May Day (Perjuangan Tanpa Akhir)

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Bahasa Jawa, Cerpen Kehidupan, Cerpen Perjuangan
Lolos moderasi pada: 17 July 2013

Pagi yang cerah, puluhan sepeda motor berjejer, berbaris rapi di depan PT MCS, sebuah pabrik perakitan komputer yang konon terbesar di jawa timur, puluhan satpam pabrik berkumpul, berbaur dengan para buruh, namun tidak ada permusuhan atau suasana tegang, semua tampak kompak, ceria dan semangat. “Siap bos, bendera wis siap juga”, tukas nyong, salah satu buruh pabrik tersebut’. Sebuah bendera besar warna biru dengan huruf kapital besar warna putih bertuliskan “Serikat Pekerja Seluruh Indonesia”, selaras dengan kaos warna putih dengan tulisan yang sama, yang dikenakan oleh seluruh buruh yang berkumpul di depan pabrik tersebut, “Ok, sudah siap semua rek? bendera ne’ di pegang Nyong sama Selamet, sing kenceng rek kalo pegang bendera”, perintah cak Wakid, salah satu supervisor di pabrik yang terkenal cukup vokal, dia juga sering di percaya oleh para buruh untuk memimpin demo dan merupakan ketua serikat buruh di pabrik MCS. “Mayday.. mayday”, “Hidup buruh.. hidup buruh”, teriak para buruh tersebut dengan lantang dan penuh semangat, “Ayo rek, berangkat”, Ucap cak Wakid dengan lantang dan penuh semangat, memberi komando kepada sekitar lima puluhan buruh pabrik, hari ini tanggal 5 mei mereka berangkat untuk bergabung dengan ribuan buruh lain untuk mewakili jutaan rekan-rekan buruh lainnya, menyuarakan semua aspirasi, mengajukan tuntutan memperjuangkan nasib mereka, juga nasib jutaan buruh di negeri ini, bersama-sama mereka menuju pusat kota tempat para birokrat, penguasa dan para wakil rakyat berada.

Dua tahun yang lalu.
Nyong berangkat dari temanggung kota kelahirannya dengan harapan besar, dia berangkat ke Surabaya atas ajakan temannya untuk bekerja di salah satu pabrik perakitan komputer yang katanya terbesar di wilayah Indonesia timur, harapan, kebanggaan, mimpi, cita-cita dan semua jalan indah seolah terhampar di depan mata imajinasi nyong, bagaimana emaknya, adik-adiknya, seluruh sanak saudara di kampung semua sangat bangga Nyong bisa bekerja di kota, “Kapan kamu bisa kerja?”, tanya HRD pabrik kepada Nyong, “Segera bu, saya siap kerja kapan saja”, jawab nyong dengan senyum lebar, sumringah, matanya pun berbinar-binar, dia pun langsung menemui temannya atas kabar gembira tersebut, segera dia juga langsung menelpon ke kampung halamannya tentang kabar gembira tersebut, terang keluraga di kampung sangat gembira mendengar kabar tentang Nyong.

Malam sebelum hari petama kerja Nyong sulit memejamkan mata, sebagai orang yang baru datang ke kota, dia tentu senang bukan main bayangan dan rencana-rencana Indah berlintasan di pikirannya, apalagi perusahaan tersebut menurut sang Nona HRD, memang perusahaan perakitan komputer terbesar di jawa timur, “Pasti kesejahteraan karyawan akan sangat terjamin,” batin Nyong sangat senang, dia pun berusaha memejamkan mata karena besok pagi harus berangkat bekerja. Tapi itu dulu Nyong. Tatapan kosong Nyong, menatap kertas warna merah yang di genggamnya, Nyong mendapat SP 2 dari perusahaan plus Nota ganti rugi 9 juta rupiah karena dia di tuduh menghilangkan 2 buah laptop. Semua harapan Nyong hilang, sirna, lenyap tersapu arogansi para petinggi. Nyong bingung, sedih dan marah Nyong sudah berusaha melawan dengan mendatangi manajer dan HRD, dia berusaha menjelaskan dan mencari penjelasan, bagaimana mungkin dia yang sama sekali tidak tahu sebab dan duduk persoalan atas hilangnya dua laptop tersebut bisa di sangkut pautkan dengan masalah tersebut. “Berdasarkan keterangan dari pihak audit, maka kamu harus bertanggung jawab atas hilangnya dua laptop ini, kau sudah menyalahi prosedur”, kata-kata ketus dari sang manajer masih terngiang di telinga Nyong, “prosedur? Prosedur yang mana? dasar biadab, keparat!!”, Nyong pantas geram karena selama ini dia tidak pernah tahu bagaimana bentuk dan poin-poin dalam prosedur tersebut, bahkan menurutnya pabrik dimana dia bekerja sekarang ini tidak pernah punya standard prosedur baku, semua selalu di tentukan secara sepihak oleh para atasan, apakah benar pabrik ini yang terbesar di jawa timur, dia pun mengadu ke serikat buruh pimpinan cak Wakid, tapi percuma. Pada akhirnya Nyong harus rela gaji UMR nya yang tidak pernah naik itu di potong untuk ganti rugi laptop yang hilang plus kehilangan uang bonus yang jumlahnya tak seberapa itu karena SP 2 yang ia terima, Maaf Nyong tapi inilah realitas kita para buruh, ini kota besar Nyong, para kapitalis itu takkan rela kalian para buruh sejahtera. take it or leave it!!

Lima tahun lalu
Selamet yang lulusan STM gembira bukan main, dia langsung di terima kerja di pabrik tepat dia magang sebelumnya, di pabrik perakitan komputer terbesar di jawa timur, mimpinya selama ini untuk meringankan beban orang tuanya tampaknya akan segera terwujud, yeahh, Selamet benar-benar merasa sangat senang dan bersyukur, keluarga selamet juga tak kalah senangnya dengan kabar ini. Dua tahun kemudian Selamet meminang gadis incarannya, mereka menikah dengan perayaan yang sederhana, beberapa bulan kemudian istri Selamet hamil, tapi sayang, malang tak dapat di tolak, istri Selamet mengalami keguguran, menurut diagnosis dokter istri Selamet mengalami kelelahan sehingga berpengaruh terhadap kandungan, seharusnya istri Selamet tidak boleh bekerja terlalu keras, tapi tampaknya kedua pasangan tersebut tidak punya pilihan lain, gaji Selamet yang sudah bekerja di perusahaan tersebut selama lima tahun tidak pernah naik, terpaksa sang istri membantu bekerja dengan mengajar di beberapa tempat bimbingan belajar dan sekolah swasta, sekedar untuk mencukupi kebutuhan mereka berdua. Yang membuat Slamet sangat kecewa adalah kenyataan bahwa perusahaan tempat dia bekerja tidak memberikan bantuan kesehatan yang layak pada saat istrinya sedang dalam kondisi kritis, pasca keguguran, untunglah istri Selamet bisa sehat kembali.

Sebenarnya Selamet sudah berusaha keras untuk meminta bantuan kepada perusahaan, lagipula masa kerja Selamet sudah lebih dari 3 tahun, seharusnya dia layak mendapatkan banyak tunjangan dari perusahaan, tapi nihil, hanya sedikit dana yang keluar dan sangat tidak sebanding besarnya biaya yang harus dikeluarkan Selamet, hilang sudah harapan Selamet dan istrinya untuk meminang seorang anak, buah cinta kasih mereka selama ini. “Sabar ya dik, mungkin ini ujian dari Allah untuk kita, kamu yang tabah ya”. hibur Selamet pada istrinya tiap malam, karena istrinya tampaknya masih sangat sedih dan terpukul. Maaf Met tapi inilah realitas kita para buruh, ini kota besar Met, para kapitalis itu takkan rela kalian para buruh sejahtera. take it or leave it!!

Sebelas tahun yang lalu.
Mas Dody baru saja datang dari kalimantan, ketika dia masih berumur 28 tahun, dia bertemu dengan Kevin anak kho Salim seorang pedagang toko komputer di kawasan Demak Surabaya, mereka bertemu ketika mas Dody masih menjadi sales di salah satu toko komputer yang ada di hitech Mall, saat itu mas Dody sering mengantar spare part komputer ke toko milik Kho Salim, karena tetarik dengan kinerja Mas Dody Kho Salim menawarkan lowongan kerja pada Mas Dody dan mas Dody pun menerima tawaran kerja Kho Salim. “Baik Kho, Terima kasih tawarannya, saya mau kerja sama Kho Salim’ lagian gajinya juga lebih lumayan dibanding tempat kerja ku yang sekarang”, ucap mas Dody waktu itu.

Setelah itu Kevin anak Kho Salim meneruskan usaha toko komputer itu, bersama mas Dody merek berdua bekerja keras, sangat sangat keras, dan hebatnya mereka berdua berhasil mengembangkan toko komputer warisan Kho salim, dari sebuah toko komputer kecil biasa menjadi main dealer sebuah vendor komputer besar, sampai akhirnya berkembang menjadi sebuah pabrik perakitan komputer terbesar di Jawa timur. “Kita berhasil Dody, aku berhasil mengembangkan usaha papa”. Kata Kevin dengan bangga pada mas Dody, saat pembangunan pabrik komputer milik Kevin baru saja selesai, “Ya ko, kayaknya bisnis ko Kevin bakal lebih sukses lagi, selamat ko”, kata mas Dody pada Kevin waktu itu, tentu saja dalam hati mas Dody perkataan selamat itu di sertai sebuah harapan besar terhadap massa depan karir dan kesehjahteraan nya. Akan tetapi harapan tinggal harapan, bukannya kenaikan karir atau perbaikan kesehjahteraan yang di dapat, karena yang mendapatkan itu semua adalah para sanak, saudara dan teman-teman para petinggi dan pemilik pabrik yang masih terhitung satu ras dengan mereka. Lalu kemana mas Dody?, mas Dody justru terbaring lemah di rumahnya karena sebuah kecelakaan lalu lintas ketika sedang mengantar barang dari pabrik ke sebuah dealer komputer, dan kakinya terpaksa di amputassi karena terluka parah, sayang pihak pabrik hanya memberikan bantuan seadanya, dan masa depan mas Dody dan keluarga semakin tidak menenentu karena PHK sepihak, mas Dody di tuduh lalai dalam mengemudi oleh pihak pabrik sehingga menyebabkan kerugian material bagi pabrik, sehingga dia di SP3 sekaligus PHK, dengan pesangon seadanya plus bantuan kesehatan untuk perawatan mas Dody yang juga seadanya. Kenyataan yang benar-benar sulit di terima bagi mas Dody mengingat perjuangannya dulu ketika awal kali membangun dan membesarkan pabrik ini bersama Kevin si anak pemilik pabrik. Semua dedikasi, kerja keras dan loyalitas Mas Dody selama ini tampaknya sia-sia, musnah di telan waktu, keangkuhan dan ketidak pedulian kelewat batas ideologi kapitalisme. Maaf mas Dody tapi inilah realitas kita para buruh, ini kota besar mas, para kapitalis itu takkan rela kalian para buruh sejahtera.

Tujuh tahun yang lalu
Ketika sudah hampir putus asa mencari kerja ke sana kemari, cak Wakid benar-benar bersyukur ketika mendapat tawaran kerja dari teman lamanya, “wis gini aja Kid, kamu buaten lamaran, nanti biar lamaran mu aku masukkan ke pabrik tempat aku kerja”, kata mas Dody waktu itu, yah mas Dody memang sahabat lama cak Wakid, karena mereka pernah satu SMA. Cak Wakid benar-benar sangat bersyukur dan sangat berterima kasih kepada mas Dody, karena akhirnya cak Wakid bisa di terima kerja di pabrik tersebut.

“dik Allhamdulillah, aku dapat pekerjaan”, cak Wakid dengan gembira mengabarkan kepada istrinya, “yang benar mas?”, tanya istri cak Wakid setengah terkejut, “iya dik, kebetulan aku bertemu teman lamaku, dan dia bantu aku untuk ngelamar kerja di pabrik tempat dia kerja, dan aku keterima kerja di sana”. “Syukurlah mas, Alhamdullillah ya mas”. Istri cak Wakid luar biasa senang sekaligus lega mendengar kabar ini.

Namun seiring berjalannya waktu nampaknya Cak wakid pun mulai sadar dengan realita yg ada di sekitarnya, satu persatu dia mendengar dan melihat kesulitan dan ketidakadilan yang di terima rekan-rekan sesama buruh di pabrik tempatnya bekerja, sebenarnya secara ekonomi cak Wakid cukup bersukur meskipun menerima upah yang minim tapi dia dan keluarganya cukup tertolong karena usaha warung nasi sederhana milik istrinya cukup laris. Sampai akhirnya dia mengetahui kondisi mas Dody, sahabatnya yang banyak membantunya, membuat cak Wakid tidak bisa tinggal diam lagi, “sudahlah kid, kamu jangan emosi gitu, wong aku sing sakit lha koq kamu sing ngamuk, santai ae, aku ikhlas kid”, “tapi Mas, ini gak bisa dibiarkan”. Protes cak Wakid, “Kid, ini memang sudah cobaan dari Allah, aku ikhlas, santai, sing penting kamu harus bisa kompak sama teman-teman yang lain, saling bantu dan saling melindungi, tapi tetep profesional”, mas Dody tersenyum sambil memegang erat tangan cak Wakid. “Ingat Wakid, Allah selalu bersama orang yang sabar”. Sejak saat itulah Cak Wakid bersama dengan para buruh senior lain berjuang untuk mendirikan organisasi serikat buruh di pabrik untuk memperjuangkan nasib mereka, perjuangan yang tidak mudah mengingat pihak manajemen pabrik sangat menentang keras berdirinya serikat buruh di lingkungan pabrik. Cak Wakid pun terpilih menjadi ketua organisasi buruh dan dia bertekad untuk berusaha sekuat tenaga memperjuangkan nasib ribuan buruh di pabrik tersebut. Maaf Cak Wakid tapi apa sampeyan mampu memperjuangkan nasib kita? karena inilah realitas kita para buruh, ini kota besar Cak, apakah para kapitalis itu rela kita para buruh sejahtera?

ADVERTISEMENT

Tahun ini
Hari ini, tepat tanggal 5 mei, mereka semua berkonvoi, bersama-sama, beramai-ramai, tidak hanya dengan sesama rekan satu pabrik, tapi juga dengan rekan-rekan dari pabrik-pabrik lainnya, mereka menuju ke pusat kota, yang juga merupakan ibukota propinsi ini, menuju ke tempat para birokrat dan wakil rakyat yang terhormat, berusaha bersama-sama memperjuangkan nasib mereka dan nasib jutaan buruh lainnya di negeri ini, “Demi keluarga kita, demi masa depan kita, kita harus terus berjuang, hidup buruhh!!”, Cak Wakid berteriak dengan lantang memberi semangat kepada seluruh rekan-rekannya. Di dalam benak cak Wakid, tertanam kuat memori tentang mas Dodi yang telah meninggal tiga bulan yang lalu. Tanpa terasa air mata meleleh ke pipi cak Wakid, “Doakan aku mas, aku akan terus berjuang demi teman-teman kita, doakan aku”. tekad cak Wakid dalam hati. Selamat berjuang cak Wakid, selamat berjuang teman-teman, karena kalian tidak hanya membawa harapan kalian seorang, tapi juga nasib jutaan buruh di negeri ini. Perjuangan ini mungkin tidak akan pernah mengenal kata berakhir, jadi teruslah berjuang sampai mereka mendengarkan JERITAN NASIB KITA!!!

Cerpen Karangan: Wahyudi Warsaintia
Blog: kisahteladansufi.com
Facebook: wahyuwarsaintia@facebook.com

Cerpen May Day (Perjuangan Tanpa Akhir) merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Sebuah Harapan

Oleh:
Barangkali pagi adalah waktu yang akan selalu disesali oleh pak Dirman. Betapa tidak, kehadiran matahari yang menyilaukan mata lewat jendela sempit di kamarnya itu kemudian memaksanya terbangun dari mimpi-mimpi

Teringat Frankenstein

Oleh:
Siang itu usai gempa 5.9 skala richter mengguncang Kota Bengkulu, suasana kota cukup lengang, masyarakat khawatir guncangan gempa susulan. Gempa tentunya bukan momok yang baru bagi masyarakat Bengkulu yang

Ice Cream Love

Oleh:
Kopi ini hanya terlihat kabut tipisnya dan menebarkan aroma khas. Belum berhenti mencari inspirasi untuk apa yang sekarang harus ku tulis setelah aku kehilangannya. Waktu seakan berhenti ketika aku

Kembali Pulang

Oleh:
Detik-detik pemakaman dilewati secara dramatis dan terbilang menyedihkan. Sang istri yang sedang dirundung duka, harus membayar beberapa orang agar sudi menggotong jenazah suaminya menuju mushola terdekat untuk selanjutnya disholatkan.

Perisai

Oleh:
Perisai penuh dengan ketebalan demi menahan sebuah serangan pedang. Perisai dirancang khusus untuk menahan sebuah serangan sekeras apapun. Bentuknya pun beragam, mulai yang panjang, pendek, hingga yang berduri untuk

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *