Kucarikan Surga Untukmu

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Islami (Religi), Cerpen Kehidupan, Cerpen Pengorbanan
Lolos moderasi pada: 13 May 2015

Wanita itu menyeret langkah gontainya meninggalkan pria laknat yang terbungkus selimut tebal di atas ranjang. Ah, pria laknat? Itu artinya Ia juga wanita yang sama laknatnya dengan pria di atas ranjang empuk itu. Wanita itu menepis semua cap laknat, terkutuk, jal*ng yang ditujukan pada dirinya sendiri, oleh pikirannya. Semakin sering ia bertanya tentang dirinya; apa, siapa dan bagaimana? Akan semakin menambah dukanya. Karena pertanyaan-pertanyaan itu hanya akan menyeretnya pada bayangan masa lalu dimana orang-orang yang bernasib sama seperti dirinya akan menyesali kelahirannya ke dunia ini.

Andai saja ia mengenyam sedikit pendidikan mungkin ia akan mengagumi syair yunani yang mengatakan; kebahagiaan paling besar adalah tidak pernah dilahirkan ke dunia.
“Benarkah Tuhan itu adil?” pikirnya mempertanyakan keadilan Tuhan. Sebenarnya, baginya, pertanyaan itulah muara segala keraguannya selama mengarungi sisi gelap dunia. Hingga akhirnya ia berdo’a; Tuhan, engkau boleh berlaku tidak adil kepadaku. Tapi tolong! Berikan keadilan-Mu kepada buah hatiku barang setetes. Tunggu! Pantaskah ia berdo’a?

Wanita itu Ayu, kadang Melia. Kepada yang lain ia berkata “aku muti”. Hanya Tuhan yang tahu apa panggilan yang pantas untuknya. Tapi negara mengakuinya dengan nama; Risa Sujana. “ah, apalah arti sebuah nama jika kau bisa dipanggil apa saja oleh orang-orang” pikirnya.

“saat ini, aku punya tiket ke neraka” teriak Wanita itu memecah keheningan malam. Ia berdiri di sisi gelap jalan kota tercinta ini. Andai saja ia memakai gaun serba putih. Pasti orang-orang yang mengetahui bahwa saat itu pukul 01:27 pagi dan mereka kebetulan lewat akan lari terbirit-birit atau setidaknya mempercepat laju sepeda motornya hingga mereka mendapatkan istri mereka untuk dipeluk atau setidaknya guling untuk melepaskan penglihatan gaib yang baru saja -atau setidaknya 30 menit yang lalu- mereka lihat.

Tapi tidak. Wanita itu memakai pakaian yang mengundang birahi setiap cucu adam -mungkin lebih pantas disebut iblis jantan- untuk membawanya pulang, memastikan istri mereka lelap, dan menuntaskan gejolak-gejolak yang meledak-ledak dari bagian bawah pusar mereka. Atau setidaknya dapat menggantikan guling mereka untuk dipeluk.
“wanita memang lebih hangat daripada guling” begitulah apresiasi iblis bangs*t itu terhadap Maha Karya Tuhan yang baru dicicipinya secara haram.

Nasib baik-atau mungkin nasib buruk-bagi wanita itu tak ada sesosok pun yang melintas di jalan itu. Bahkan sosok gaib sekalipun.
Ia mempercepat langkahnya. Ia melepas sepatu berhak yang selama ini melengkapi pesonanya sebagai keturunan Hawa. Ia tidak lagi mempertimbangkan dosa. Baginya, menikmati hidup lebih baik saja adalah sebuah kecukupan yang mungkin akan membuatnya berkata; Engkau Maha Baik Tuhan. Keadilan-Mu menyejukkanku.

Sekarang masih belum. Pikirannya masih terbebani berkilo-kilo masalah -bahkan bisa disebut berkwintal-kwintal- menghimpit pundaknya. Anak laki-lakinya-yang lahir dari mani pria biadab yang melarikan diri dengan wanita biadab seperti dirinya setelah bertahan selama 2 tahun dalam ikatan sah menurut agama dan negara -harus pindah sekolah karena tak sanggup menerima perlakuan kawan-kawannya setelah mereka tahu jati diri induknya. Belum lagi ia harus menerima kenyataan bahwa beberapa tahun kemudian ia akan terjangkit penyakit kutukan sebagai akibat sebab ia telah melanggar perintah Tuhan. Ia berzina. Bukan sekali tapi seringkali. Bukan tanpa sengaja tapi terpaksa. Yang terparah dari semua deritanya adalah batin keibuannya yang selalu bertanya; kepada siapa harus ku titipkan satu-satunya lelaki gagah ku setelah aku dipanggil Tuhan untuk mempertanggung jawabkan semua? Pada dunia? Bukankah aku sendiri sudah tahu betapa ganasnya dia? Lalu siapa?. Oh, bukankah Tuhan akan menyisipkan suka di setiap duka?
Kini wanita itu tersandar di rumah petak berukuran 7 x 6 meter. Ia merogoh tas mungilnya mencari benda panjang bergerigi yang akan mengantarkannya pada sebuah obat penawar dukanya malam ini; memeluk Jamal, lelaki gagahnya.

“Jamal, sekarang aku tahu mengapa kau Ibu beri nama Jamal, nak. Hidup ini keras, panas, bagai padang pasir. Ia adalah sebuah medan pertempuran yang harus kau sadari bahwa ada atau tidaknya musuh bertarungmu, kau harus bertahan mengalahkan medan yang sebenarnya adalah musuhmu. Dan kau adalah onta yang kuyakini dapat bertahan di medan yang berat ini. Temukanlah oase yang akan membantumu bertahan. Ibumu sudah tahu dimana oase itu. Tapi Ibu pikir, Ibu sudah terlalu tua untuk kesana. Lagi pula, Sekarang yang harus ibu lakukan adalah bagaimana ibu harus membuatmu sampai pada kenikmatan hidup sesungguhnya”. Air matanya mengalir. Namun kali ini bukan karena deritanya, tapi sukanya.
“besok kau akan pindah sekolah, Kau akan belajar agama. Dibina oleh orang-orang beragama. Hingga pikiranmu tidak akan pernah meragukan keadilan Tuhan kepada mu”. kini senyum Wanita itu merekah. Hanya isaknya yang tersisa.
“kebahagiaanku adalah melihatmu meneguk kenikmatan surga walau aku melihatnya dari neraka”. Wanita itu tertegun menghapus sisa-sisa dukanya.
“akan ku carikan surga untukmu”.

Cerpen Karangan: Irsad Hidayat
Facebook: https://www.facebook.com/irsad.hidayat.9
Nama saya Irsad Hidayat. Saya lahir di Padang, 16 Agustus 1995. Saat ini saya tinggal di Padang. Penulis idola saya adalah Motinggo Busye. Kunjungi facebook saya di alamat, https://www.facebook.com/irsad.hidayat.9 dan Follow Juga twitter saya di @irsyad1956. Terimakasih cerpenmu.com

Cerpen Kucarikan Surga Untukmu merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Begitulah Rindu

Oleh:
Cinta sejak awal memberi tanda dan —sama-sama sadar. Sama-sama sadar ketika sejak awal cinta timbul dan kobarannya makin besar. Besarnya kobaran itu mulai membakar ketakutan—sama-sama sadar. Sama-sama sadar dan

Jalan Untuk Kembali

Oleh:
“Aku ingin pernikahan kita diakhiri” Gayatri duduk sembari menyodorkan secangkir kopi untuk suaminya. “Aku sudah menduga kamu akan berkata seperti itu. Kamu berubah sejak bekerja di madrasah itu. Sudah

Hari Bersamamu

Oleh:
Mira POV Ah, di luar sedang hujan. Melihat hujan tiba-tiba rasa sedih dan rindu yang bercampur menjadi satu kembali memenuhi hatiku. Aku merindukan Atha. Sahabatku yang entah masih mengingatku

Dialog Pikiran

Oleh:
Hawa panas mulai memasuki kamarku. Gorden jendela kamar kubiarkan tetap menutup. Suasana kamar terasa sedikit pengap, tapi kubiarkan saja. Keadaan di sekitar sudah tidak berpengaruh banyak. Aku sudah tenggelam

Behind The Train

Oleh:
“Tapi senpai! Kelompok musik kita bagaimana? Apa tidak ada cara lain untuk lolos dari hukuman? Senpai tak mau tanggung jawab? Senpai ketua kan! Mengapa bebannya diserahkan padaku semua?” Gadis

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *