Tak Terbalaskan

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Kehidupan, Cerpen Keluarga, Cerpen Sedih
Lolos moderasi pada: 15 August 2017

Bel pulang sekolah berbunyi, aku segera mengambil sepedaku dari tempat parkir. Aku merasa sangat aneh, entah mengapa aku selalu memikirkan ibuku yang sedang sakit parah. Aku mengayuh sepeda dengan cepat, karena aku takut dengan kekhawatiranku terhadap ibu.

Saat sampai di rumah, aku melihat banyak sekali orang yang mendatangi rumahku. Dengan segera aku masuk ke rumah, dan bertanya pada nenek.
“nek, kenapa banyak orang yang datang ke sini?” tanyaku heran.
“nak ibumu telah tiada…” jawab nenek sambil memeluk diriku sembari menangis.
“apa! Maksud nenek apa?” tanyaku kembali dengan suara gemetar
“ibumu sudah meninggal dunia” jawabnya dengan suara lirih.

Aku segera menuju ke kamar ibu, ternyata ibuku sudah terbaring tak berdaya.
“ibu, kenapa ibu meninggalkanku, duluu ayah ssekarang ibu” geramku sambil menangis…
Tiba tiba nenek mendatangiku dan berpesan agar aku tidak sedih dengan kematian ibu.
“nak janganlah kamu bersedih karena kematian dapat datang kapan saja, karena itu sudah menjadi rahasia ALLAH SWT. sekarang, kamu harus mendoakan orangtuamu agar bahagia di sana”. tegas nenek menasehatiku.
“tapi, sekarang aku sudah tidak punya orangtua lagi nek…” jawabku.
“masih ada nenek dan kakakmu, sekarang lebih baik jamu sholat dhuhur dulu sebentar lagi ibumu akan dikubur sambil menunggu kakakmu selesai sholat.” perintah nenek.

Aku pun segera berwudu dan melaksanakan sholat, aku berdo’a kepada ALLAH agar ibuku bisa diterina di sisinya. Seusai sholat dhuhur aku segera menghampiri kakakku yang baru saja selesai sholat. Aku segera memeluk kak Rudi.
“kak aku tak percaya ibu telah tiada” ucapku pada kak Rudi.
“ya… Tapi jamu jangan sedih yah… kamu masih punya kakak dan nenek.” sahut kakak sambil meneteskan air mata.

Aku dan kakakku dipanggil nenek untuk segera berangkat ke kuburan, sepanjang perjalanan semua orang mengucapkan lafadz “laailahaillallooh” berulang ulang.
Sesampainya di kuburan, mayit ibuku segera di kubur, aku tak tega melihatnya, sehingga dengan tiba tiba aku meneteskan air mat yang tak bisa kukendalikan.

Setelah 1 tahun ayahku meninggal, sekarang giliran ibuku. Dulu, mereka ingin aku dan kakakku bisa menjadi orang yang berguna dimasa depan. Sekarang, aku masih kelas 5 SD dan semenjak kematian ibu, kakakku putus sekolah dan bekerja demi untuk membiayai sekolahku. Sedangkan nenek, seperti biasa dia mengurus pekerjaan rumah. Aku dan kak rudi juga tak lupa membantu nenek.

Tak terasa, 10 tahun telah berlalu begitu cepat. Aku telah lulus sarjana dan menjadi dokter. Ini semua berkat kak rudi dan nenek. Aku sangat bahagia. Semua ini seperti mimpi. Sebagai rasa terima kasihku pada mereka, aku bersama kakak dan nenek pergi untuk haji. Tapi, sayang sekali andai orangtuaku masih ada di dunia ini… Pasti aku juga akan mengajak mereka haji, dan pasti aku bisa membalas kebaikan mereka selama ini…

Maafkan aku ayah, ibu aku tak bisa membalas kebaikanmu… Aku hanya bisa mendoakanmu agar engkau di terima di sisi – Nya. Amiiin…

Cerpen Karangan: Rohimah

Cerpen Tak Terbalaskan merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Kejutan Air Mata

Oleh:
Si jantan berkokok saat fajar terbit dari ufuk timur. Kini saatnya memetik buah kesenanagan setelah kian lamanya menanam dan menunggu di penjara suci. Usianya kini 13 tahun, rasanya seperti

Lampion Terakhir

Oleh:
Mungkin itu hanya kenangan. Biasanya, aku dan Reila membuat lampion bersama, untuk dijadikan hiasan kamar kami. Tapi, ada satu lampion yang istimewa, membuatku selalu ingin memegangnya, seolah ketika aku

3 Bersaudara 3 Karakter Berbeda

Oleh:
Assalamualaikum Hii guys. Kenalin nama aku ananda lisha, akrabnya dipanggil kakak kecil, umur aku baru 18 tahun, masih kecil kan. Iya dong, orang aku baru lulus SMA, aku lulusan

Friend and Boyfriend (Part 1)

Oleh:
Ini pertama kalinya ia menginjakkan kaki di SMA Darmawangsa. Di sinilah ia, dengan dandanan super norak, yaa seperti MOS biasanya. Rambut dikepang empat, memakai pita berwarna kuning, menggendong tas

Kado Terakhir

Oleh:
Waktu itu, setetes hujan membasahi rambutku hawa dingin menyelimuti tubuhku, saat itu aku telat datang ke pesta ulang tahun sahabatku, Mona. Aku terburu-buru ke sana tapi, tiba-tiba penglihatanku kabur,

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *