Terluka

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Kehidupan, Cerpen Sastra
Lolos moderasi pada: 4 June 2022

Terluka selalu menjadi bagian yang tak lepas dari perjalanan,
Ketika bocah yang meronta-ronta ketika lututnya tergores karena sepak bola,
Ketika rengekan seorang remaja yang terhempas ke aspal berkat kehilangan kendali dari motornya,
Ketika seorang pemuda tanggung yang meneteskan air mata dengan sembunyi-sembunyi dibelakang pintu kamar,
Ketika seorang seorang pria yang hanya menghela nafas didepan teras bersama dengan lamunan liarnya.

Sesal, ketika seharusnya berhenti mengejar bola, sesal ketika seharusnya sedikit lebih bersabar menanti usia, sesal ketika seharusnya apa yang harusnya tak dimulai dipaksa untuk bermula, sesal ketika seharusnya bisa diperbaiki telah dibiarkan rusak.

Semua orang pernah mengalami luka, entah goresan fisik, entah itu patahan-patahan rasa. Semacam rangkuman dari berbagai hal yang menjadi alasan, bagi kita untuk meneteskan air mata.

Beberapa pujangga menyatakan waktu adalah sosok yang tepat untuk menyembuhkan, beberapa orang meyakini, beberapa orang meragu, dengan sosok waktu yang tak bisa kita pastikan kapan dia mampu. Mungkin besok, mungkin juga tahun depan, tidak ada yang tahu, tapi sebagian besar meyakini bahwa sang penyembuh adalah waktu.

Terluka memang menyakitkan, hanya saja dengan kadar yang berbagai macam. Terluka dengan kadar yang paling hebat bukan dari kucuran air mata, bagiku terluka yang paling hebat adalah ketika kita hanya bisa menghela nafas dengan apa yang telah dialami, kemudian menipu diri dengan persona yang ditampakkan, dengan dalih menguatkan, padahal bentuk penipuan. Langkah apa yang seharusnya dilakukan? Tidak ada yang tahu, semua orang punya cara mereka sendiri.

Kuat, adalah satu kata yang diinginkan orang lain ketika tahu kita terluka, cukup tahu, mereka tidak memiliki hak untuk mengetahui lebih dalam, mereka tidak perlu merasakan atas apa yang mereka lihat, mereka dengar, cukup tahu bagiku adalah hal yang cukup.

Bagaimana cara kita untuk melewati, bagaimana cara kita untuk melangkah, entah itu kembali memperjuangkan, entah itu memilih menyerah. Menyerah adalah pilihan, berjuang pun juga pilihan, semuanya memiliki dampak, tergantung apa yang dipilih.

Terluka kali ini membuat untuk memilih menyerah, pasrah, lelah. Menyerah ketika kita merasa cukup atas apa yang ada didepan kita, pasrah atas apa yang akan kita hadapi setelahnya, lelah atas apa yang selalu muncul sejenak sebelum terpejamnya mata.

Perpisahan adalah alasan tepat untuk terluka, menjadikan kita sosok yang berada di masa dimana kita merasa kehilangan kenyaman dalam setiap berkegiatan, memaksa untuk tidak terpikirkan tentang hal muncul dihadapan.

Perlahan mengobati, perlahan melupakan, kata yang mudah untuk diucapkan namun sulit untuk dijalankan. Melelahkan diri secara fisik untuk menyembuhkan kelelahan psikis, berupaya lelah fisik mampu menghentikan lamunan.

ADVERTISEMENT

Cerpen Karangan: A.R. Hudiyawan
Blog / Facebook: Hudiyawan
Hidup adalah berbagi, media cerpen ini pun adalah tempat untuk berbagi, kepada mereka yang ingin mengetahui isi hati, kepada mereka yang ingin mengingat kembali, kepada mereka yang ingin memanggil memori, kepada mereka … yang gagal bermimpi.

Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 4 Juni 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com

Cerpen Terluka merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Maafkan Aku Rakyatku

Oleh:
“Pah, bangun! Sudah pagi pah” ujar Dewi yang membangunkan Aryo untuk bekerja di kantor DPR. Setelah ia merasa terganggu akan tidurnya, Aryo menjawab dengan marah “Mah, lagi enak-enak begini

Berebut Kentut

Oleh:
Senja telah hilang, melesat bagai kilat digantikannya dengan gelap. Begitu pekat tanpa ada goresan warna lain selain hitam. Begitu pula dengan kecepatan pemain bola dari Tim A yang dari

Silver Man

Oleh: ,
Matahari terlihat begitu terik dan hawa panas terlihat pemandangan berbeda saat melintasi lampu merah puri Seseorang berpenampilan menyolok silver dengan membawa kotak kardus berjalan kaku sambal menunggu belas kasihan

Pamit

Oleh:
Hari ini adalah hari dimana aku akan meninggalkan kota ini dalam waktu yang lama. Suasana di luar rumah begitu panas, hiruk pikuk orang beraktifitas di kota metropolitan terasa sekali.

Domba yang Hilang

Oleh:
“Ajiku, kau di mana?” kataku bertanya kepada alam sekitar mencari dombaku yang ku gembalakan di sebuah padang rumput yang hampir gundul. Aku sudah menoleh ke utara, ke selatan, ke

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *