Kami memakai mobil sekolah menuju rumah sakit terdekat. Perawat sekolah yang mengemudikan mobil tersebut, kepala sekolah duduk disampingnya, sedangkan aku, ibunya Rita dan Rita duduk dibelakang. Di dalam mobil terus kugenggam tangan Rita yang mulai dingin. Satu hal yang kuharap, semoga tidak terjadi apa – apa dengan sahabat baikku.
Sesampainya di rumah sakit,…
“Cepat bawa tandu,..ada anak yang butuh pertolongan..!!” teriak ibu kepala sekolah. Beliau memang sangat “strict” terhadap murid- murid, tapi di saat seperti ini juga beliau sangat perhatian pada murid- muridnya dan tau apa yang harus dilakukan. Karena baginya murid – muridnya adalah anak – anaknya. Sebut saja untuk mengisi posisi anak kandungnya yang telah tiada, karena sakit kanker otak saat kecil.
“Baikkk,…!!”, sambut perawat yang bergegas membawa tandu keluar dari dalam rumah sakit. 2 Perawat memindahkan Rita ke atas tandu dan sisanya membantu memegangi tandu. Lalu, Rita dibawa ke unit darurat untuk diperiksa, aku dan kepala sekolah menunggu hasil pemerikasaan tersebut di ruang tunggu. “ Tenanglah Bu, Helena, Rita pasti akan baik – baik saja,…”, ucap kepala sekolah mencoba menenangkan pikiranku dan ibunya Rita.”Terima kasih Bu”, balas ibunya Rita dengan nada lemas. ”Ya,.. kuharap begitu,…”, balasku. Saat itu, pikiranku kacau sekali. Aku hanya bisa diam membeku di ruang tunggu tersebut. Ibunya Rita pun sangat khawatir dengan keadaan Rita.
30 Menit kemudian dokter yang memeriksa keluar ruangan. Akupun bergegas menanyakan keadaan Rita. “Bagaimana keadaan Rita dok?!, apa dia baik – baik saja?”, tanyaku cepat.”Tenang, kami berusaha semaksimal mungkin, kami sedang menguji hasil tes darah saudari Rita. Hingga saat ini, keadaannya masih belum stabil. Uji hasil tes darah pun, baru keluar hasil tesnya besok. Apakah anda keluarganya ?” , ucap dokter. “Saya Ibunya dok,…”,jawab Ibunya Rita. “Begini, untuk saat ini anak anda sedang kami periksa dan hasil akan keluar besok. Kami minta anda untuk tenang dulu. Anak anda akan kami pindahkan ke ruang perawatan sekarang. Kamipun akan tetap memantau kondisi anak anda sampai stabil kembali. Untuk saat ini, selain pihak keluarga kami menyarankan untuk tidak ada yang menjenguk anak anda dikarenakan kondisinya yang belum stabil.sehingga dibutuhkan ketenangan dan istirahat yang cukup. Anda sebaiknya kembali besok”, ucap dokter.
Kami bertiga pun kembali. Kepala sekolah mengantarku dan ibunya Rita pulang. Sesampainya di rumah, pikiran burukku terus menghantuiku. Membuatku sulit untuk tidur. Benakku berkecamuk malam itu, dalam ingatanku selama 2 tahun bersama Rita. Rita jarang sekali sakit ataupun pingsan secara mendadak. Walaupun Rita sakit karena panas atau batuk, tak pernah sekalipun terlintas pikiran buruk dalam diriku. Berbeda dengan hari ini, entah apa yang membuat pikiran buruk terlintas dalam sekejap saat bertemu Rita pagi ini…
Keesokan harinya,…
Untunglah hari ini libur. Aku bisa menemani ibunya Rita untuk menjenguk Rita di rumah sakit. Kedua orangtuaku pun ikut menjenguk Rita. Sesampainya disana, beruntung kami bertemu dengan dokter yang manangani Rita kemarin. “Dokter, kemarin anda kan yang menangani teman saya? Bagaimana keadaan teman saya?”, tanyaku. “Oh kamu yang kemarin, hasil tes sudah keluar dan hasilnya,…ehm”,jawab dokter ragu – ragu.”Tidak apa – apa dokter, kami disini semua keluarganya dan berhak mengetahui keadaan Rita”,ucap ibunya Rita. Mungkin beliau tau bahwa aku juga ingin mengetahui keadaan Rita. “Ya, saya berharap anda untuk kuat mendengar hal ini. Bahwa anak anda,..
to be continued,..
Cerpen Karangan: Helena
Cerpen Keheningan Putih merupakan cerita pendek karangan Helena, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Halusinasi
Oleh: Ridho AlmadaniSebagian besar orang bilang aku adalah anak yang aneh, Aku duduk di tempat paling belakang karena dipindahin sama wali kelasku. Dulunya duduk agak ke depan atau bisa dibilang tengah-tengah,
Sahabatku
Oleh: Rahmi Mentari Rusdi“Aduh, kalau jalan lihat-lihat dong!” bentak seorang anak perempuan berbaju pink itu. “Maaf, gue gak lihat, gue buru-buru,” sahutku meminta maaf. “Iya gak apa-apa, nama lo siapa?” tanyanya yang
Antara Sahabat dan Pacar
Oleh: Syahida InayatullahDi hari minggu Syila, Azmi, Nufi, Zain, Jihan dan Iran seperti biasanya keenam sahabat itu berkumpul, mereka tidak pernah bermain di hari-hari sekolah karena itu waktunya untuk belajar. Mereka
Salah Paham Berakhir Pahit
Oleh: Sellanisa SalsabillaLenna, Gio, Kevin, dan Farel adalah sahabat dari kecil. Sekolah bersama, bermain bersama, dan tumbuh bersama hingga sekarang. Mereka terlihat tak terpisahkan. Wajar, rumah mereka saja bersebelahan. Sedih dan
Penantian Sheila
Oleh: Riski Frandika PratamaSebuah taman tempat pasangan remaja berkumpul di pojok senja. Di bawah pohon-pohon cemara berhias lampu-lampu kecil yang berkerlip bergantian dan lampu-lampu dengan tiang berukir bergaya Venesia. Sebuah air mancur
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Kisah cinta
Di sebuah smp negri di bandar lampung ada seorang wanita dan pria yg sama sama saling mencintai, akhirnya mereka berpacaran dan 3hari kemudian sebuah cinta itu putus di tengah jalan begitu saja sebabnya karena sahabat wanita itu menghasudnya sehingga wanita itu berbicara kepada pria itu “hay aku ingin bicara dong sma kmu”dan pria itu menjawab”mau bicara apa”aku mau bicara kamu itu klo pacaran diem diem aja sh gk usah pke pegang pegangan segla”dan pria itu menjawab “aku tidak mau pacaran diem diem ajh”dan pria itu memilih putus kerena dia tidak mau pacaran diem diem saja, dan malamnya pria itu sangat menyesali keputusan yg dambil tdi siang tanpa berpikir panjang pria itu meminta tolong kepada sahabatnya “lisa tolong tanyain sh sma dia,apa kah dia masih sayang sma gw”dan lisa menjawab ia nanti gw omongin sma dia” dan pria itu menjawab “cepet ya lisa”lisa menjawab lagi “iya”dan pria itu sambil menunggu sms dri lisa akhirnya 5 menit dari situ lisa menjawab “dia masih suka sma lo, klo lo masih suka gk sma dia”dan pria itu menjawab sebenernya gw juga masih sayang sma dia”lisa menjawab lagi kenapa tidak balikan lg saja”dan pria itu menjawab “gw udah malu klo mau ngajak dia balikan lg”
The end